Sukses

BEI Umumkan Potensi Delisting Danasupra Erapacific, Publik Pegang 26% Saham DEFI

BEI menyebutkan saham PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) terancam delisting dari pasar modal Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) umumkan potensi delisting (penghapusan) perusahaan tercatat PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI).

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (8/1/2024), BEI menyebutkan saham DEFI telah disuspensi selama 24 bulan.

BEI menyebutkan, berdasarkan pengumuman bursa No. Peng-SPT-00001/BEI.PP3/01-2022 pada 6 Januari 2022 perihal penghentian sementara perdagangan efek PT Danasupra Erapacific Tbk, serta Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa, Bursa dapat menghapus saham Perusahaan Tercatat apabila:

a. Ketentuan III.3.1.1, Mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha Perusahaan Tercatat, baik secara finansial atau secara hukum, atau terhadap kelangsungan status Perusahaan Tercatat sebagai perusahaan terbuka, dan Perusahaan Tercatat tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai.

b. Ketentuan III.3.1.2, Saham Perusahaan Tercatat yang akibat suspensi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

Adapun susunan pemegang saham Perseroan berdasarkan laporan bulanan registrasi pemegang efek per 30 November 2023 antara lain:

  • PT Intan Sakti Wiratama sebesar 20,92 persen
  • PT Jesivindo Juvatama sebesar 14,93 persen
  • PT Quantum CLovera Investama Tbk sebesar 14,47 persen
  • PT Asuransi Jiwa Kresna sebesar 23,57 persen
  • Masyarakat sebesar 26,11 persen.

“Bursa meminta kepada publik untuk memperhatikan dan mencermati segala bentuk informasi yang disampaikan Perseroan,” tulis BEI.

2 dari 3 halaman

Penutupan IHSG pada 7 Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah melemah ke zona merah pada perdagangan saham Senin (8/1/2023). Mayoritas sektor saham tertekan.

Berdasarkan data RTI, IHSG anjlok 0,91 persen ke posisi 7.283,57. Indeks LQ45 merosot 1 persen ke posisi 975,43. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Pada perdagangan saham Senin pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.393,13 dan terendah 7.275,17. Sebanyak 348 saham tertekan sehingga bebani IHSG. 183 saham menguat dan 243 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.391.762 kali dengan volume perdagangan 18,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.539. Koreksi IHSG juga terjadi di tengah aksi beli saham oleh investor asing. Investor asing mencatat aksi beli saham Rp 840,6 miliar. Sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 3,7 triliun.

Mayoritas sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham basic materials. Sektor saham tersebut merosot 2,18 persen. Selain itu, sektor saham energi turun 0,47 persen, sektor saham industri terpangkas 0,27 persen dan sektor saham nonsiklikal susut 0,77 persen.

Selanjutnya sektor saham teknologi melemah 0,64 persen, sektor saham infrastruktur merosot 0,90 persen, dan sektor saham transportasi terpangkas 0,66 persen.

Sementara itu, sektor saham siklikal bertambah 0,07 persen, sektor saham kesehatan naik 0,22 persen, sektor saham keuangan mendaki 0,08 persen dan sektor saham properti bertambah 0,51 persen.

3 dari 3 halaman

Kata Analis

Pada awal pekan ini, saham GOTO stagnan di posisi Rp 86 per saham. Saham GOTO berada di level tertinggi Rp 87 dan terendah Rp 85 per saham. Total frekuensi perdagangan 11.373 kali dengan volume perdagangan 11.166.861 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 92,3 miliar.

Dikutip dari Antara, Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, secara teknikal, pergerakan IHSG saat ini cenderung berada pada awal fase downtrend-nya setelah mencatatkan rekor all time high (ATH). Pihaknya prediksi, IHSG masuk fase downtrend itu seiring ada aksi ambil untung. Di sisi lain, IHSG juga dipengaruhi pergerakan bursa Asia yang awal pekan ini mayoritas melemah. “Serta pergerakan harga minyak dunia yang bergerak terkoreksi,” kata dia.

Didit menambahkan, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga terpantau melemah.