Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Sepanjang 2023, pendapatan usaha perseroan naik 20 persen menjadi USD 1,09 miliar dari USD 908,14 juta pada 2022. Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat menuturkan, hal ini karena kenaikan volume penjualan sebesar 39 persen yang mengimbangi penurunan ASP sebesar 14 persen dari 2022.
Baca Juga
"Setelah mengalami penurunan pada kuartal II 2023 dan kuartal III 2023, ASP naik kembali pada kuartal IV 2023, seiring kenaikan harga batu bara metalurgi global," kata Christian dalam keterangannya, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa, Sabtu (2/3/2024).
Advertisement
Bersamaan dengan kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan pada 2023 naik 35 persen menjadi USD 502,75 juta dari USD 373,22 juta pada 2022. Ini utamanya karena kenaikan volume produksi sehingga beberapa ongkos produksi juga naik.
Royalti kepada Pemerintah naik 4 persen menjadi USD 158,23 juta, biaya penambangan naik 150 persen menjadi USD 149 juta, biaya pemrosesan batu bara turun 52 persen menjadi USD 23,58 juta, sementara biaya pengangkutan dan penanganan naik 36 persen menjadi USD 116,59 juta. Konsumsi bahan bakar 2023 naik 42 persen karena peningkatan aktivitas, sementara biaya bahan bakar per liter turun 5 persen yoy.
Biaya kas batu bara per ton pada 2023 turun 10 persen karena peningkatan pada operasi maupun volume. Dari rincian itu, perseroan membukukan laba kotor USD 583,21 juta, naik dari USD 534,91 juta pada 2022. Pada periode yang sama, perseroan membukukan beban usaha USD 8,83 juta dan penghasilan lain-lain USD 256.931.
Â
Aset Perseroan
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan USD 122,58 juta, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 440,88 juta atau sekitar Rp 6,92 triliun (kurs Rp 15.701,95 per USD). Laba ini naik 32,67 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 332,32 juta.
"Kondisi harga batu bara metalurgi yang kondusif terus mendukung pencapaian ASP kami, dan disertai kenaikan volume dan disiplin biaya, juga meningkatkan profitabilitas. Selain itu, operasi logistik Grup Adaro yang terintegrasi memberikan kinerja dengan sangat baik dalam menghadapi tantangan di Sungai Barito yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca akibat El Nino," ujar Christian.
Total aset perseroan pada 2023 naik 32 persen menjadi USD 1,7 miliar dari USD 1,3 miliar pada akhir 2022. Pada akhir 2023, total liabilitas turun 8 persen menjadi USD 657,37 juta dari USD 717,32 miliar pada 2022. Per akhir 2023, ekuitas naik 82 persen menjadi USD 1,04 miliar dari USD 569,3 juta pada 2022. Hal ini karena kenaikan laba menyebabkan laba ditahan naik lebih dari dua kali lipat menjadi USD 854,76 juta.
Â
Advertisement
Kinerja Semester I 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan laporan keuangan konsolidasian untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023 kepada OJK dan BEI.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat mengatakan, pihaknya berhasil mencapai kinerja yang memuaskan di tengah tantangan makro yang signifikan.
"Operasi batu bara metalurgi paruh pertama 2023 (semester I 2023) yang baik telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk mencapai target volume tahunan. Kami terus mengembangkan pasar bagi batu bara metalurgi Indonesia, dan tanggapan dari para pelanggan membuat kami yakin akan prospek pertumbuhan," ujar dia dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (22/7/2023).
Adaro Minerals Indonesia juga berada pada posisi yang mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang telah mendapatkan pemenuhan keuangan dalam kuartal ini.Â
"Kami menyambut peluang menumbuhkan bisnis pengolahan mineral secara berkelanjutan dengan penuh semangat, dan tetap berfokus pada eksekusi proyek-proyek strategis secara bertanggung jawab," kata dia.
Adapun pendapatan usaha Adaro Minerals Indonesia pada semester I 2023 naik 6 persen menjadi USD 463,6 juta berkat kenaikan 42 persen pada volume penjualan yang diimbangi dengan penurunan 25 persen pada ASP.Â
Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi terus diminati oleh produsen baja di pasar-pasar utama seperti Jepang, China, India dan Korea Selatan.
Volume produksi ADMR pada semester I 2023 naik 66 persen menjadi 2,54 juta ton, sesuai target full year 2023 yang ditetapkan lebih tinggi dan dukungan ketersediaan alat berat dan kinerja kontraktor yang solid.
Â
EBITDA Perseroan
Adaro Minerals Indonesia mencatat pengupasan lapisan penutup 7,55 juta bcm, atau naik 116 persen dari semester I 2022, sehingga nisbah kupas tercatat 2,97x untuk semester I 2023.
Beban pokok pendapatan pada semester I 2023 naik 42 persen menjadi USD 210,3 juta, terutama berkat kenaikan volume produksi dan penjualan. Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah naik 11 persen menjadi USD 81,6 juta, biaya penambangan naik 77 persen menjadi USD 45,7 juta, biaya pemrosesan batu bara naik 69 persen menjadi USD 30,9 juta, dan biaya pengiriman dan penanganan naik 56 persen menjadi USD 53,7 juta.Â
Biaya bahan bakar per liter naik 14 persen secara year-on-year (yoy), dan biaya kas batu bara per ton pada semester I 2023 naik 8 persen dari semester I 2022.
Beban usaha semester I 2023 naik 156 persen menjadi USD 36,0 juta karena kenaikan signifikan pada cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah.
Biaya penjualan dan pemasaran pada semester I 2023 naik 57 persen menjadi USD 5,3 juta, seiring kenaikan volume penjualan. Biaya karyawan naik lebih dua kali lipat menjadi USD 4,5 juta karena perusahaan sedang menambah tenaga kerja seiring pertumbuhan dan ekspansi bisnis.
Perseroan menghasilkan EBITDA operasional USD 235,1 juta pada semester I 2023, atau turun 18 persen dari semester I 2022, dan margin EBITDA operasional untuk periode ini tercatat 51 persen. Laba inti semester I 2023 turun 19 persen menjadi USD 168,4 juta. Penurunan harga batu bara metalurgi dan kenaikan biaya yang diakibatkan oleh kenaikan volume merupakan faktor utama terhadap penurunan profitabilitas.
Advertisement