Liputan6.com, Jakarta - Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati mengungkapkan saham sektor batu bara memiliki kecenderungan negatif dan cukup berisiko jika diinvestasikan dalam jangka waktu panjang.
Ike menyebut hal ini disebabkan prospek 2024 untuk batu bara tingkat produksi masih tinggi, tetapi dari segi permintaannya masih terbatas sehingga ini dapat menekan harga batu bara.
Baca Juga
"Saham sektor batu bara bisa dibeli untuk jangka pendek dan menengah. Kita juga harus melihat awal tahun ada musim dingin, akhir tahun juga ada musim dingin. Investor juga harus melihat supply demand,” kata Ike dalam Webinar Market Outlook Februari Sinarmas Sekuritas, Senin (5/2/2024).
Advertisement
Ike menjelaskan emiten sektor batu bara juga akan tetap membagikan dividen, tetapi Ike mengingatkan agar investor membeli saham emiten batu bara pada momentum tertentu dan untuk jangka pendek karena khawatir sisi kinerja perusahaan mengalami penurunan.
“Data per 9 bulan ADRO, ITMG, PTBA mengalami penurunan laba bersih. Ini terlihat fundamental dan industri batu baru masih menantang. Maka, sektor batu bara masih belum terlalu aman,” ujar Ike.
Adapun prospek kinerja emiten batu bara pada 2024 menurut Ike masih kurang baik karena dari sisi perusahaan dan sisi fundamental alami penurunan tahun ini atau bahkan sampai tahun depan.
"Industri batu bara belum aman, jadi investor harus realistis karena kalau kita bicara dividen berbicara juga terkait dengan investasi,” pungkas Ike.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Menakar Prospek Sektor Saham Batu Bara pada 2024
Sebelumnya diberitakan, sektor saham batu bara pada 2024 dinilai belum memiliki katalis signifikan yang dapat mempengaruhi harga sahamnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan produksi batu bara 2024 akan dipertahankan pada kisaran USD 700 juta ton.
"Saat ini belum ada katalis besar yang bisa mendongkrak sektor batu bara pada 2024. Dari sisi supply, di akhir tahun kemarin sempat ada loncatan harga karena supply shock dan ketidakpastian regulasi pemerintah, tapi katalis tersebut sudah larut dan harga sudah kembali turun," kata Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer kepada Liputan6.com, Kamis (4/1/2024).
Sementara dari sisi permintaan, Axell mengatakan perlu dipantau lebih lanjut mengenai pemulihan ekonomi China tahun ini. Bersamaan dengan itu, Axell memperkirakan harga batu bara akan cenderung stagnan. Untuk sektor ini, Axell jagokan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
"Harga batu bara saya proyeksi stagnan tahun ini karena pasokan masih lebih banyak dibanding permintaan. Untuk emiten batu bara kami rekomen ADRO dengan target 3.000," imbuh Axell.
Analis MNC Sekuritas, Alif Ihsanario mengatakan hal yang menjadi perhatian dari industri batu bara pada 2024 adalah raihan kinerja. Di mana yang dapat memperlambat penurunan pendapatan industri batu bara, sembari mengumpulkan modal yang cukup untuk melakukan diversifikasi.
"Hal yang menurut kami akan menjadi faktor yang cukup menentukan dalam meredam tingkat penurunan pendapatan para penambang batu bara adalah portofolio pasar ekspor mereka, khususnya pasar Tiongkok (China) dan India," ujar Alif dalam risetnya.
Advertisement
Rekomendasi Saham
Di Indonesia, pemain batu bara yang paling banyak terpapar pada raksasa pasar tersebut adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan porsi ke Tiongkok 29 persen dan India 4 persen. Lalu ADRO dengan porsi Tiongkok 20 persen dan India 11 persen), serta PT Bukit Asam Tbk (PBA) dengan porsi Tiongkok 9 persen dan India 17 persen.
Pada kondisi tersebut, MNC Sekuritas memasang sikap netral pada perusahaan penambang batu bara di Indonesia di tengah gelombang ketidakpastian baru, terutama terkait dengan penerapan BLU. Sementara harga batu bara diperkirakan akan tetap stagnan pada level saat ini pasca-normalisasi.
"Kami tetap memilih ADRO sebagai pilihan utama kami dengan TP pada Rp 2.700 per saham," sebut Alif.
Pertimbangan ADRO sebagai saham andalan karena pertama, kinerja pendapatannya yang relatif tangguh. Kedua, prospek yang relatif stabil dalam menghadapi kebijakan MIP. Serta ketiga, cadangan energi terbarukan yang cukup besar memberikan kemungkinan dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan sejenis.