Sukses

Penjualan Mobil Merosot pada Januari 2024, Bos Astra: Sudah Diantisipasi

Grup Astra International tetap menunjukkan resiliensi dengan diversifikasi portofolio bisnisnya, meskipun harga komoditas turun dan kondisi perekonomian melemah pada semester kedua.

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kinerja tertinggi pada 2023. Hal itu didukung oleh pemulihan penjualan sepeda motor dan pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen.

Grup Astra International tetap menunjukkan resiliensi dengan diversifikasi portofolio bisnisnya, meskipun harga komoditas turun dan kondisi perekonomian melemah pada semester kedua.

"Jika kedua kondisi ini masih berlanjut, kami mengantisipasi terjadinya penurunan siklus pertumbuhan di tahun 2024. Namun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, melalui penguatan bisnis inti kami serta investasi baru yang mendukung prioritas strategis kami," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (28/2/2024).

Astra International sebelumnya telah mengumumkan penjualan mobil perseroan hingga Januari 2024. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), total penjualan mobil domestik pada Januari 2024 tercatat sebanyak 69.619 unit. Angka itu turun 26,15 persen dari penjualan Januari 2023 yang mencapai 94.270 unit. Dari total penjualan itu, Astra andil 37.984 unit.

Penjualan mobil Astra pada Januari 2024 turun 25,16 persen dari penjualan pada Januari 2023 yang mencapai 50.755 unit. Market share atau pangsa pasar Astra terhadap total penjualan mobil per Januari 2024 adalah 55 persen. Dari sisi produknya, Toyota dan Lexus terjual sebanyak 21.111 unit.

Kemudian Daihatsu 14.363 unit, Isuzu 2.350 unit, UD Trucks 148 unit, serta Peugeot sebanyak 12 unit. Sementara untuk total penjualan LCGC nasional periode pada Januari 2024 mencapai 16.836 unit, turun 18,67 persen dari 20.701 unit yang berhasil terjual pada Januari tahun lalu.

Adapun penjualan produk Astra LCGC pada Januari 2024 tercatat sebanyak 12.244 unit. Angka ini turun 13,81 persen dari produk Astra LCGC yang berhasil terjual pada Januari 2022 sebanyak 14.206 unit. Dengan raihan ini, market share Astra LCGC masih dominan sebesar 73 persen.

 

 

2 dari 5 halaman

Tebar Dividen Final

Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) berencana membagikan dividen final untuk tahun buku 2023. Manajemen perseroan mengusulkan dividen final sebesar Rp 421 per saham. Besaran dividen ini lebih rendah dibandingkan dividen tahun buku 2022 yang sebesar Rp 552 per saham.

"Dividen final Rp 421 per saham akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada bulan April 2024," kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan resmi, Selasa (27/2/2024).

Dividen final yang akan diusulkan tersebut, bersama dengan dividen interim sebesar Rp 98 per saham yang dibagikan pada Oktober 2023. Sehingga total dividen yang diusulkan untuk tahun 2023 menjadi Rp 519 per saham.

Sebagai perbandingan, perseroan membagikan dividen interim 88 per saham pada 2022. Sehingga total dividen yang dibagikan atas kinerja tahun buku 2022 senilai RP 640 per saham.

Adapun rasio pembayaran dividen 2023 sebesar 62 persen dari laba bersih Grup sebesar Rp 34,0 triliun pada 2023, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina. Rasio tersebut lebih tinggi dari rata-rata rasio pembayaran dividen historis perseroan.

 

3 dari 5 halaman

Usulan Direksi

"Usulan Direksi atas dividen final tersebut didasarkan pada kinerja yang sangat baik dan harga batu bara yang masih tinggi pada paruh pertama tahun 2023, yang mencerminkan pemulihan yang terus berlanjut pasca pandemi, yang memungkinkan Perseroan untuk mengembalikan sebagian excess capital kepada pemegang saham," ujar Djony.

Grup Astra International mencatatkan pencapaian kinerja tertinggi pada 2023, didukung oleh pemulihan penjualan sepeda motor dan pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen. Grup tetap menunjukkan resiliensi dengan diversifikasi portofolio bisnisnya, meskipun harga komoditas turun dan kondisi perekonomian melemah pada semester kedua.

Jika kedua kondisi ini masih berlanjut, perseroan mengantisipasi terjadinya penurunan siklus pertumbuhan di tahun 2024. "Namun demikian, kami yakin bahwa Grup berada pada posisi yang baik untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, melalui penguatan bisnis inti kami serta investasi baru yang mendukung prioritas strategis kami," pungkas Djony.

 

4 dari 5 halaman

Kinerja 2023

Sebelumnya diberitakan, PT Astra International Tbk (ASII) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (27/2/2024), perseroan membukukan pendapatan bersih Rp 317,56 triliun pada 2023. Pendapatan itu naik 5,04 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 301,38 triliun.

Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan pada 2023 naik menjadi Rp 243,26 triliun dari Rp 231,29 triliun pada 2022. Meski begitu, perseroan masih membukukan kenaikan laba kotor 4,60 persen atau sebesar Rp 73,31 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 70,09 triliun.

 

5 dari 5 halaman

Aset Perseroan

Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan RP 11,45 triliun, beban umum dan administrasi Rp 17,59 triliun, dan penghasilan bunga Rp 3,05 triliun. Selain itu, perseroan juga membukukan biaya keuangan Rp 3,11 triliun, kerugian selisih kurs Rp 408 miliar, dan penyesuaian nilai wajar investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) senilai RP 159 miliar.

Penghasilan lain-lain pada periode ini tercatat sebesar RP 1,71 triliun, bagian atas hasil bersih ventura bersama Rp 7,66 triliun, dan bagian atas hasil bersih entitas asosiasi sebesar Rp 1,84 triliun. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 33,84 triliun.

Laba ini naik 16,91 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 28,94 triliun. Dari sisi aset perseroan sampai dengan akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 445,68 triliun, naik dari Rp 413,3 triliun pada akhir 2022. Liabilitas ikut naik menjadi RP 195,26 triliun pada akhir 2023 dari Rp 169,58 triliun pada akhir 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 naik menjadi Rp 250,42 triliun dari Rp 23,72 triliun pada 2022.