Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, Jerman tengah melakukan uji coba penerapan empat hari kerja dalam sepekan. Jerman telah memulai masa uji coba masa 4 hari kerja dalam 7 hari untuk 45 perusahaan. Meskipun hari kerjanya berkurang, upah bagi para pekerja di Negeri Panzer tidak mengalami perubahan.
Menyambung itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengusulkan agar pemerintah turut mengadopsi sistem serupa di Indonesia. Alih-alih mendongkrak produktivitas, pemangkasan hari kerja berdampak pada mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) John C.P. Tambunan menilai penerapan empat hari kerja dalam sepekan belum waktunya diterapkan di Indonesia. Hal itu mengingat Indonesia masih tergolong negara upper middle income country berdasarkan data Bank Dunia. Di mana jumlah pekerja formal sekitar 55,2 juta, lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah pekerja informal sekitar 83,3jt,
Advertisement
"Jadi penerapan 4 hari kerja tidak akan effective diterapkan di Indonesia," kata John kepada Liputan6.com, Selasa (13/2/2024).
Lebih spesifik, penerapan empat hari Bursa dalam sepekan berdampak kurang baik untuk Bursa. MEnurutnya, lima hari kerja yang berlaku saat ini dinilai masih kurang dan perlu ada penambahan. Penambahan dimaksudkan untuk menyesuaikan waktu perdagangan bursa luar negeri.
"Karena saat kita libur di hari Sabtu, pasar Amerika masih jalan. Begitu juga kenapa rencananya Bursa mau tambah jam perdagangan, ditambahkan 1 jam di awal agar sama dengan market Singapore dan ditambahkan 1 jam di penutupan untuk rekonsiliasi setelah market Singapore tutup," jelas John.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy mengatakan dampak penerapan empat hari kerja dalam sepekan masih perlu dikaji lebih jauh. Namun secara umum, Irvan menjelaskan jika negara lain punya lima hari kerja atau hari trading, sementara Indonesia hanya punya 4 hari, maka akan ada waktu penyesuaian perkembangan informasi dan trading di negara-negara besar terhadap Indonesia.
"Contoh sederhananya kalau kita libur, sementara bursa lain buka. Kalau global turun saat kita libur, misalnya, maka saat buka kemungkinan turunnya langsung dalam. Tapi untuk dampak keseluruhannya harus dilakukan pengkajian lebih dahulu," kata Irvan.
Jika Indonesia Terapkan Sistem 4 Hari Kerja, Bagaimana Dampaknya terhadap Pasar Modal?
Sebelumnya, sejumlah negara di dunia telah menerapkan empat hari kerja dalam sepekan, terbaru ada Jerman. Menyambung itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengusulkan agar pemerintah menerapkan sistem 4 hari kerja di Indonesia. Kebijakan itu disebut dapat membuat pekerja lebih bahagia, Sehingga bisa meningkatkan produktivitas.
Sayangnya, empat hari kerja dalam sepekan dinilai kurang efektif jika diterapkan di pasar modal. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy mengatakan, dampaknya masih perlu dikaji lebih jauh.
Namun, secara umum, Irvan menuturkan, jika negara lain punya lima hari kerja atau hari trading, sementara Indonesia hanya punya 4 hari, maka akan ada waktu penyesuaian perkembangan informasi dan trading di negara-negara besar terhadap Indonesia.
"Contoh sederhananya kalau kita libur, sementara bursa lain buka. Kalau global turun saat kita libur, misalnya, maka saat buka kemungkinan turunnya langsung dalam. Tapi untuk dampak keseluruhannya harus dilakukan pengkajian lebih dahulu," kata Irvan menjawab pertanyaan Liputan6.com, Senin (12/2/2024).
Saat ini waktu perdagangan di BEI berlangsung pada Senin hingga Jumat sedangkan Sabtu dan Minggu libur. Sebelumnya, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai sistem kerja 4 hari tersebut bisa diuji coba di wilayah Jabodetabek, yang saat ini masih jadi patron dari kegiatan dan ekonomi di lingkup nasional.
