Liputan6.com, Jakarta - PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) berkomitmen untuk terus melebarkan sayap bisnisnya usai menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Ini mengingat, perusahaan bakal mengincar pasar ekspor dalam beberapa waktu mendatang.
Direktur Utama Sinergi Multi Lestarindo Siu Min menuturkan, hingga saat ini pangsa pasar SMLE masih didominasi oleh domestik. Akan tetapi, ke depannya, perusahaan berencana untuk mengincar pasar ekspor di Asia.
"Kami sedang susun feasibility study nya, supaya di 2024 ini kita bisa mempunyai satu fasilitas yang lebih baik. Di kita punya blueprint, kita sudah ada dua negara yang kita mau masuk 2024 tapi kita sedang lihat regulasi dari negara tersebut, apakah kita bisa membuat perusahaan 100% kepunyaan kita atau kita bisa joint venture dengan perusahaan di sana kita sedang pelajari. Masih di Asia (realisasinya) mungkin end of this year," ujar dia saat ditemui di BEI, Rabu (10/1/2024).
Advertisement
Siu Min menegaskan, Sinergi Multi Lestarindoberkomitmen dalam berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
"Kami akan terus mengoptimalkan tim R&D guna menciptakan formulasi produk yang beragam, sesuai dengan permintaan pelanggan, untuk mendorong pertumbuhan penjualan (SMLE),” ujar dia dalam keterangan resminya.
Selain itu, ia menjelaskan, pengembangan portofolio produk akan diperluas dengan memperbanyak hubungan dengan pemasok, fokus pada produk khusus dengan menciptakan inovasi formula sesuai dari market trend.
"Perseroan juga akan memperluas jaringan pelanggan baru dan mempertahankan hubungan yang baik dengan pelanggan. Kami juga akan memperkuat aspek keberlanjutan dengan mengembangkan R&D untuk memperluas varian bahan baku specialty chemical,” imbuhnya.
Selama perjalanan 10 tahun ini, perusahaan memulai dengan menjadi keagenan tunggal (sole distributor), dan kini memiliki kepercayaan dari lebih dari 15 perusahaan global terkemuka sebagai agen tunggal di Indonesia.
Akan tetapi, dengan tata kelola yang baik, dengan tim yang profesional, akhirnya SMLE bisa mencatatkan diri Bursa Efek Indonesia (BEI). “Kami telah menjalin kemitraan bisnis dengan 162 mitra di lebih dari 30 negara,” ujar Siu.
Harga Saham SMLE
Sementara itu, saham SMLE dibuka naik ke posisi Rp 224 per saham dari harga awal Rp 175 per saham. Harga saham SMLE berada di posisi Rp 236 per saham atau naik 34,86% pada pukul 9.05 WIB.
Saham SMLE berada di level tertinggi Rp 236 dan terendah Rp 204 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.633 kali dengan volume perdagangan 93,12 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 21,73 miliar.
Direktur Utama PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk, Siu Min menegaskan komitmen perusahaan dalam berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
"Kami akan terus mengoptimalkan tim R&D guna menciptakan formulasi produk yang beragam, sesuai dengan permintaan pelanggan, untuk mendorong pertumbuhan penjualan (SMLE),” ujar dia dalam keterangan resminya.
Selain itu, ia menjelaskan, pengembangan portofolio produk akan diperluas dengan memperbanyak hubungan dengan pemasok, fokus pada produk khusus dengan menciptakan inovasi formula sesuai dari market trend.
“Perseroan juga akan memperluas jaringan pelanggan baru dan mempertahankan hubungan yang baik dengan pelanggan. Kami juga akan memperkuat aspek keberlanjutan dengan mengembangkan R&D untuk memperluas varian bahan baku specialty chemical,” imbuhnya.
Selama perjalanan 10 tahun ini, perusahaan memulai dengan menjadi keagenan tunggal (sole distributor), dan kini memiliki kepercayaan dari lebih dari 15 perusahaan global terkemuka sebagai agen tunggal di Indonesia.
"Kami telah menjalin kemitraan bisnis dengan 162 mitra di lebih dari 30 negara,” ujar Siu.
Direktur PT MNC Sekuritas Hary Herdiyanto selaku Penjamin Pelaksana Emisi Efek yang terlibat dalam proses IPO, menyatakan pandangannya mengenai PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE).
Advertisement
Target Pasar yang Luas
Menurut ia, SMLE menarik karena berbagai keunggulan yang dimilikinya. Pertama, target pasar yang luas dan beragam dari berbagai sektor yang menandakan Perseroan memiliki potensi pertumbuhan yang besar.
Kedua, memiliki keunikan berupa tim R&D yang inovatif yang mampu menciptakan berbagai formulasi untuk produk kosmetika, makanan, minuman, dan kimia industri, dan terbukti diterima secara luas oleh pasar selama ini.
Ketiga, SMLE menunjukkan keunggulan operasional yang tercermin dari kemampuannya mencatat pertumbuhan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir dengan CAGR penjualan hampir mencapai 25% (2020-2022) dan bahkan untuk periode Juni 2023 dibandingkan dengan Juni 2022 (Q-on-Q), Perseroan mampu mencatat pertumbuhan penjualan hampir mencapai 50%.
"Ini menjadi landasan keyakinan bahwa SMLE memiliki prospek bisnis yang cerah dan potensi untuk menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia dalam industri bahan baku kimia khusus,” ucap Hary.
OJK Sebut Ada 60 Rencana IPO di Pasar Modal, Nilainya Segini
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut masih ada 60 rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di pipeline penghimpunan dana di pasar modal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih bagus, masih tinggi, yaitu sebesar Rp 255,33 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 83 emiten hingga 29 Desember 2023.
"Penghimpunan dana per Desember ini telah melampaui capaian target di 2023 sebesar Rp 200 triliun," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Selasa (9/1/2024).
Sementara itu, di pipeline OJK masih terdapat 85 penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 28,68 triliun.
Bila dirinci, terdapat 60 perusahaan yang berencana melakukan IPO senilai Rp 10,01 triliun. Lalu, ada juga 11 perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) senilai Rp 5,40 triliun.
Kemudian, ada 8 rencana penawaran umum efek bersifat utang dan atau sukuk (EBUS) senilai Rp 9,26 triliun. Selain itu, ada 6 rencana penerbitan PUB EBUS Tahap I,II dan seterusnya senilai Rp 4,01 triliun.
Advertisement