Liputan6.com, Jakarta - PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (SCCO) atau Sucaco berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham atau stock split.
Perusahaan manufaktur kabel listrik ini akan menggelar stock split dengan rasio 1:4. Artinya, setiap pemegang satu lembar saham yang ada saat ini akan dipecah menjadi empat saham baru saat stock split.
Baca Juga
Saat ini perseroan memiliki 205.583.400 lembar saham beredar dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Setelah stock split, jumlah saham perseroan menjadi 822.333.600 lembar dengan nilai nominal menjadi Rp 250 per lembar.
Advertisement
Harga saham SCCO per 11 Januari 2024 berada pada posisi 8.275. Dengan asumsi harga tersebut, harga saham SCCO akan berubah menjadi 2.069 usai stock split. Rencana aksi ini telah mendapat persetujuan prinsip dari Bursa pada 22 Desember 2023. Selanjutnya, perseroan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 20 Februari 2024 untuk meminta restu pemegang saham atas aksi stock split.
"Tujuan pelaksanaan pemecahan nilai nominal saham (stock split) adalah untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar dan menurunkan harga per lembar saham agar menjadi lebih terjangkau bagi investor sehingga dapat mendorong likuiditas. Serta memenuhi ketentuan Peraturan Bursa No. I-A Tahun 2021 tanggal 21 Desember 2021 mengenai pemenuhan saham Free Float," terang Sekretaris Perusahaan Sucaco, Risti Saka dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (14/1/2024).
Melansir data RTI, saham SCCO ditutup turun 1,51 persen ke posisi 8.150 pada Jumat, 12 Januari 2024. Frekuensi perdagangan saham SCCO tercatat sebanyak 23 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni sebanyak 3,90 ribu lembar senilai Rp 32,42 juta. Dalam sepekan, harga saham SCCO turun 5,78 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham SCCO turun 3,83 persen.
Jadwal stock split PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk:
- Tanggal efektif: 8 Januari 2024
- Akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di seluruh pasar: 7 Maret 2024
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler dan negosiasi: 8 Maret 2024
- Mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar tunai: 14 Maret 2024
OJK Targetkan Penghimpunan Dana di Pasar Modal hingga Rp 200 Triliun pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan penghimpunan dana di pasar modal sekitar Rp 175 triliun-Rp 200 triliun pada tahun pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menuturkan, pihaknya optimistis terhadap tahun depan, akan tetapi mengambil sikap konservatif.
"Walaupun optimis tetapi konservatif ya. Jadi kita tentunya melihat daripada IMF dan World Bank, itu juga merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK November 2023, Senin (4/12/2023).
Di samping itu, ia menuturkan, Pemerintah Indonesia pada 2024 memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,2 persen. Angka itu di bawah tahun ini, yakni sebesar 5,3 persen.
"Oleh karena itu dalam mentargetkan tahun ke depan, kita target kita adalah sama dengan tahun lalu (2023) ya, antara Rp 175 sampai dengan 200 triliun,” kata dia.
Di samping itu, ia menjelaskan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi yaitu sebesar Rp230,59 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 74 emiten hingga 30 November 2023. Penghimpunan dana per November ini telah memenuhi capaian target pada 2023.
Advertisement
Pipeline Penawaran Umum
Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 96 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp41,11 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 64 perusahaan.
Di sisi lain, Inarno mengatakan, seiring dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 30 November 2023 menguat sebesar 4,87 persen mtd ke level 7.080,74 (Oktober 2023: 6.752,21), dengan tekanan outflow non-resident mereda meski masih mencatatkan net sell sebesar Rp0,52 triliun mtd (Oktober 2023: outflow Rp8,10 triliun mtd). Beberapa sektor di IHSG pada November 2023 masih menguat di antaranya sektor teknologi, infrastruktur, dan keuangan.
"Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 3,36 persen dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp13,86 triliun (Oktober 2023: net sell sebesar 13,34 triliun ytd). Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di November 2023 tercatat meningkat sebesar Rp10,54 triliun ytd (Oktober 2023: Rp10,48 ytd),” ujar dia.
Industri Pengelolaan Investasi
Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN per 30 November 2023 membukukan inflow investor asing sebesar Rp23,50 triliun mtd (Oktober 2023: outflow 12,62 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 35,38 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 16,21 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp71,69 triliun ytd
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI pada 30 November 2023 menguat 7,34 persen ytd ke level 370,10 (Oktober 2023: menguat 4,64 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat sebesar Rp64,72 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp1,46 triliun.
Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi per 30 November 2023 tercatat sebesar Rp808,32 triliun, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp492,72 triliun atau turun 0,39 persen (mtd). Investor Reksa Dana membukukan net redemption sebesar Rp7,30 triliun (mtd). Secara ytd, NAB menurun 2,41 persen, namun masih mencatatkan net subscription sebesar Rp2,68 triliun.
Advertisement