Sukses

Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq Lesu Tersengat Saham Apple

Wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 4 Januari 2024. Indeks Dow Jones menguat sendiri dan indeks Nasdaq melemah turun dalam lima sesi berturut-turut.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Kamis, 4 Januari 2024. Indeks Nasdaq susut pada lima sesi berturut-turut, penurunan beruntun terpanjang sejak Oktober 2022.

Dikutip dari CNBC, Jumat (5/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq merosot 0,56 persen ke posisi 14.510,30. Sejak penutupan 27 Desember 2023, indeks Nasdaq sudah melemah hampir 4 persen.

Indeks S&P 500 terpangkas 0,34 persen, menandai penurunan hari keempat. Indeks berakhir di posisi 4.688,68. Indeks Dow Jones bertambah 10,15 poin atau 0,03 persen ke posisi 37.440,34.

Saham-saham teknologi kapitalisasi besar seperti Apple mencatat kinerja buruk pada awal 2024. Hal ini seiring valuasi saham yang berlebihan dan ketidakpastian kapan the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga membuat investor khawatir pasar menjadi terlalu optimistis.

Saham Apple turun lebih dari 5 persen pada pekan ini. Saham raksasa teknologi susut lebih dari 1 persen pada perdagangan saham Kamis pekan ini menyusul penurunan peringkat oleh Piper Sandler, dua hari setelah Barclays juga menurunkan peringkatnya.

Sementara itu, kinerja baru-baru ini di wall street sangat kontras dengan bagaimana pasar mengakhiri 2023. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 24 persen, dan mencatat kinerja mingguan terbaik sejak 2004.

Namun, Chief Investment Strategist Citi Global Wealth Steven Wieting tidak percaya koreksi baru-baru ini akan berdampak jangka panjang pada pasar.

“Jika semua ini bertahan lama, saya tidak akan menganggap beberapa hari terakhir ini sebagai hal yang sangat penting,” ujar dia kepada CNBC.

2 dari 4 halaman

Prediksi Indeks S&P 500

Faktanya, Wieting menilai, indeks S&P 500 dapat mengakhiri 2024 di sekitar level 5.000 yang akan menunjukkan kenaikan lebih dari 6 persen.

Citi Equity Strategist Scott Chronert optimistis terhadap saham-saham teknologi meski sejauh ini alami koreksi pada 2024.

"Kami terus berpandangan Anda ingin menjadi pemegang growth stock. Dengan penurunan peringkat layanan komunikasi, kami meringankan komponen internet tetapi cukup konstruktif dalam hal teknologi khususnya perangkat lunak,” ujar Chronert.

Dari segi sektor, Chronert juga beri rekomendari overweight di sektor industri dan keuangan. “Sektor keuangan adalah sektor yang baik untuk lebih fokus pada perilaku siklus dibandingkan pertumbuhan,” ujar dia.

Ia menambahkan, secara khusus saham bank memiliki fundamental kuat dan saat ini terlihat relatif menarik di pasar yang dinilai cukup agresif.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada Kamis 3 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Rabu, 3 Januari 2024. Indeks Nasdaq terpangkas dalam dua hari berturut-turut dan membangun kinerja buruk dalam hampir tiga bulan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (4/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 1,18 persen ke posisi 14.592,21. Indeks Nasdaq merosot dalam empat hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 tergelincir 0,80 persen menjadi 4.704,81. Indeks Dow Jones terpangkas 284,85 poin atau 0,76 persen ke posisi 37.430,19.

Indeks Nasdaq mengalami kinerja buruk sejak Oktober, terseret oleh saham teknologi besar. Hal ini juga turut didukung dari saham Apple yang turun hampir 4 persen setelah Barclays menurunkan peringkat produsen iPhone. Saham Apple melemah 0,8 persen.

Selain itu, saham teknologi lainnya yakni Nvidia, Tesla dan Meta merosot pada perdagangan Rabu pekan ini. Koreksi di saham juga diikuti imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun. Imbal hasil obligasi AS sempat naik di atas 4 persen, terakhir diperdagangkan sekitar 3,91 persen.

Investor dinilai menjual saham teknologi yang melonjak tahun lalu seiring antisipasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter pada 2024. Namun, dengan ketidakpastian kapan the Federal Reserve (the Fed) pada akhirnya akan mulai menurunkan suku bunga, investor tampaknya telah menahan antusiasmenya.

“Dalam jangka panjang, saya masih sangat bullish. Namun, dalam jangka pendek saya hanya khawatir semua orang memasuki tahun ini dengan perasaan yang sangat baik,” ujar Manager Portfolio Neuberger, Steve Eisman.

Ia menambahkan, koreksi jangka pendek bukan hal yang luar biasa di pasar yang baru saja keluar dari titik tertinggi baru dan memasuki musim pemilihan umum (pemilu).

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Indeks Acuan

Rata-rata indeks saham acuan juga berada di bawah tekanan pada Rabu sore ini setelah rilis risalah pertemuan terbaru the Fed, karena menunjukkan bank sentral masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

"Peserta (the Fed) secara umum menekankan pentingnya mempertahankan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter dan menegaskan kembali kebijakan akan tetap berada pada posisi yang membatas untuk beberapa waktu hingga inflasi jelas bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan komite,” demikian isi notulen.

Namun, pejabat mengindikasikan mereka memperkirakan pemangkasan suku bunga 0,75 persen pada 2024, meski masih terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai kapan pemangkasan tersebut kemungkinan besar akan dilakukan.

Pasar mengalami tahun yang menakjubkan di mana semua indeks rata-rata utama kembali bangkit dari 2022 yang buruk. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 24 persen dan menutukan kenaikan mingguan terpanjang sejak 2004. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 43 persen yang merupakan tahun terbaik sejak 2020.