Liputan6.com, Jakarta - Bank-bank besar tanah air telah mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, bank-bank besar antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), kompak membukukan rekor laba bersih tertinggi sepanjang masa.
Dari sisi pertumbuhannya, Bank Mandiri memimpin dengan kenaikan 33,7 persen atau mencapai Rp 55,1 triliun. Disusul BCA dengan kenaikan 19,4 persen menjadi RP 48,6 triliun. Lalu Laba BRI naik 17,5 persen menjadi Rp 60,1 triliun, dan laba BNI naik 14,2 persen menjadi Rp 20,9 triliun pada 2023.
Baca Juga
Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer menilai, prospek saham perbankan tahun ini tidak kalah cemerlang dibandingkan tahun lalu. Di mana harga saham perbankan, terutama yang berkapitalisasi jumbo (big caps) masih prospektif.
Advertisement
"Selain terkait Pemilu 2024, saham perbankan kami lihat juga akan banyak ter-influence oleh optimisme penurunan suku bunga acuan pada 2024 baik itu suku bunga dalam negari (BI7DRR/FedRate). Kami lihat hal ini bisa berdampak pada peningkatan kredit konsumer, selain itu penurunan suku bunga juga bisa membuat efisiensi pada sisi NPL," kata Khaer kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (3/3/2024).
Apalagi, lanjut Khaer, jika melihat secara historis sektor keuangan khususnya pembiayaan, memiliki performa cukup baik di tahun pemilu. Hal itu didukung oleh peningkatan daya beli dan tingginya peredaran uang di masyarakat.
"Kami nilai saat ini saham saham big bank seperti BBNI dan BBRI masih memiliki prospek bagus serta fundamental yang kuat ditambah valuasi yang cukup menarik. BBNI target mencapai level Rp6.600 dan BBRI target mencapai level Rp 6.800," imbuh Khaer.
Â
Potensi Pertumbuhan Kredit
Dibandingkan realisasi 2023, tim riset Stockbit Sekuritas menilai performa big 4 banks pada 2024 akan lebih terbatas dari faktor penurunan beban provisi. Di mana performa bank-bank besar itu pada 2024 akan lebih didorong oleh penurunan beban bunga (dan Cost of Fund) dan pertumbuhan kredit.
"Kami melihat bahwa potensi penurunan suku bunga pada 2024 dapat menjadi sentimen positif untuk menurunkan beban bunga," tulis tim riset Stockbit Sekuritas.
Selain itu, masih terdapat potensi pertumbuhan kredit hingga double digit, di mana target pertumbuhan kredit industri perbankan dari Bank Indonesia mencapai 10–12 persen pada 2024.
Adapun target pertumbuhan kredit 2024 dari manajemen BMRI berkisar 3–15 persen menjadi yang tertinggi dibandingkan big 4 banks lainnya. Target kredit BBRI 11-12 persen, BBNI 9-11 persen, dan BBCA 8-10 persen. Untuk sektor ini, Stockbit Sekuritas jagokan saham BMRI, dan BBRI.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Awas, Ini Ancaman Kinerja Sektor Keuangan 2024
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan sektor keuangan secara umum di tahun 2024 akan tetap terjaga. Namun, OJK tetap waspada lantaran banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sektor keuangan di tahun ini.
"Proyeksi sektor keuangan secara umum di tahun 2024. Terlihat jelas bahwa tekanan di pasar keuangan pada akhir 2023 mereda, namun kami tetap mewaspasai beberapa faktor risiko yang saat ini tetap kita hadapi dan berpotensi akan berlanjut di tahun ini," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dalam Konferensi Pers RDKB Desember 2023, secara virtual, Selasa (9/1/2024).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja sektor keuangan pada 2024, diantaranya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, meskipun ada proyeksi tahun ini Fed akan menurunkan bunga hingga 75 basis poin.
"Kondisi suku bunga yang masih dilevel tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi bahkan diperkirakan akan turun di 2024 ini," ujarnya.
Faktor lainnya, yakni perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Mahendra menyebut, seluruh proyeksi dari lembaga multilateral maupun berbagi badan dan analis nampaknya menunjukkan bahwa pertumbuhan di 2024 ini akan lebih rendah dibandingkan 2023, terutama karena pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara Eropa yang melambat.
Â
Â
Risiko Geopolitik
Berikutnya, risiko eskalasi geopolitik yang berpotensi menekan kinerja perekonomian global lebih lanjut dan juga meningkatkan volatilitas pasar keuangan.
Lalu di berbagai asesmen, OJK melihat bahwa pada 2024 ini secara bersamaan negara-negara yang merepresentasikan lebih besar 50 persen dari populasi dunia akan menyelenggarakan Pemilu yang juga akan memengaruhi stabilitas dan kepastian geopolitik. Diantaranya negara yang akan menyelenggarakan Pemilu, yakni Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, India, dan Indonesia.
Kendati demikian, OJK tetap optimis bahwa kinerja sektor keuangan di dalam negeri bisa terus tangguh dan terjaga di level positif.
"Optimis bahwa sektor jasa keuangan dapat menghadapinya, karena kondisi sektor jasa keuangan sampai pada akhir tahun 2023 dan kami prakirakan akan terus dapat berlanjut di tahun 2024 ini terjaga stabil yang didukung oleh permodalan yang solid," pungkasnya.
Â
Advertisement