Sukses

Menengok Prospek Sektor Energi di Tengah Krisis Laut Merah

Analis menilai, krisis Laut Merah saat ini berpotensi mengganggu pasokan minyak dan gas.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor energi membara seiring krisis di Laut Merah. Serangan kelompok militan Houthi di Laut Merah menimbulkan kekhawatiran keamanan terhadap kapal-kapal pembawa logistik besar, yang secara kolektif mewakili sekitar 60 persen perdagangan global. Analis menilai, krisis Laut Merah saat ini berpotensi mengganggu pasokan minyak dan gas.

"Prospek saham energy masih akan baik apabila kondisi di laut merah masih memanas. Apabila kondisi geopolitik di laut merah masih memanas akan berpotensi membuat harga energi masih akan naik kembali karena akan berpotensi mengganggu pasokan minyak dan gas," kata Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora kepada Liputan6.com, Selasa (16/1/2024).

Untuk sektor ini, Andhika jagokan saham Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan strategi buy on weakness pada target price 1.350. Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menilai situasi geopolitik di Laut Merah ini merupakan sentimen jangka pendek.

Sementara untuk jangka panjang, Wahyu mengatakan sektor energi masih menarik karena permintaan masih tinggi.

"Komoditi energi masih sangat potensial jangka menengah dan panjang. Kondisi ekonomi global, geopolitik, serta isu lingkungan dan perubahan iklim memastikan bahwa energi sangat vital dan strategis. Bahkan untuk komoditas yang belum bersih seperti coal misalnya," kata Wahyu.

Selain dari sisi permintaan (demand), Wahyu mengatakan sentimen untuk sektor ini masih bergantung pada kebijakan Ban kSentral AS, The Fed. Menurut dia, jika the Fed pivot dan memberikan stimulus atau bahkan memangkas suku bunga acuan, USD bisa melemah dan sentimen positif global bisa berharap kepada membaiknya permintaan, sehingga memicu kenaikan harga komoditas tersebut.

"Ancaman ekonomi masih menekan. Harapan dari stimulus atau pivot Fed.Sedangkan geopolitik hanya faktor jangka pendek," imbuh Wahyu.

Untuk sektor energi, Wahyu jagokan saham Barito Renewables Energy Tbk Tbk (BREN), Bayan Resources Tbk (BYAN), dan Amman Mineral Internasional Tbk Tbk (AMMN).

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 4 halaman

Saham Sektor Energi Lesu pada 2023, Ini Penyebabnya

Sebelumnya diberitakan, saham-saham sektor energi mulai dipandang kurang prospektif seiring dengan penurunan harga komoditas dan pelemahan ekonomi di China.

Sektor saham energi lesu sepanjang 2023. Sektor saham energi turun 10,02 persen year to date ke posisi 2.051 pada penutupan perdagangan Selasa, 29 Agustus 2023, demikian mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mengatakan, indeks saham sektor energi cenderung melemah akhir-akhir ini. Faktor yang menjadi pemberat pergerakan indeks sektor energi adalah saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang anjlok 10 persen lebih secara year to date (ytd).

Padahal BYAN menjadi saham dengan bobot terbesar di sektor energi selain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).

“Sementara saham yang harganya masih baik dan jadi penopang indeks sektor energi adalah TCPI dan DSSA,” kata Fajar kepada Liputan6.com, Rabu (30/8/2023).

Saham-saham di sektor energi pun dianggap masih diliputi prospek negatif. Ini mengingat tren harga batu bara yang cenderung mendatar (sideways), meski terjadi kenaikan harga dalam beberapa waktu belakangan. 

Kondisi perekonomian China juga penuh ketidakpastian, sehingga harga batu bara dan komoditas lainnya berpotensi kembali mengalami penurunan pada sisa 2023.

 

 

3 dari 4 halaman

Sektor Saham Energi pada 2023

Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, dalam satu bulan terakhir, saham-saham yang mampu menjadi penopang sektor energi antara lain ADRO, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Sedangkan saham yang menjadi pemberat sektor tersebut antara lain PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan BYAN.

Bagi Desmond, saham sektor energi dinilai kurang menarik. Bahkan, sejak awal tahun ini kinerja saham sektor energi secara rata-rata di bawah indeks acuan, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

“Sejak turunnya harga minyak dunia, saham sektor energi mulai melempem. Boleh dibilang saat ini tinggal sisa-sisa hasil kenaikan harga minyak dua tahun sebelumnya,” kata Desmond.

 

4 dari 4 halaman

Berburu Sektor Saham Energi, Masih Menarik?

Sebelumnya, harga batu bara 2023 cenderung lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Adapun kenaikan harga batu bara sebelumnya ditengarai kondisi geopolitik Rusia-Ukraina, yang berbuntut pada gangguan pasokan energi di beberapa negara hingga sebabkan krisis. Indonesia, sebagai salah satu eksportir batu bara mendapat durian runtuh kala itu.

Namun, seiring membaiknya hubungan Australia-China, sempat dikhawatirkan ekspor batu bara Indonesia ke negeri tirai bambu bambu itu susut, digantikan pasokan dari Australia.

Akan tetapi, analis masih optimistis sektor ini masih menarik dengan asumsi jika permintaan dari China masih tinggi, artinya Indonesia masih memiliki ruang untuk memenuhi permintaan dari China.

"Jadi sektor tambang, seperti Adaro itu underperform, harga batu bara saat ini sudah lewat bottom. Dari sisi tekanan harga energi sudah berkurang. Mungkin ada upside karena di beberapa negara restock gas. Jadi ada support di market," jelas Analyst CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Peter Sutedja dalam Money Buzz, Selasa (18/4/2023).

"Adaro menarik di harga saat ini. ITMG, harga agak netral setelah sempat di-sell off habis ex dividen. PTBA masih agak tinggi karena investor masih tunggu dividen. Kita suka Adaro Energy (ADRO) dan Adaro Minerals (ADMR)," imbuh Peter.

Sebagai gambaran, harga saham ADRO ditutup naik 4,9 persen ke posisi 3.000 pada perdagangan sesi I hari ini, Selasa 18 April 2023. Dalam sepekan, harga saham ADRO terkoreksi 1,64 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham ADRO masih naik 8,3 persen. Saham ADMR naik 2,8 persen ke posisi 1.100.

Dalam sepekan, harga saham ADMR turun 4,76 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham ADMR turun 45,81 persen. ITMG ditutup naik 4,73 perseke posisi 33.775. Dalam sepekan, harga saham ITMG turun 11,18 persen. Namun dalam satu tahun terakhir, harga saham ITMG masih tumbuh 16,57 persen. PTBA naik 2,78 persen ke posisi 4.060. Dalam sepekan, harga PTBA naik 2,01 persen, sedangkan dalam satu tahun terakhir harga saham PTBA naik 20,47 persen.