Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI di kisaran 6% pada Januari 2024. Lantas, saham apa saja yang bakal diuntungkan oleh keputusan Bank Indonesia tersebut?Â
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, terdapat beberapa emiten yang berpotensi memiliki kinerja yang positif usai ditahannya suku bunga acuan oleh BI di antaranya adalah emiten yang bergerak di sektor perbankan dan pembiayaan.Â
Baca Juga
"Emiten yang diuntungkan datang dari Keuangan, spesifik bank dan pembiayaan dikarenakan potensi peningkatan pendapatan bunga, meski di sisi lain, suku bunga yang tertahan di level tinggi dalam jangka panjang akan juga berdampak negatif seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit," kata Audi kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (18/1/2024).
Advertisement
Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 6.300 per saham, BBCA dengan target harga Rp 10.300 per saham, dan BBNI dengan target harga Rp 7.300 per saham.
Di samping itu, ia melihat suku bunga yang tertahan di level 6% masih akan menahan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan berpotensi menyebabkan kenaikan yield obligasi Pemerintah.Â
Sebab, kekhawatiran outflow dari IHSG ke investasi yang lebih rendah risiko berpotensi berlanjut dan untuk emiten cost of fund yang harus ditanggung masih akan tinggi sampai suku bunga mulai diturunkan.
Sementara itu, Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, IHSG kemarin cenderung terkoreksi mengikuti pelemahan sejumlah bursa saham global dan Asia seiring ekspektasi pelaku pasar yang belum tercapai dimana perkiraan the Fed akan menurunkan suku bunganya lebih cepat belum terjadi.Â
"Di sisi lain, BI masih mempertahankan suku bunga acuannya di 6%, belum berubah dari Oktober 2023 dan Rupiah juga masih bertahan di atas level Rp 15.600," kata Reza.
Dengan demikian, Reza memprediksi IHSG bakal menembus support 7.125-7.156 dan resistance 7.225-7.245 pada perdagangan 18 Januari 2024.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 6% di Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia hari ini mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2024. Keputusannya, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di angka 6%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Bank Indonesia, Rabu (17/1/2024).
Perry menegaskan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Sementara itu, Perry menambahkan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," ucapnya.
Advertisement
Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% di Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).
Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Disisi lain, Perry menegaskan bahwa kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.
Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.
Â
Perkuat Bauran Kebijakan Moneter
Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melalui upaya sebagai berikut:
Stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;
-Penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI);
-Penguatan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi (Lampiran);
-Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas Ekonomi Keuangan Digital (EKD)
-Penguatan dan perluasan kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra, khususnya di area kebanksentralan termasuk mempercepat konektivitas pembayaran dan Local Currency Transactions (LCT), serta memfasilitasi promosi investasi, perdagangan, dan pariwisata di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.Â
Advertisement