Sukses

Bursa Saham Asia Menguat, Indeks Nikkei Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Pasar Asia-Pasifik menguat pada hari Jumat. Para investor menunggu data harga properti Tiongkok untuk menilai tanda-tanda perbaikan di sektor real estat yang sarat utang.

Liputan6.com, Jakarta Pasar Asia-Pasifik menguat pada hari Jumat. Para investor menunggu data harga properti Tiongkok untuk menilai tanda-tanda perbaikan di sektor real estat yang sarat utang.

Dikutip dari CNBC, Jumat (23/2/2024), bursa saham Jepang ditutup untuk perdagangan pada hari Jumat dalam rangka liburan Ulang Tahun Kaisar. Pasar Jepang memimpin kenaikan pada sesi sebelumnya, dengan  Nikkei 225  ditutup pada rekor tertinggi baru sepanjang masa di 39.098,68, melampaui rekor sebelumnya sebesar 38.915,87 yang dicapai pada tahun 1989.

Investor akan memantau data harga rumah Tiongkok untuk bulan Januari. Pada akhir tahun lalu, pasar properti yang bermasalah di negara ini mencatat penurunan harga rumah baru terburuk dalam hampir sembilan tahun. 

Sementara itu, Kospi Korea Selatan naik 0,4%, sedangkan Kosdaq yang berkapitalisasi lebih kecil naik 0,2%.

Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 16,655, menunjukkan pembukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan penutupan HSI di 16,742.95.

Di Australia,  S&P/ASX 200 naik 0,5%.

Sementara di AS, Wall Street melonjak pada hari Kamis, dengan S&P 500 mencapai rekor tertinggi setelah raksasa chip Nvidia membukukan hasil kuartalan yang jauh melebihi perkiraan, sehingga meningkatkan sektor teknologi.

Indeks saham ini naik 2,11% dan ditutup pada 5.087,03. Ini menjadi hari terbaik sejak Januari 2023. 

Nasdaq Composite melonjak 2,96%, dan mencatat hari terbaiknya sejak Februari 2023.

Sementara Dow Jones Industrial Average naik 1,18%, ditutup di atas 39,000 untuk pertama kalinya dan pada level tertinggi baru di 39,069.11.

2 dari 3 halaman

Indeks Nikkei Sentuh 39.000, Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Indeks Nikkei 225 di Jepang mencapai rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (22/2/2024). Kenaikan indeks saham itu didorong saham perbankan, elektronik dan konsumen seiring laba yang kuat dan langkah-langkah yang ramah investor memicu reli luar biasa terhadap saham di Jepang pada 2024.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 melonjak hampir 2 persen hingga mencapai 39.029, melampaui rekor tertinggi sebelumnya sebesar 38.915,87 yang dicapai pada 1989.

Baik indeks Nikkei dan Topix mencapai kinerja terbaik di Asia Pasifik dengan kenaikan lebih dari 10 persen sepanjang 2024 setelah naik lebih dari 25 persen pada 2023 yang merupakan kenaikan tahunan terbaik dalam satu dekade.

Laba perusahaan Jepang pada kuartal III yang solid telah mendorong analis Bank of America untuk menaikkan prediksi akhir tahun 2024 untuk indeks Nikkei 225 menjadi 41.000 dari 38.500. Bank of America juga menaikkan indeks Topix menjadi 2.850 dari 2.715.

Reli bursa saham Jepang ini juga didukung melemahnya yen. Yen telah melemah sekitar 6 persen terhadap dolar Amerika Serikat sepanjang 2024 dan akan turun ke posisi terendah dalam 33 tahun yang dicapai akhir tahun lalu.

Investor telah mengucurkan dana ke saham-saham di Jepang seiring seruan bullish oleh investor legendaris Warren Buffett terhadap Jepang dan mendukung dorongan pemerintah Jepang menuju reformasi tata kelola perusahaan yang lebih besar dengan tujuan untuk mendorong perusahaan Jepang meningkatkan keuntungan pemegang saham.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Tokyo menunjukkan investor asing investasi lebih dari 2 triliun yen pada penawaran prime yang termasuk terbesar dan paling likuid pada Januari.

 

 

3 dari 3 halaman

Yen Lemah, Saham Kuat

Pekan lalu Nikkei melaporkan, laba bersih emiten di Jepang untuk tahun fskal yang berakhir Maret 2024 dapat mencapai rekor tertinggi selama tiga tahun berturut-turut. Hal ini didukung oleh rekor laba kuartalan pada Oktober-Desember yang naik 45 persen dari periode sama tahun sebelumnya dan 14 persen lebih tinggi dari perkiraan konsensus, menurut analis Goldman Sachs.

Produsen mobil terbesar di dunia Toyota termasuk di antara beberapa perusahaan Jepang yang meningkatkan perkiraan labanya yang mencakup margin keuntungan lebih besar dan pendapatan lebih kuat.

Kenaikan pasar saham baru-baru ini terjadi karena melemahnya yen Jepang yang sebagian besar didorong perbedaan antara suku bunga Amerika Serikat (AS) yang tinggi dan kebijakan Jepang sangat longgar.

Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki adalah pihak terakhir dari serangkaian pejabat pemerintah yang menyampaikan keprihatinannya terhadap melemahnya yen pada dan ia mengamati pergerakan mata uang itu dengan perasaan “mendesak”.