Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Senin, (22/1/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti kenaikan wall street dengan indeks S&P 500 sentuh level tertinggi sepanjang masa pada Jumat pekan ini.
Dikutip dari CNBC, indeks S&P 500 menguat 1,23 persen ke posisi 4.839,81 di wall street. Indeks acuan itu melewati rekor intraday dan penutupan tertinggi dari Januari 2022.
Baca Juga
Indeks Dow Jones juga mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada akhir tahun lalu, naik 1,05 persen. Sedangkan indeks Nasdaq menguat 1,7 persen.
Advertisement
Investor di Asia akan mencermati suku bunga pinjaman China untuk jangka waktu satu tahun dan lima tahun masing-masing 3,45 persen dan 4,2 persen.
Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 15.470, lebih kuat dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 15.308,69. Indeks Hang Seng sentuh level terendah dalam 15 bulan 14.687,02 pada 31 Oktober 2022.
Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,48 persen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguji posisi tertinggi dalam 33 tahun dengan naik 1,23 persen. Indeks Topix melambung 0,91 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat dalam tiga hari. Indeks Kospi menguat tipis 0,18 persen. Indeks Kosdaq bertambah 0,23 persen. Bank of Japan juga memulai pertemuan kebijakan moneter dua harinya dan akan mengumumkan kebijakan moneter pada perdagangan Selasa pekan ini.
Jepang juga akan merilis neraca perdagangan Desember 2023 dan inflasi Januari untuk Tokyo pada Jumat pekan ini. Korea Selatan juga akan merilis produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV 2023.
Penutupan Bursa Saham Asia pada 19 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Taiwan memimpin kenaikan di antara bursa saham Asia Pasifik pada Jumat, 19 Januari 2024 seiring kenaikan harga saham chip.
Dikutip dari CNBC, saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Corp meroket 6,63 persen. Indeks saham Taiwan melonjak 2,63 persen ke posisi 17.681,52.
Investor juga menilai inflasi Jepang pada Desember, data penting terakhir sebelum pertemuan kebijakan moneter pertama Bank of Japan pada 2024.
Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia ini mengalami tingkat inflasi mencapai level terendah sejak Juni 2022, turun menjadi 2,6% dari 2,8% pada bulan November.
Tingkat inflasi inti Jepang yang tidak mencakup harga makanan segar juga turun menjadi 2,3% dari 2,5% di bulan November, sejalan dengan ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Bank of Japan memulai pertemuan kebijakan moneterd dua hari pada 22 Januari, dan akan mengumumkan keputusannya pada hari berikutnya.
Indeks Nikkei 225 Jepang menguat setelah dua hari berturut-turut merosot, naik 1,4 persen ke posisi 35.963,27. Indeks Topix bertambah 0,72 persen ke posisi 2.510,03.
Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,34 persen menjadi 2.472,74. Indeks Kosdaq menguat 0,28 persen ke posisi 842,67.
Di Australia, indeks ASX 200 naik 1,02 persen ke posisi 7.421,2 setelah tiga hari berturut-turut merosot.
Indeks Hang Seng tergelincir 0,72 persen. Indeks CSI 300 melemah 0,15 persen ke posisi 3.269,78.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 19 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 19 Januari 2024. Indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat pekan ini seiring investor kembali membeli saham usai merosot dalam jangka pendek.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (20/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,23 persen ke posisi 4.839,81. Indeks S&P 500 melampaui rekor intraday sebelumnya dan penutupan tertinggi Januari 2022. Untuk pertama kali, indeks S&P mencapai rekor tertinggi intraday dalam dua tahun.
Sementara itu, indeks Dow Jones mencetak rekor pada akhir tahun lalu dengan menguat 395,19 poin atau 1,05 persen ke posisi 37.863,80. Indeks Nasdaq bertambah 1,7 persen ke posisi 15.310,97. Indeks Nasdaq 100 naik 1,95 persen, dan mencapai rekor tertinggi.
Tiga indeks acuan berada di wilayah positif pada 2024. Indeks Dow Jones berada di zona positif seiring reli pada perdagangan Jumat pekan ini.
Aksi Beli Saham Teknologi
Usai alami koreksi 19 persen pada 2022, indeks S&P 500 kembali bangkit pada 2023 dan membukukan kenaikan 24 persen seiring ekonomi yang berhasil melewati resesi yang diperkirakan banyak orang. Selain itu, inflasi turun ke tingkat yang dapat mendorong the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk menghentikan kenaikan suku bunganya.
Tolok ukur tersebut hampir mencapai rekor setelah reli yang kuat pada kuartal IV. Akan tetapi, akhirnya gagal. Reli pasar berhenti sebentar untuk memulai 2024 karena investor merealisasikan keuntungan dari raksasa teknologi seperti Apple.
Namun, investor kembali membeli saham teknologi dalam beberapa hari terakhir. Seiring tonggak sejarah pada perdagangan Jumat pekan ini menegaskan pasar saham secara resmi berada dalam pasar bullish yang dimulai Oktober 2022, dan bukan hanya memantul dalam pasar bearish. Indeks S&P 500 naik lebih dari 35 persen sejak titik terendah tersebut.
Advertisement