Sukses

PTPP Kantongi Kontrak Baru Rp 31,67 Triliun pada 2023

PT PP Tbk (PTPP) mencatat kenaikan perolehan kontrak baru 1,5 persen pada 2023 menjadi Rp 31,67 triliun. Pada 2022, PTPP raih kontrak baru Rp 31,19 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT PP Tbk (PTPP) mencatatkan perolehan kontrak baru Rp 31,67 triliun hingga 31 Desember 2023.Kontrak baru PTPP didominasi dari pemerintah.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (7/1/2023), perolehan kontrak baru PTPP tersebut naik 1,54 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy) senilai Rp 31,19 triliun.

Kontrak baru tersebut didominasi oleh proyek dengan sumber dana pemerintah sebesar 42,79 persen, swasta 37,20 persen dan BUMN 20,01 persen. Perolehan kontrak baru PTPP tertinggi pada sektor jalan dan jembatan 34,64 persen, gedung 31,71 persen, perkeretaapian sebesar 11,22 persen, bandara 7,21 persen, Pelabuhan 4,81 persen, bendungan 4,44 persen.

Selain itu, industri 3,44 persen, irigasi 1,25 persen, power plant sebesar 0,65 persen dan minyak dan gas sebesar 0,63 persen.

Capaian proyek baru yang diraih PTPP di Desember 2023 di antaranya Terminal BBM Biak (Sisi Laut) senilai Rp 393 miliar, Dermaga Shiplift Block A-B senilai Rp 275 Miliar dan Pembangunan RS PON Jakarta senilai Rp 258 miliar.

Sekretaris Perusahaan PTPP, Bakhtiyar Efendi menuturkan, pertumbuhan nilai kontrak yang dimiliki PT PP Tbk tersebut menandakan, perseroan selama ini terus dipercaya oleh berbagai pihak dalam mengerjakan proyek-proyek di skala nasional maupun internasional serta konsisten dalam memperkuat core business konstruksi.

Perkembangan Proyek Strategis Nasional

PTPP berkomitmen tinggi untuk berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, terutama Proyek Strategis Nasional (PSN) yang saat ini digalakkan oleh pemerintah. Hingga kini, PTPP mengerjakan 30 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan 12 di antaranya telah diselesaikan.

 

2 dari 5 halaman

Optimistis Tingkatkan Kinerja

Komposisi Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut terdiri dari sektor Jalan Tol sebesar 56,25%, Bendungan sebesar 18,02%, EPC sebesar 14,02%, Pelabuhan dan Dermaga sebesar 9,15%, Bandara sebesar 1,82% dan sektor Industri sebesar 0,75%.

Bakhtiyar menuturkan, sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh PTPP selesai tepat waktu dan memiliki progres lebih cepat dibanding yang sudah ditentukan sebelumnya. “Kami tetap berkomitmen untuk dapat menyelesaikan proyek tepat waktu dan kami terus memonitor proyek-proyek kami sehingga hal ini dapat mendukung program strategis pemerintah,” kata Bakhtiyar.

Ia menuturkan, dari berbagai portofolio pengalaman proyek-proyek sebelumnya, PTPP optimistis akan terus meningkatkan kinerja serta kompetensi sehingga proyek-proyek yang sedang digarap memiliki kualitas dan mutu sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

3 dari 5 halaman

PTPP Divestasi Saham Anak Usaha Rp 45,17 Miliar

Sebelumnya diberitakan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) melalui anak usahanya, PT PP Energi telah melakukan penjualan seluruh saham (divestasi) pada PT Inpola Meka Energi.

PT PP Energi sepakat melepaskan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 38,77 persen atau 496.645 lembar saham di PT Inpola Meka Energi dengan nilai divestasi sebesar Rp 45,17 miliar kepada PT Energi Infranusantara.

Dibentuk sejak 2008, PT Inpola Meka Energi merupakan pemegang konsesi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) di Lau Gunung, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. PT Inpola Meka Energi juga merupakan Penyedia Tenaga Listrik berkapasitas 2x5 Mega Watt dimana PLTMH tersebut telah beroperasi sejak 2020.

Sekretaris Perusahaan PT PP (Persero) Tbk (PTPP), Bakhtiyar Efendi mengatakan, dana segar hasil penjualan saham PT Inpola Meka Energi dapat menambah kas PT PP Energi. Sehingga likuiditas perseroan menjadi lebih besar di posisi aset lancar dan solvabilitas menjadi terjaga. Upaya ini selaras dengan strategi perusahaan dalam rangka penyehatan keuangan melalui divestasi beberapa portofolio bisnis.

"Kami percaya aksi korporasi ini akan memberikan benefit yang baik untuk PT PP Energi dan PT PP (Persero) Tbk sebagai pemegang saham mayoritas”, ujar Bakhtiyar dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (5/1/2024).

