Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara atau suspensi perdagangan saham PT Jaya Trishindo Tbk (HELI). Penghentian sementara perdagangan dilakukan usai saham HELI terpantau mencatatkan peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
"Sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham HELI, dalam rangka cooling down BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham HELI pada perdagangan tanggal 8 Januari 2024,” mengutip pengumuman Bursa, Senin (8/1/2024).
Baca Juga
Penghentian sementara perdagangan atau suspensi saham HELI dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Tujuannya, yakni untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar dalam mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham HELI.
Advertisement
Melansir data RTI, saham HELI ditutup naik 25 persen ke posisi 500 pada perdagangan Jumat, 5 Januari pekan lalu. Frekuensi perdagangan saat itu tercatat sebanyak 3.697 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 14,92 juta lembar senilai Rp 6,87 miliar.
Dalam sepekan, harga saham PT Jaya Trishindo Tbk naik 23,76 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham HELI naik 189,39 persen. Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan.
Informasi terakhir yang disampaikan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa yakni pengumuman hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 12 Desember 2023 lalu. Pada rapat tersebut, pemegang saham perseroan menyetujui agenda perubahan susunan manajemen.
Rapat mengesahkan pengunduran diri Andre Franklin Sahelangi dari jabatannya selaku Direktur perseroan. Rapat juga menyetujui dan mengesahkan pengunduran diri Harry Danui dari jabatannya selaku Komisaris Independen. Bersamaan dengan itu, pemegang saham menyetujui pengangkatan Ryan Kim Miller sebagai Direktur perseroan dan Muhammad Gufron sebagai Komisaris Independen perseroan.
Penutupan IHSG pada Jumat 5 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan saham Jumat (5/1/2023). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.
Dikutip dari data RTI, IHSG berbalik arah ke zona merah pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan ini. IHSG melemah tipis 0,12 persen ke posisi 7.350,61. Indeks LQ45 melemah 0,24 persen ke posisi 986,25. Mayoritas indeks saham acuan tertekan.
Menjelang akhir pekan ini, IHSG sempat menguat pada awal sesi perdagangan. Bahkan IHSG sempat sentuh level tertinggi 7.403,57. Namun,IHSG berbalik arah ke zona merah hingga sentuh posisi terendah di kisaran 7.350,61.
Sebanyak 294 saham melemah sehingga menekan IHSG. 237 saham menguat dan 236 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.253.721 kali dengan volume perdagangan 18,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 9,9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.503. Investor asing melakukan aksi beli saham Rp 1,3 triliun. Sepanjang 2024, investor asing membeli saham Rp 2,8 triliun.
Jelang akhir pekan ini, mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham energi naik 0,43 persen, sektor saham siklikal bertambah 0,22 persen, sektor saham properti menguat 0,45 persen. Selain itu, sektor saham keuangan bertambah 0,87 persen, dan catat penguatan terbesar.
Sementara itu, sektor saham basic merosot 0,38 persen, sektor saham industri turun 0,60 persen, sektor saham nonsiklikal merosot 0,64 persen. Selanjutnya sektor saham kesehatan tergelincir 0,78 persen, sektor saham teknologi terpangkas 0,40 persen, sektor saham infrastruktur merosot 0,54 persen dan sektor saham transportasi susut 0,24 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG sudah relatif terbatas karena sudah berada pada akhir fase uptren-nya. “Di sisi lain, koreksi dari IHSG ini sejalan dengan pergerakan market global yang juga terkoreksi,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, hal tersebut diperkirakan meningkatnya kembali imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke angka 4 persen ditambah the Fed nampaknya masih cenderung hawkish untuk suku bunganya.
Advertisement
Pembukaan Bursa Saham Asia pada 8 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat tipis pada perdagangan Senin (8/1/2024) seiring investor menantikan data dan peristiwa ekonomi penting.
Dikutip dari CNBC, Australia dan Jepang akan merilis inflasi pada Selasa dan Kamis pekan ini. Sedangkan China akan mengumumkan neraca perdagangan dan inflasi Desember pada Jumat pekan ini.
Bank of Korea akan mengadakan pertemuan bank sentral pertama 2024 di antara negara-negara besar di Asia pada Kamis pekan ini. Bank sentral Korea Selatan akan pertahankan suku bunga stabil di 3,5 persen.
Di Australia, indeks ASX 200 naik tipis 0,17 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong menguat 16.590 dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di 16.535,33.
Sementara itu, bursa saham Jepang libur dan akan buka pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,34 persen, sedangkan indeks Kosdaq turun 0,08 persen.
Di wall street pada Jumat pekan lalu, tiga indeks acuan menguat setelah laporan pekerjaan lebih kuat dari perkiraan. Indeks S&P 500 naik 0,18 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,09 persen dan indeks Dow Jones mendaki 0,07 persen.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) menambahkan lebih banyak lapangan kerja dibandingkan perkiraan pada Desember, dengan jumlah upah non pertanian (nonfarm payrolls) tumbuh 216.000, dibandingkan perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones 170.000. Tingkat pengangguran stabil di 3,7 persen yang merupakan tanda lain dari berlanjutnya kekuatan tenaga kerja. Laporan tersebut membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat menguat. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menyentuh 4,1 persen.