Menurut pertimbangannya, penambahan waktu libur kerja 1 hari itu juga bakal turut berkontribusi terhadap angka penyebaran polusi di Jabodetabek. Sekaligus memberi waktu lebih banyak bagi para karyawan asal daerah untuk bisa pulang ke kampung halamannya masing-masing.
"Bukan hanya agar warganya lebih bahagia dan produktif, tapi juga lingkungan di Jakarta dan Bodetabek agar beristirahat sejenak dari eksploitasi dan polusi (udara, suara, air, tanah)," ungkapnya.
Advertisement
YLKI Usul Indonesia Pakai Sistem 4 Hari Kerja, Apa Keuntungannya?
Sebelumnya diberitakan, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengusulkan agar pemerintah menerapkan sistem kerja yang dipakai Jerman, yakni 4 hari dalam 7 hari atau sepekan.
"Per 1/2/2024, Jerman menerapkan uji coba sistem 4 hari kerja. Tujuannya agar pekerja lebih bahagia dan produktif," kata Tulus seperti dikutip pada Sabtu (10/2/2024).
Apakah benar sistem 4 hari kerja membuat pekerja lebih bahagia?
Dilansir dari Stylist, penelitian telah menemukan bahwa waktu kerja empat hari seminggu bermanfaat bagi kesehatan fisik, dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi hari sakit yang diambil.
Uji coba empat hari seminggu menunjukkan tingkat stres dan kelelahan yang lebih rendah, dan pekerja melaporkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Tetapi penelitian baru melihat sebaliknya dampak negatif dari tidak mengurangi jam kerja kita dan terus bekerja keras dengan model kerja standar 9-5, lima hari seminggu.
Riset dari Texas A&M University mengonfirmasi apa yang selama ini kita duga benar. Produktivitas kita menurun menjelang penghujung hari dan di akhir setiap minggu.
Pasca makan siang, energi kita mulai berkurang, dan terlebih lagi, kita cenderung membuat kesalahan dalam bekerja. Dan waktu terburuk dalam hal produktivitas dan kesalahan, adalah Jumat sore. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja keras sepanjang hari selama lima hari seminggu mungkin bukanlah jalan untuk mendapatkan pekerjaan terbaik kita.
Menyesuaikan waktu kita dengan saat kita benar-benar lebih baik dalam pekerjaan kita, apakah itu berarti libur pada hari Jumat atau hanya bekerja di pagi hari tampaknya merupakan pendekatan yang jauh lebih cerdas.
Tingkat produktivitas menurun di Jumat sore
Studi tersebut melacak komputer dari 789 pekerja kantoran di sebuah perusahaan energi selama dua tahun, melihat ukuran seperti kecepatan mengetik, jumlah kesalahan ketik yang dibuat, dan aktivitas mouse.
Mereka menemukan secara keseluruhan, orang mengetik lebih banyak dan melakukan lebih banyak gerakan mouse dari Senin hingga Kamis, terutama di pagi hari. Di sore hari setiap hari, statistik ini turun, sementara kesalahan ketik meningkat.
Dan hari Jumat sepanjang hari, tetapi terlebih lagi pada hari Jumat sore adalah yang paling parah terkena dampaknya. Salah satu peneliti utama, Dr Taehyun Roh, mengatakan, “Karyawan kurang aktif di sore hari dan membuat lebih banyak kesalahan ketik di sore hari terutama pada hari Jumat. Ini sejalan dengan temuan serupa bahwa jumlah tugas yang diselesaikan pekerja terus meningkat dari Senin hingga Rabu, kemudian menurun pada Kamis dan Jumat.”
Jika kita secara konsisten melakukan lebih sedikit pekerjaan atau pekerjaan dengan kualitas lebih rendah setiap hari Jumat, apa ruginya hanya dengan membolos hari itu dan memulai akhir pekan lebih awal?
Advertisement