Sukses

IPO, Multikarya Asia Lepas 20% Saham ke Publik

PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk akan menawarkan 650 juta saham ke publik atau maksimal 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Liputan6.com, Jakarta - PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk, perusahaan bergerak di bidang manufaktur, penyedia jasa perdagangan, penyewaan, dan lainnya akan menawarkan saham ke publik dalam rangka penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Dikutip dari prospektus Perseroan di laman e-ipo, ditulis Jumat (19/1/2024), PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk akan menawarkan 650 juta saham ke publik atau maksimal 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor setelah IPO yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Perseroan menawarkan harga perdana Rp 105-Rp 120 per saham. Dengan demikina, dana IPO yang akan diraup sekitar Rp 68,25 miliar-Rp 78 miliar.

Selain itu, Multikarya Asia Pasifik Raya juga menyetujui rencana program employee stock allocation (ESA) dengan alokasi maksimal 5 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO. Jumlah saham itu maksimal 32,50 juta saham.

“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek akan digunakan untuk modal kerja yang antara lain namun tidak terbatas digunakan untuk biaya operasional, pembayaran kepada pemasok, perbaikan alat berat yang dimiliki,” demikian dikutip dari prospektus perseroan.

Perseroan akan membayar dividen maksimal 30 persen usai pelaksanaan IPO. Pembagian dividen mulai 2025 dari laba bersih 2024 dan apabila Perseroan telah mencatat saldo laba positif.

Pembayaran dividen tersebut tergantung berbagai faktor antara lain laba ditahan, kinerja operasional dan keuangan, kondisi keuangan, likuiditas, prospek bisnis dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

Terkait kinerja keuangan, Perseroan mencatat pertumbuhan pendapatan 32,14 persen menjadi Rp 131,60 miliar hingga 31 Juli 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 99,59 miliar. Perseroan membukukan laba periode berjalan Rp 17,15 miliar dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 6,81 miliar.

 

2 dari 4 halaman

Jadwal IPO

Perseroan mencatat ekuitas Rp 149,15 miliar hingga 31 Juli 2023 dari periode 2022 sebesar Rp 132,17 miliar. Total liabilitas Perseroan naik menjadi Rp 110,54 miliar hingga 31 Juli 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 105,77 miliar.  Perseroan membukukan aset Rp 259,69 miliar hingga 31 Juli 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp 237,94 miliar.

Pemegang saham Perseroan setelah IPO antara lain PT International Sawo Resources sebesar 76 persen, Djoni Suyanto sebesar 4 persen, masyarakat sebesar 19 persen dan karyawan melalui program ESA sebesar 1 persen.

Untuk melakukan aksi korporasi ini, Perseroan telah menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Jadwal Sementara IPO:

  • Masa penawaran awal pada 18-25 Januari 2024
  • Tanggal efektif pada 30 Januari 2024
  • Masa penawaran umum pada 1-6 Februari 2024
  • Tanggal penjatahan pada 6 Februari 2024
  • Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 7 Februari 2024
  • Tanggal pencatatan saham di BEI pada 12 Februari 2024
3 dari 4 halaman

BEI Incar 62 IPO pada 2024

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.

"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).

Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 0 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 5 Perusahaan dari sektor industrials

• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 5 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.

Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.

Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.

4 dari 4 halaman

BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia

Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.

"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).

Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.

Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.

Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.

Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.

"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.

Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.

Video Terkini