Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ungkap perkembangan utang badan usaha milik negara (BUMN) karya, termasuk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan, pada 23 Januari 2024, PT Wijaya Karya telah mendapatkan kesepakatan restrukturisasi oleh 11 kreditur perbankan melalui penandatangan master restructuring agreement (MRA) yang disaksikan oleh kementerian BUMN.
Baca Juga
"Selanjutnya, Bank Mandiri akan tetap memonitor secara ketat realisasi dari hasil kesepakatan MRA tersebut," kata Siddik dalam paparan kinerja Bank Mandiri, Rabu (31/1/2024).
Advertisement
Selain itu, restrukturisasi BUMN Karya lainnya, yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk masih berprogres. Hal itu dikarenakan proses persetujuan MRA melibatkan semua lenders di perbankan maupun pemegang obligasi atau sukuk dengan harapan diperolehnya skema restrukturisasi kredit yang terbaik.
"Adapun sampai dengan saat ini progresnya cukup positif, di mana telah terdapat penambahan kreditur yang merespon secara positif proposal restrukturisasi dari PT Waskita Karya," ujar Siddik.
Untuk ke depan, pencadangan atas BUMN Karya tetap akan dievaluasi secara periodik mengikuti perkembangan dan progres dari proses restrukturisasi tersebut.
Di mana upaya-upaya perbaikan terus dilakukan oleh BUMN Karya untuk bertransformasi bisnis modelnya. Serta untuk menjaga perusahaan-perusahaan tersebut tetap sebagai going concern dengan kinerja yang berkelanjutan ke depannya, walaupun masih dalam proses restrukturisasi di beberapa kreditur.
Utang BUMN Karya 2% Kredit Nasional, OJK Minta Bank Hati-hati
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan peringatan bagi perbankan yang menyalurkan kredit kepada perusahaan BUMN Karya, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) agar menerapkan prinsip kehati-hatian serta memperhatikan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menuturkan, pihaknya meminta perbankan untuk senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian dan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
"Sebagai bagian dari manajemen risiko dalam menjalankan pemberian kredit, termasuk meminta bank untuk membentuk pencadangan kredit yang memadai dalam mengantisipasi potensi kerugian sesuai ketentuan yang berlaku," kata Dian dalam keterangan resminya, ditulis Selasa (16/1/2024).
Adapun total eksposur atas perusahaan BUMN Karya sekitar 2% dari total kredit perbankan nasional, yang mayoritas telah berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Di samping itu, ia menjelaskan, Waskita Karya dan Wijaya Karya saat ini masih dalam upaya proses restrukturisasi kepada Kreditur dalam upaya menjaga kinerja Perseroan. BUMN Karya tersebut juga tengah berproses untuk perbaikan tata kelola dan manajemen risiko, termasuk transformasi bisnis, efisiensi, dan divestasi atas aset.
"OJK senantiasa memonitor restrukturisasi yang akan dilakukan BUMN Karya sehingga dapat dilaksanakan secara terukur dan prudent dengan tetap memperhatikan berbagai kepentingan," tandasnya.
Advertisement
Kinerja 2023
Sebelumnya diberitakan, Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil melewati 2023 dengan mencetak pertumbuhan kinerja gemilang. Pada periode tersebut, Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp 55,1 triliun, tumbuh 33,7 persen secara tahunan (year on year/yoy). Perolehan laba tersebut juga menjadi yang terbesar sejak Bank Mandiri didirikan 25 tahun lalu.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi menjelaskan capaian kinerja signifikan tersebut selaras dengan kondisi ekonomi yang secara nasional masih resilien menghadapi volatilitas pada 2023.
"Dari berbagai tantangan yang ada di tahun 2023, kondisi ekonomi Indonesia masih resilien didorong peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, dan inflasi yang masih terjaga. Di sisi lain ruang kinerja fiskal Indonesia masih besar untuk dapat terus mendukung perekonomian,” terang Darmawan dalam paparan kinerja Bank Mandiri, Rabu (31/1/2024).
Total aset konsolidasi Bank Mandiri yang berhasil menembus Rp 2.174,2 triliun di akhir 2023, naik 9,12 persen yoy dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.992,5 triliun. Kenaikan ini tidak terlepas dari realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri pada 2023 yang mencapai Rp 1.398,1 triliun, tumbuh 16,3 persen secara tahunan, melampaui pertumbuhan kredit industri yang sebesar 10,38 persen yoy.
Pertumbuhan kredit yang impresif ini terjadi di seluruh segmen, salah satunya didominasi oleh kredit korporasi yang mencapai Rp 490 triliun pada akhir 2023, tumbuh 18,3 persen yoy. Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibanding segmen lain yaitu sebesar 21,2 persen yoy menjadi Rp 238 triliun di akhir 2023 lalu.
"Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Mandiri berkomitmen untuk bersama-sama mendorong keberlanjutan ekonomi di sektor-sektor potensial pada masing-masing wilayah termasuk segmen SME dan Micro,” imbuh Darmawan. Adapun segmen SME tumbuh 14 persen yoy menjadi Rp 77 triliun sedangkan segmen mikro tumbuh mencapai 10,4 persen yoy menyentuh Rp 168 triliun.
Kualitas Aset Membaik
Pertumbuhan ini juga diimbangi dengan kualitas aset yang terus membaik. Per akhir 2023, rasio Non Performing Loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only berhasil turun sebesar 86 basis poin (bps) secara yoy ke level 1,02 persen. Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap menjaga rasio pencadangan (NPL coverage ratio) di level konservatif yakni sebesar 384 persen.
"Kinerja keuangan Bank Mandiri sepanjang tahun 2023 menunjukkan momentum yang baik dan on track serta diikuti dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang matang, terlihat dari kualitas aset yang terus mengalami perbaikan. Kami optimis di 2024 ruang pertumbuhan kinerja masih terbuka," ujar Darmawan.
Fungsi intermediasi tersebut juga diimbangi dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasi yang tumbuh sebesar 5,78 persen yoy menjadi Rp 1.577 triliun di tahun 2023. Darmawan menambahkan, pertumbuhan DPK ini didorong oleh peningkatan dana murah sebesar 7,05 persen secara tahunan, yang ditopang oleh pertumbuhan giro sebesar 7,92 persen yoy menjadi Rp 585 triliun dan tabungan yang meningkat 6,19 persen yoy menjadi Rp 587 triliun.
Pertumbuhan tersebut turut mendorong komposisi dana murah terus meningkat mencapai 74,3 persen secara konsolidasi dan 79,4 persen secara bank only, serta berkontribusi menjaga biaya dana atau Cost of Fund (CoF) bank only di level yang rendah sebesar 1,75 persen.
"Peningkatan dana murah tidak terlepas dari inisiatif digital Bank Mandiri di sepanjang tahun 2023. Sampai dengan akhir 2023 posisi rasio CASA secara bank only telah menembus 79,4 persen, rekor tertinggi sepanjang sejarah Bank Mandiri,” pungkas Darmawan.
Advertisement