Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Jumat (12/1/2024) kecuali Jepang. Bursa saham Jepang melanjutkan kenaikan jelang akhir pekan.
Selain itu, investor menanti serangkaian data dari China termasuk inflasi dan perdagangan pada Desember. Demikian dikutip dari CNBC.
Baca Juga
Pada awal sesi perdagangan di bursa saham Asia, indeks Nikkei dan Topix menguat ke level tertinggi sejak 1990 setelah melonjak dalam sepekan terakhir.
Advertisement
Indeks Nikkei naik 2,1 persen pada pembukaan sebelum memangkas sejumlah kenaikan. Indeks Topix bertambah 0,53 persen.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,38 persen. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,15 persen dan indeks Kosdaq susut 0,65 persen. Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.236, lebih lemah dari penutupan perdagangan terakhir 16.302,04.
Di wall street, tiga indeks acuan pada perdagangan Kamis pekan ini mendekati garis datar saat inflasi Amerika Serikat pada Desember lebih tinggi dari perkiraan.
Laporan indeks harga konsumen Desember sedikit lebih tinggi dari perkiraan, mencerminkan kenaikan harga konsumen 0,3 persen pada bulan tersebut sehingga mendorong tingkat tahunan menjadi 3,4 persen dibandingkan dengan perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 3,2 persen.
Indeks Nasdaq mendatar, sedangkan indeks Dow Jones naik 0,04 persen. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,07 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks acuan tersebut sempat diperdagangkan di atas rekor penutupan tertinggi di 4.796,56.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 11 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, Jepang memimpin kenaikan di bursa saham Asia Pasifik pada Kamis, 11 Januari 2024. Indeks Nikkei di Jepang memperpanjang reli sehingga memecahkan rekor jelang data inflasi Amerika Serikat.
Selain itu, bursa saham di Korea Selatan mempertahankan kenaikannya setelah Bank of Korea mempertahankan suku bunga.
Indeks Nikkei 225 melonjak 1,7 persen hingga mendorong ke posisi 35.000. Level itu pertama kali sentuh posisi di atas 35.000 tepatnya 35.049,86 sejak Februari 1990. Indeks Topix menguat 1,57 persen ke posisi tertinggi baru dalam 33 tahun ke posisi 2.482,87.
Jepang memimpin kenaikan di bursa saham Asia Pasifik pada Kamis, 11 Januari 2024. Indeks Nikkei di Jepang memperpanjang reli sehingga memecahkan rekor jelang data inflasi Amerika Serikat.
Selain itu, bursa saham di Korea Selatan mempertahankan kenaikannya setelah Bank of Korea mempertahankan suku bunga.
Indeks Nikkei 225 melonjak 1,7 persen hingga mendorong ke posisi 35.000. Level itu pertama kali sentuh posisi di atas 35.000 tepatnya 35.049,86 sejak Februari 1990. Indeks Topix menguat 1,57 persen ke posisi tertinggi baru dalam 33 tahun ke posisi 2.482,87.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 11 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Kamis, 11 Januari 2024. Indeks acuan di wall street cenderung mendatar setelah rilis data inflasi mencerminkan kenaikan harga konsumen pada Desember.
Dikutip dari CNBC, Jumat (12/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq mendatar ke posisi 14.970,19. Indeks Dow Jones naik tipis 15,29 poin atau 0,04 persen ke posisi 37.711,02. Indeks S&P 500 melemah tipis 0,07 persen ke posisi 4.780,24. Pada awal sesi perdagangan, indeks S&P 500 sempat berada di atas rekor penutupan di level tertinggi 4.796,56.
Laporan indeks harga konsumen pada Desember sedikit lebih tinggi dari perkiraan mencerminkan kenaikan harga konsumen 0,3 persen pada bulan tersebut sehingga tingkat tahunan menjadi 3,4 persen. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi consumer price index (CPI) atau inflasi naik 0,2 persen pada Desember, dan 3,2 persen year over year (YoY).
Namun, inflasi inti tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, sesuai dengan harapan menunjukkan tekanan inflasi yang terus menerus, tetapi mereda.
Data yang dirilis pada Kamis pekan ini menunjukkan penurunan suku bunga pada masa depan mungkin akan lebih lambat.
“Kenaikan CPI ini merupakan pengingat penting akan sifat pemulihan ekonomi yang tidak dapat diprediksi dan suramnya data ekonomi makro,” ujar Chief Investment Officer Global X, Jon Maier.
Ia menambakan, pasar mungkin perlu bersiap untuk hadapi potensi volatilitas karena the Federal Reserve (the Fed) dapat mempertahankan atau berpotensi mengintensifkan kebijakan moneter restriktifnya sebagai respons terhadap tekanan inflasi ini.
Menanti Laporan Keuangan
Imbal hasil awalnya naik karena data inflasi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai angka tertinggi 4,068 persen sebelum merosot ke 3,98 persen.
Chief Investment Strategist CFRA, Sam Stovall menuturkan, pergerakan wall street pada perdagangan Kamis pekan ini, sebagian dipengaruhi oleh harapan yang lemah seputar jadwal penurunan suku bunga the Fed serta kegelisahan tentang laba perusahaan. Pekan ini dimulainya rilis laporan keuangan pada kuartal IV 2023. Sejumlah raksasa perbankan akan rilis laporan keuangan antara lain Bank of America, Wells Fargo, dan JPMorgan Chase.
“Laba menambah kegelisahan investor. Kami berada dalam periode pra musim laporan keuangan, di mana ada sedikit kegelisahan, karena pada 31 Desember, laba akan naik 2,1 persen pada kuartal terakhir dan sekarang diperkirakan naik 1,7 persen,” ujar Stovall.
Menurut Carson Group Global Macro Strategist Sonu Varghese menuturkan, laba bank-bank besar pada Jumat akan mencerminkan konsumen yang secara umum kuat yang akan memberikan gambaran lebih baik bagi ekonomi Amerika Serikat dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Advertisement