Liputan6.com, Jakarta - PT Ecocare Indo Pasifik Tbk akan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 252 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 20 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan itu setara sebanyak-banyaknya 20,79 persen dari total modal disetor dan ditempatkan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada kisaran Rp 135- Rp 145 per lembar saham.
Baca Juga
Dengan demikian, perseroan berpotensi meraup dana segara sebanyak-banyaknya Rp 76,13 miliar dari IPO. Bersamaan dengan IPO, perseroan mengadakan program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan (Management and Employee Stock Option Program/MESOP) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 0,60 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 15,15 juta lembar saham.
Advertisement
Catatan saja, Ecocare Indo Pasifik hanya akan menawarkan opsi MESOP ini kepada sebanyak-banyaknya 20 pihak dan jumlah nilai penawaran dari MESOP tersebut kurang dari Rp 5 miliar. Di samping itu, perseroan juga mengadakan Program ESA dengan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 1,93 persen dari jumlah penerbitan Saham yang ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 10,1 juta saham.
Melansir prospektus IPO PT Ecocare Indo Pasifik Tbk dari laman e-ipo, Jumat (19/1/2024), perseroan berencana mengalokasikan sekitar 13,50 persen dana IPO atau setara Rp 8,8 miliar untuk pembelian gudang seluas 2.214 (termasuk tanah yang diatasnya) meter yang terletak di Jalan Raya Cijayanti RT 01 RW 06, Babakan Madang, Bogor (Gudang Cijayanti).
Dana IPO
Kemudian sekitar 49,20 persen dana IPO akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung strategi perkembangan perseroan melalui berbagai inisiatif, termasuk namun tidak terbatas pada penjualan dan pemasaran, pengembangan organisasi seperti penguatan dan penambahan sumber daya manusia perseroan dan inovasi produk atau teknologi baru, pembelian alat kerja consumable atau material ecoCare, dan beban operasional. Sekitar 18,50 persen akan digunakan perseroan untuk belanja modal.
Sisanya 10,80 persen akan digunakan untuk penyetoran modal kepada Perusahaan Anak, yaitu PT Tukang Bersih Indonesia (PT TBI), yang selanjutnya akan digunakan oleh PT TBI sebagai modal kerja guna mendukung pertumbuhan perusahaan. Modal kerja dimaksud meliputi pembayaran gaji dan tunjangan karyawan, pembelian alat dan bahan pendukung kegiatan operasional, serta untuk membiayai kegiatan operasional.
Kebijakan Dividen
Setelah IPO, perseroan berencana untuk membayarkan dividen sebanyak- banyaknya 30 persen dari laba tahun berjalan perseroan, yang dimulai dari tahun buku 2023 dalam bentuk uang tunai kepada seluruh pemegang saham Perseroan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dengan catatan, dengan tetap memperhatikan posisi keuangan atau tingkat kesehatan Perseroan dan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Hingga prospektus IPO perseroan diterbitkan, perseroan sudah melakukan pembayaran dividen sebesar Rp 13 miliar berdasarkan Keputusan Sirkuler Para Pemegang Saham Sebagai Pengganti Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan tanggal 29 September 2023 dan tidak terdapat negative covenant yang dapat menghambat Perseroan untuk melakukan pembagian dividen kepada pemegang saham.
Advertisement
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.
"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).
Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.
Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.
Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.
"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.
Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.
Advertisement