Sukses

Austindo Nusantara Siapkan Belanja Modal USD 36,8 Juta pada 2024

Direktur Keuangan Austindo Nusantara Jaya, Nopri Pitoyo menuturkan, pihaknya akan terus menggenjot produksi TBS dan CPO pada 2024.

Liputan6.com, Jakarta - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) menyiapkan belanja modal USD 36,8 juta atau sekitar Rp 577,98 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 15.706) pada 2024. Belanja modal akan digunakan untuk mendukung produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO)

Direktur Keuangan Austindo Nusantara Jaya, Nopri Pitoyo menuturkan, pihaknya akan terus menggenjot produksi TBS dan CPO pada 2024. Perseroan prediksi produksi TBS akan naik 6 persen pada 2024 dibandingkan tahun lalu.

Nopri mengatakan, pertumbuhan produksi TBS itu akan didukung oleh peningkatan produksi dari kebun muda Austindo Nusantara Jayadi Papua Barat Daya, dan tanaman hasil replanting yang sudah memasuki usia menghasilkan.

"Kami juga berharap volume pembelian TBS luar akan meningkat dan mampu mencapai volume produksi CPO di atas 300.00 mt pada tahun ini,” ujar Nopri seperti dikutip dari laman anj-group, Minggu (3/3/2024).

Untuk mendukung target produksi itu, Perseroan telah menganggarkan belanja modal USD 36,8 juta. Sebagian besar belanja modal ini dialokasikan untuk mendanai beberapa program yang mendukung peningkatan produktivitas perusahaan, meliputi program penanaman kembali (replanting) di perkebunan Pulau Belitung dan Sumatra Utara I,kompensasi lahan di perkebunan ANJ di Sumatra Selatan, laterisasi jalan, perumahan karyawan dan pembangkit listrik untuk pabrik di perkebunan Papua Barat Daya.

Selain itu, proyek peninggian dan penguatan tanggul sungai di perkebunan Sumatra Utara II, serta fasilitas pengomposan di Sumatra Utara I yang akan menjadi pabrik kompos keempat yang dimiliki ANJ.

"Kami percaya program-program tersebut akan mendukung peningkatan produktivitas kami di tahun-tahun mendatang, dikombinasikan dengan inovasi-inovasi dalam praktik agronomi diharapkan dapat menghasilkan produktivitas yang maksimal,” kata dia.

Selain itu, ia menuturkan, pihaknya juga berkomitmen untuk melanjutkan inisiatif  untuk memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim yang telah dijalankan ANJ sejak 2012 dengan mengintegrasikan praktik ESG ke dalam strategi bisnis perusahaan untuk mencapai target nol emisi karbon(net zero emissions) pada 2030.

2 dari 3 halaman

Kinerja 2023

Terkait kinerja keuangan 2023, Perseroan mencatat penurunan pendapatan dan laba bersih. Hal ini seiring penurunan harga jual rata-rata (HJR) CPO, PK dan PK serta penurunan volume penjualan PK.

HJR CPO turun 12,9% menjadi USD 731 per mt dibandingkan USD 840 per mt pada tahun lalu. Selain itu, HJR PK juga turun 36,0% menjadi USD 358 per mt dan HJR PKO turun 33,1% menjadi USD 734 per mt pada 2023.

Perseroan mencatat pendapatan turun 12,1 persen menjadi USD 236,5 juta atau setara Rp 3,60 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 269,16 juta atau setara Rp 4 triliun.

Pendapatan turun itu mendorong laba periode berjalan sebesar USD 1,90 juta atau sekitar Rp 29,01 miliar pada 2023. Laba tersebut turun 91 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 21,15 juta atau sekitar Rp 314,57 miliar.

Sementara itu, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk terpangkas 87,90 persen menjadi USD 2,62 juta pada 2023 dari periode 2022 sebesar USD 21,72 juta.

Nopri menuturkan, laba bersih Perseroan turun terutama disebabkan oleh HJR yang lebih rendah ditambah dengan peningkatan biaya depresiasi dan bunga pada 2023.

Selain itu, biaya operasi perkebunan yang baru menghasilkan di Papua Barat Daya, serta dari area penanaman kembali di perkebunan Sumatra Utara I dan Pulau Belitung juga mengalami peningkatan. Sementara, produksi dari perkebunan-perkebunan tersebut diproyeksikan akan mencapai level optimal sekitar dua hingga tiga tahun ke depan.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Aset Perseroan

Di sisi lain, beban pokok pendapatan merosot 4,8 persen menjadi USD 204,95 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 215,29 juta. Dengan demikian, laba bruto turun 41,4 persen menjadi USD 31,55 juta pada 2023. Pada 2022, laba bruto tercatat USD 53,87 juta.

Perseroan mencatat beban usaha susut 14,8 persen menjadi USD 12,44 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 14,59 juta.  Laba usaha Perseroan anjlok 51,3 persen menjadi USD 19,11 juta pada 2023 dari periode 2022 sebesar USD 39,27 juta.

Beban keuangan Perseroan naik 88,1 persen menjadi USD 9,86 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 5,24 juta. Perseroan mencatat laba per saham dan dilusi USD 0,0008 pada 2023 dari periode 2022 USD 0,0065.

Perseroan mencatat ekuitas naik 0,3 persen menjadi USD 425,32 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 424,11 juta. Total liabilitas bertambah 5,8 persen menjadi USD 188,74 juta pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 178,47 juta. Total aset Perseroan naik 1,9 persen menjadi USD 614,07 juta pada 2023 dari posisi 2022 sebesar USD 602,59 juta.

 

Video Terkini