Sukses

Wall Street Terbenam, Investor Realisasikan Keuntungan Saham Teknologi

Wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Januari 2024. Indeks Nasdaq mencatat penurunan paling dalam sekitar 1,18 persen.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Rabu, 3 Januari 2024. Indeks Nasdaq terpangkas dalam dua hari berturut-turut dan membangun kinerja buruk dalam hampir tiga bulan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (4/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 1,18 persen ke posisi 14.592,21. Indeks Nasdaq merosot dalam empat hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 tergelincir 0,80 persen menjadi 4.704,81. Indeks Dow Jones terpangkas 284,85 poin atau 0,76 persen ke posisi 37.430,19.

Indeks Nasdaq mengalami kinerja buruk sejak Oktober, terseret oleh saham teknologi besar. Hal ini juga turut didukung dari saham Apple yang turun hampir 4 persen setelah Barclays menurunkan peringkat produsen iPhone. Saham Apple melemah 0,8 persen.

Selain itu, saham teknologi lainnya yakni Nvidia, Tesla dan Meta merosot pada perdagangan Rabu pekan ini. Koreksi di saham juga diikuti imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun. Imbal hasil obligasi AS sempat naik di atas 4 persen, terakhir diperdagangkan sekitar 3,91 persen.

Investor dinilai menjual saham teknologi yang melonjak tahun lalu seiring antisipasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter pada 2024. Namun, dengan ketidakpastian kapan the Federal Reserve (the Fed) pada akhirnya akan mulai menurunkan suku bunga, investor tampaknya telah menahan antusiasmenya.

“Dalam jangka panjang, saya masih sangat bullish. Namun, dalam jangka pendek saya hanya khawatir semua orang memasuki tahun ini dengan perasaan yang sangat baik,” ujar Manager Portfolio Neuberger, Steve Eisman.

Ia menambahkan, koreksi jangka pendek bukan hal yang luar biasa di pasar yang baru saja keluar dari titik tertinggi baru dan memasuki musim pemilihan umum (pemilu).

2 dari 4 halaman

Kinerja Indeks Acuan

Rata-rata indeks saham acuan juga berada di bawah tekanan pada Rabu sore ini setelah rilis risalah pertemuan terbaru the Fed, karena menunjukkan bank sentral masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

"Peserta (the Fed) secara umum menekankan pentingnya mempertahankan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter dan menegaskan kembali kebijakan akan tetap berada pada posisi yang membatas untuk beberapa waktu hingga inflasi jelas bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan komite,” demikian isi notulen.

Namun, pejabat mengindikasikan mereka memperkirakan pemangkasan suku bunga 0,75 persen pada 2024, meski masih terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai kapan pemangkasan tersebut kemungkinan besar akan dilakukan.

Pasar mengalami tahun yang menakjubkan di mana semua indeks rata-rata utama kembali bangkit dari 2022 yang buruk. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 24 persen dan menutukan kenaikan mingguan terpanjang sejak 2004. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 43 persen yang merupakan tahun terbaik sejak 2020.

 

3 dari 4 halaman

Risalah Rapat The Fed

Sementara itu, risalah rapat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga tetapi jalurnya masih belum pasti. Risalah pertemuan the Fed pada Desember 2023 menunjukkan meski bank sentral memprediksi penurunan suku bunga pada 2024, tetapi melihat sikal kebijakannya saat ini sudah tepat.

“Dalam proyeksi yang mereka ajukan, hampir semua peserta menunjukkan mencerminkan perbaikan dalam perkiraan inflasi mereka, proyeksi dasar mereka menyiratkan kisaran target yang lebih rendah untuk tingkat suku bunga the Fed akan sesuai pada akhir 2024,” demikian yang disebutkan dalam risalah rapat the Fed.

Ia juga menambahkan, peserta secara umum menekankan pentingnya mempertahankan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data dalam pengambilkan keputusan kebijakan moneter dan kembali menegaskan akan lebih tepat jika kebijakan tetap berada pada posisi yang membatasi untuk beberapa waktu hingga inflasi jelas bergerak turun secara berkelanjutan menuju arah yang lebih baik.

 

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 2 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 2 Januari 2023. Indeks S&P 500 melemah pada hari perdagangan pertama 2024.

Hal ini seiring imbal hasil obligasi menguat dan investor merealisasikan keuntungan setelah indeks saham catat kinerja yang kuat pada 2023.Dikutip dari CNBC, Rabu (3/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,57 persen ke posisi 4.742,83.

Indeks Nasdaq susut 1,63 persen menjadi 14.765,94, dan mencatat kinerja terburuk sejak Oktober 2023. Indeks Dow Jones bertambah 25,50 poin atau 0,07 persen ke posisi 37.715,04.

Di sisi lain, saham Apple melemah lebih dari 3 persen setelah Barclays menurunkan peringkat saham Apple menjadi underweight. Hal ini berarti analis prediksi harga saham akan cenderung turun dalam 6-12 bulan dibandingkan dengan saham lain pada sektor yang sama. Sementara itu, saham Johnson&Johnson dan Merck yang menguat mengangkat indeks Dow Jones.

Wall street menutup 2023 dengan kinerja positif. Indeks S&P 500 menguat dalam sembilan minggu berturut-turut, dan mencatat kinerja mingguan terbaik sejak 2004.

Aset risiko menikmati reli seiring ekonomi tetap tangguh dan inflasi mereda. Sementara itu, the Federal Reserve (the Fed) mengisyaratkan akhir dari kenaikan suku bunga. Pasar juga alami krisis perbankan regional dan peran di Ukraina serta Timur Tengah.

Saham teknologi terutama saham teknologi kapitalisasi besar memimpin kenaikan pada 2023. Saham Apple melonjak 48 persen, saham Microsoft menanjak hampir 57 persen, dan saham Nvidia meroket 239 persen. Indeks Nasdaq melonjak 43,4 persen, dan catat kinerja terbaik sejak 2020.

Indeks Dow Jones membukukan kenaikan 13,7 persen, dan mencatat rekor baru pada 2023. Reli tersebut juga dibantu sentimen suku bunga.