Sukses

Ikuti Wall Street, Bursa Saham Asia Melejit Jelang Akhir Pekan

Bursa saham Asia Pasifik melesat dan mengikuti wall street pada perdagangan saham Jumat, 2 Februari 2024. Data ekonomi dari Korea Selatan dan Australia akan bayangi pasar.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat pagi, (2/2/2024). Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street yang melesat usai alami aksi jual saham. Hal itu terjadi setelah Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell tidak mungkin menurunkan suku bunga pada Maret 2024.

Dikutip dari CNBC, di Asia, investor akan hadapi pekan ini dengan rilis inflasi pada Januari 2024 dari Korea Selatan dan harga produsen dari Australia.

Indeks harga konsumen Korea Selatan tumbuh 2,8 persen year on year, sedikit di bawah perkiraan 2,9 persen dalam jajak pendapat ekonom yang disurvei Reuters.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,77 persen pada awal sesi perdagangan jelang rilis data indeks harga produsen. Di Jepang, indeks Nikkei 225 bertambah 0,45 persen, sedangkan indeks Topix menguat 0,13 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,04 persen dan indeks Kosdaq melesat 1,16 persen. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 15.688, menunjukkan pembukaan lebih kuat dari penutupan perdagangan sebelumnya di posisi 15.566,21.

Di wall street, indeks Dow Jones bertambah 0,97 persen, dan mencetak rekor penutupan baru untuk indeks saham unggulan. Indeks S&P 500 naik 1,25 persen dan indeks Nasdaq melonjak 1,3 persen.

2 dari 3 halaman

Penutupan Wall Street pada 1 Februari 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street pada perdagangan saham Kamis, 1 Februari 2024. Indeks Dow Jones menguat seiring pulih dari aksi jual saham setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga tetap isyaratkan penurunan suku bunga pada Maret tidak mungkin terjadi.

Dikutip dari CNBC, Jumat (2/2/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 369,54 poin atau 0,97 persen ke posisi 38.519,84. Posisi indeks Dow Jones tersebut merupakan rekor penutupan baru bagi indeks.

Indeks S&P 500 melesat 1,25 persen ke posisi 4.906,19. Indeks Nasdaq menguat 1,3 persen ke posisi 15.361,64.

Laporan keuangan sejumlah perusahaan teknologi yang masuk Magnificent Sevent rilis setelah pasar tutup. Saham Apple naik lebih dari 1 persen, membantu mengangkat indeks S&P 500. Saham Amazon bertambah 2,6 persen dan saham Meta melesat 1,2 persen.

Menjelang pembukaan pasar, saham perusahaan farmasi Merck mencatat kinerja terbaik pada kuartal IV yang membantu menopang indeks Dow Jones. Saham Merck naik lebih dari 4 persen.

Wall street keluar dari sesi yang buruk. Indeks Dow Jones turun 317 poin atau 0,8 persen, dan mencatat hari terburuk sejak Desember. Indeks S&P 500 terpangkas 1,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini yang merupakan hari terburuk sejak September. Indeks Nasdaq melemah 2,2 persen, dan merupakan sesi terburuk sejak Oktober.

Penurunan indeks saham yang terjadi pada Rabu pekan ini setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell memupus harapan investor untuk penurunan suku bunga secepatnya pada Maret 2024, sehingga menyebabkan saham tertekan.

3 dari 3 halaman

Imbal Hasil Obligasi AS Melemah

“Saya pikir pasar telah bergerak terlalu cepat, dengan memperkirakan akan lebih banyak penurunan suku bunga karena hal ini akan dikaitkan dengan perekonomian yang jauh lebih lemah jika mereka memangkas suku bunga sebanyak yang diperkirakan pasar saat ini,” ujar Ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai titik terendah dalam satu bulan. Imbal hasil obligasi turun 9 basis poin menjadi 3,87 persen.

Investor sekarang akan mengalihkan perhatiannya untuk laporan pekerjaan pertama pada 2024 yang akan dirilis pada Jumat pagi.

Sementara itu, Head of US Equity Strategy RBC Capital Markets, Lori Calvasina menuturkan, komentar dari ketua the Federal Reserve Jerome Powell setelah keputusan suku bunga bank sentral mendorong pasar tertatih-tatih.

“Ada begitu banyak hal di pasar ini sehingga Powell merasa seperti yang terakhir,” ujar dia.

Calvasina merekomendasikan pelaku pasar untuk hadapi koreksi di pasar. Ia juga menuturkan, laba yang mengecewakan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar tidak terduga, tetapi masuk akal karena standar yang ditetapkan sanga tinggi setelah kinerja pasar yang lebih baik baru-baru ini.