Liputan6.com, Jakarta - Ibu dan dua saudara perempuan dari Chairman Samsung Electronics Jay Y.Lee berencana menjual saham Samsung. Hal itu dalam kesepakatan yang diperkirakan senilai 2,19 triliun won atau USD 1,66 miliar. Nilai itu setara Rp 25,84 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.569).
Penjualan saham Samsung sekitar 29,8 juta lembar saham akan didiskon 1,2 persen-2 persen dari harga penutupan saham Samsung pada Rabu, 10 Januari 2024 di kisaran 73.600 won, menurut laporan Seoul Economic Daily berdasarkan sumber investment banking, dikutip dari Channel News Asia, ditulis Kamis (11/1/2024).
Baca Juga
Saham itu mewakili 0,5 persen saham di Samsung Electronics. Goldman Sachs, Citibank, UBS dan JPMorgan terlibat dalam kesepakatan itu agar anggota keluarga kumpulkan dana untuk membayar cicilan pajak warisan miliaran dolar AS yang dikeluarkan setelah mantan Chairman Samsung Lee Kun-hee meninggal dunia pada 2020, demikian dikutip dari Korea Economic Daily.
Advertisement
Saham afiliasi Samsung C&T, Samsung SDS dan Samsung Life Insurance ditawarkan pada saat yang sama dalam kesepakatan blok yang diperkirakan bernilai sekitar 644 miliar won untuk tujuan yang sama. Samsung menolak berkomentar.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 10 Januari 2024
Sebagian besar bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Rabu (10/1/2024). Indeks CSI 300 mendekati level terendah dalam lima tahun.
Di satu sisi, bursa saham di Jepang melawan tren untuk memperpanjang level tertinggi dalam 33 tahun. Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 2,01 persen ke posisi 34.000 untuk pertama kalinya sejak Maret 1990. Indeks Nikkei menyentuh 34.441,72.
Indeks Topix bertambah 1,3 persen menjadi 2.444,48. Indeks Topix mencapai level yang belum pernah terlihat selama lebih dari 30 tahun.
Indeks harga konsumen tertimbang Australia naik 4,3 persen year on year (YoY), sedikit lebih rendah dari prediksi berdasarkan jajak pendapat Reuters sebesar 4,4 persen.
Indeks ASX 200 melemah 0,69 persen ke posisisi 7.468,50 setelah hentikan penurunan empat hari berturut-turut pada perdagangan Selasa pekan ini.
Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,75 persen ke posisi 2.541,98. Hal itu di tengah tingkat pengangguran di Korea Selatan mencapai level tertinggi dalam 23 bulan, sedangkan indeks Kosdaq anjlok 1,04 persen ke posisi 875,46.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,49 persen. Indeks CSI 300 China melemah 0,47 persen ke posisi 3.277,13, yang merupakan level terendah sejak 31 Januari 2019.
Di wall street, sebagian besar saham turun. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,15 persen. Sedangkan indeks Dow Jones merosot 0,42 persen. Indeks Nasdaq naik 0,09 persen didorong kenaikan sejumlah saham big tech.
Saham Nivia naik 1,7 persen, mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa. Saham Amazon dan Alphabet naik lebih dari 1,5 persen.
Saham Juniper Networks melonjam hampir 22 persen setelah laporan di wall street journal mengatakan, Hewlett Packard Enterprise dapat umumkan kesepakatan akuisisi Juniper Networks senilai USD 13 miliar.
Advertisement
Samsung Siapkan Sensor Kamera Smartphone Berkemampuan AI
Sebelumnya diberitakan, pasar sensor kamera smartphone saat ini sebagian besar didominasi oleh Sony dan Samsung. Namun, Samsung disebut masih tertinggal dari Sony.
Menurut laporan Counterpoint Research, Sony mendominasi pasar sensor gambar dengan pangsa pasar sebesar 54%, sedangkan Samsung menguasai 29% pangsa pasar. Demikian dilansir Gadgets Now, Jumat (5/1/2024).
Terkait hal ini, Samsung dikabarkan sedang mencoba mengembangkan dan meluncurkan sensor kamera ponsel dengan kemampuan AI (kecerdasan buatan) untuk menghadapi persaingan tersebut.
Berdasarkan laporan Business Korea, Samsung menambahkan AI ke dalam bisnis sensor gambar kameranya.
Awal tahun 2023, perusahaan Korea Selatan tersebut meluncurkan sensor kamera 200MP generasi ketiganya. Dan kali ini, perusahaan mengumumkan teknologi Zoom Anyplace yang didukung oleh AI.
Teknologi Zoom Anyplace dari Samsung menawarkan perekaman video 4K secara simultan pada bingkai penuh dan bagian bingkai yang diperbesar. Selain itu, perusahaan juga berencana untuk memasukkan lebih banyak fitur AI ke dalam sensor kameranya.
Rencana bisnis jangka panjang Samsung adalah menciptakan sensor yang dapat mereplikasi indra manusia. Pada tahun 2027, peta jalan perusahaan mencakup pengembangan sensor kamera yang dapat menangkap bahkan hal-hal yang tidak terlihat, catat laporan tersebut.
Presiden Sistem LSI Samsung, Park Yong-in, baru-baru ini berbicara tentang fokus pada tujuan memimpin era 'AI Proaktif'. Hal ini mencakup penguasaan AI Generatif, algoritma dan teknologi berkinerja tinggi, serta solusi komunikasi jarak jauh.