Sukses

Top 3: Saham Meta Terbang, Mark Zuckerberg Dapat Rezeki Nomplok Setara Rp 440,47 Triliun

Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu, 4 Februari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Kekayaan bersih CEO sekaligus salah satu pendiri Meta, Mark Zuckerberg mencapai USD 165 miliar atau sekitar Rp 2.595,65 triliun (kurs Rp 15.731,20 per USD). Hal itu setelah Meta melaporkan kinerja kuartal yang solid.

Pada penutupan perdagangan Jumat, Zuckerberg bertengger menjadi orang terkaya yang pernah ada, berkat lonjakan 22 persen saham Meta, memberinya rejeki nomplok senilai USD 28 miliar atau sekitar Rp 440,47 triliun. Zuckerberg sekarang memiliki kekayaan bersih sebesar USD 165 miliar, membuatnya lebih kaya daripada salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates.

Melansir CNBC International, Sabtu, 3 Februari 2024, Zuckerberg juga akan menerima sekitar USD 174 juta tunai ketika perusahaan membayar dividen pertamanya pada Maret mendatang. 

Artikel Saham Meta Terbang, Mark Zuckerberg Dapat Rezeki Nomplok Setara Rp 440,47 Triliun menyita perhatian pembaca di kanal saham. Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di saham? Berikut tiga artikel terpopuler di saham yang dirangkum pada Minggu, (4/2/2024):

1.Saham Meta Terbang, Mark Zuckerberg Dapat Rezeki Nomplok Setara Rp 440,47 Triliun

Kekayaan bersih CEO sekaligus salah satu pendiri Meta, Mark Zuckerberg mencapai USD 165 miliar atau sekitar Rp 2.595,65 triliun (kurs Rp 15.731,20 per USD). Hal itu setelah Meta melaporkan kinerja kuartal yang solid.

Pada penutupan perdagangan Jumat, Zuckerberg bertengger menjadi orang terkaya yang pernah ada, berkat lonjakan 22 persen saham Meta, memberinya rejeki nomplok senilai USD 28 miliar atau sekitar Rp 440,47 triliun. Mark Zuckerberg sekarang memiliki kekayaan bersih sebesar USD 165 miliar, membuatnya lebih kaya daripada salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates.

Melansir CNBC International, Sabtu, 3 Februari 2024, Zuckerberg juga akan menerima sekitar USD 174 juta tunai ketika perusahaan membayar dividen pertamanya pada Maret mendatang. 

Berita selengkapnya baca di sini

2 dari 3 halaman

2.Saham Apple Lesu Usai Penjualan iPhone Bakal Turun

Apple melaporkan kinerja laba tahun fiskal kuartal pertama pada Kamis, 1 Februari 2024. Laporan keuangan Apple mengalahkan perkiraan pendapatan dan laba, tetapi menunjukkan penurunan penjualan 13 persen di China, salah satu pasar terpentingnya.

Pada Jumat, 2 Februari 2024, saham Apple ditutup turun 0,54 persen ke posisi USD USD 185,85. Setelah perdagangan, saham Apple tergelincir 0,34 persen. Saham Apple melemah setelah merinci prospek kuartal saat ini yang menunjukkan penurunan di penjualan iPhone.

Berikut kinerja keuangan Apple dibandingkan prediksi dari LSEG hingga 30 Desember:

-Laba bersih per saham : USD 2,18 vs USD 2,10 (prediksi)

-Pendapatan: USD 119,58 miliar vs USD 117,91 miliar (prediksi)

-Pendapatan iPhone: USD 69,70 miliar vs USD 67,82 miliar (prediksi)

-Pendapatan Mac: USD 7,78 miliar vs USD 7,73 miliar (prediksi)

-Pendapatan iPad: USD 7,02 miliar vs USD 7,33 miliar (prediksi)

-Pendapatan produk lainnya: USD 11,95 miliar vs USD 11,56 miliar (prediksi)

-Pendapatan jasa: USD 23,12 miliar vs USD 23,35 miliar (prediksi)

-Margin kotor: 45,9 persen vs 45,3 persen (prediksi)

Apple tidak memberikan panduan untuk kuartal saat ini yang berakhir pada Maret. CFO Apple Luca Maestri menuturkan, Apple prediksi penjualan iPhone hingga Maret akan serupa dengan pendapatan tahun lalu sebesar USD 51,33 miliar. Hal ini setelah mencatat penjualan USD 5 miliar yang didorong kinerja lebih baik dari tahun lalu karena pasokan pulih dari penutupan akibat COVID-19 dan memenuhi permintaan.

Berita selengkapnya baca di sini

3 dari 3 halaman

3.The Fed Tahan Suku Bunga, Investor Dapat Lirik Saham-Saham Ini

Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed mengambil langkah untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen. Keputusan The Fed menahan suku bunga ini merupakan yang keempat kali dalam empat pertemuan terakhir, sejalan dengan ekspektasi pasar.

Komite Kebijakan Moneter Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan tidak ada keinginan untuk segera menurunkan suku bunga sampai mereka memiliki keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen.

Jerome Powell juga menegaskan bahwa tidak mungkin mencapai tingkat inflasi tersebut pada bulan Maret. Sehingga jika dilihat dari Pernyataan FOMC tersebut bisa dikatakan mencerminkan penilaian yang lebih seimbang terhadap arah kebijakan masa depan, meskipun Powell mengakui kemajuan perlambatan tingkat inflasi yang signifikan.

Berita selengkapnya baca di sini