Divestasi menjadi jurus andalan perseroan untuk memangkas utang. Aksi tersebut diharapkan bisa menekan utang berbunga PTPP hingga 25 persen pada 1-2 tahun mendatang. Merujuk laporan keuangan perseroan per September 2023, total liabilitas tercatat sebanyak Rp 44,22 triliun atau naik dibandingkan posisi akhir 2022 yang tercatat sebesar Rp 42,79 triliun.

Bersamaan dengan itu, aset perseroan hingga September 2023 naik menjadi Rp 59,32 triliun dari Rp 57,62 triliun pada Desember 2022. Sedangkan ekuitas naik menjadi Rp 15,1 triliun dari Rp 14,82 triliun pada akhir 2022.

 

4 dari 5 halaman

Target Pendapatan 2024

Sebelumnya diberitakan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengincar pertumbuhan pendapatan 10 persen pada 2024. Target pendapatan itu telah mempertimbangkan sentimen pemilihan umum (Pemilu).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT PP Tbk, Agus Purbianto mengakui, angka itu cukup konservatif mempertimbangkan sentimen pemilihan umum (pemilu) serentak yang dilaksanakan tahun depan.

"Dengan adanya perubahan Dewan Komisaris, kami perlu pembahasan lagi. Tapi ancer-ancernya target RKAP 2024, karena menyangkut pemilu dan dilihat dari track record terdahulu, memang tidak terlalu tinggi dari capaian 2023. Berkisar antara 5-10 persen saja kenaikannya," kata Agus dalam konferensi pers usai RUPSLB di Jakarta, Rabu (13/12/2023).

Harapannya, transisi kepemimpinan Presiden berikutnya berjalan mulus dan kondusif. Sehingga dapat memberikan kepastian bagi pelaku usaha. Direktur Utama PT PP, Novel Arsyad menambahkan, pihaknya optimistis tahun depan perseroan dapat mencatatkan kinerja solid lantaran terdapat potensi besar baik dari segmen BUMN maupun swasta.

"Kita konsentrasi dengan proyek yang sudah kita dapatan dan tetap konsentrasi untuk mendapatkan (proyek baru) atau target-target yang sudah kita proses untuk RKAP 2024. Potensi proyek ke depan masih besar baik BUMN maupun swasta. Carry over kami di 2024 juga masih cukup besar," kata Novel.

Pada perdagangan Rabu, 13 Desember 2023 saham PTPP ditutup naik 0,98 persen ke posisi 515. Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham PTPP tercatat sebanyak 2.099 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 23,18 juta lembar saham senilai Rp 12,06 miliar.

 

5 dari 5 halaman

Bos PTPP Beberkan Perkembangan Merger PT PP dan Wijaya Karya

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk (PTPP), Novel Arsyad buka suara mengenai rencana penggabungan usaha atau merger antara perseroan dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

Novel menuturkan, pembahasan mengenai rencana tersebut masih bergulir di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). PIhaknya juga belum mengantongi arahan lebih lanjut mengenai rencana aksi tersebut.

"Soal merger ini sepenuhnya masih ada di Kementerian BUMN. Kita akan menunggu arahan dari Kementerian BUMN," jelas Novel dalam paparan publik yang diselenggarakan secara daring, Rabu (20/12/2023).

Rencana ini digagas oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, sehubungan dengan sejumlah masalah keuangan pada sejumlah emiten BUMN karya. Erick menyebut beberapa nama BUMN Karya, seperti PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, hingga PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

"Rencana tadi, contohnya HK akan bersinergi dengan Waskita. PP akan bersinergi dengan WIKA. Nah, itu belum merger, tetapi istilahnya bisa menjadi anak usaha sehingga memperkuat cashflow," ungkap Erick dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

Penyusunan roadmap konsolidasi BUMN Karya sejak awal sudah dilakukan bersama Boston Consulting Group. Menurut dia, ada tiga konteks yang telah Kementerian BUMN pelajari bersama pihak konsultan.

"Nomor satu, ketika pembiayaan jangka pendek harus biayai proyek jangka panjang, itu kan yang akhirnya tidak ketemu. Yang kedua, kita juga memfokuskan para karya ini harus dengan expertise-nya, jangan palugada. Artinya apa, gara-gara rebutan proyek mereka membanting harga untuk mendapatkan proyek, padahal cashflow-nya tidak ketemu," bebernya.

"Ketiga, yang lebih parah Karya-Karya ini juga melebarkan bisnisnya kepada hal-hal yang bukan justru ekspert-nya seperti properti. Nah, itu lah yang kita konsolidasi dan kita perbaiki," pungkas Erick Thohir.