Sukses

Profil Mohamad Yusuf Permana, Komisaris Baru BNI

Yusuf meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gunadarma pada 1998. Pria kelahiran Jakarta, 24 September 1975 ini mengawali karier sebagai Staf Biro Protokol Sekretariat Presiden pada 2002.

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2023, Senin (4/3/2024) setuju untuk mengangkat Mohamad Yusuf Permana sebagai komisaris baru BNI.

Yusuf masuk menggantikan posisi Komisaris BNI sebelumnya yaitu Susyanto. RUPST juga menyetujui pengangkatan kembali Askolani sebagai Komisaris BNI.

Yusuf meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gunadarma pada 1998. Pria kelahiran Jakarta, 24 September 1975 ini mengawali karier sebagai Staf Biro Protokol Sekretariat Presiden pada 2002. 

Lalu, ia juga sempat menjabat sebagai Kepala Biro Protokol Sekretariat Presiden Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia pada 2021. 

Pada 2021, Yusuf Permana menjabat sebagai Komisaris PT Pelindo Multi Terminal dan juga sempat menjabat sebagai Komisaris PT Pelabuhan Indonesia I (Persero). Tak hanya itu, Yusuf juga ditunjuk sebagai Komisaris Pelayaran Samudera Djakarta Lloyd pada Januari 2020 hingga Agustus 2021. 

Sebelum menjadi Komisaris BNI, Yusuf diangkat sebagai Komisaris PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2023.

Dengan keputusan RUPS Tahunan ini, maka Susunan Anggota Dewan Komisaris BNI menjadi:

  • Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen: Pradjoto
  • Wakil Komisaris Utama: Pahala Nugraha Mansury
  • Komisaris Independen: Sigit Widyawan
  • Komisaris: Askolani
  • Komisaris Independen: Asmawi Syam
  • Komisaris: Mohamad Yusuf Permana
  • Komisaris Independen: Iman Sugema
  • Komisaris Independen: Septian Hario Seto
  • Komisaris Independen: Erwin Rijanto Slamet
  • Komisaris: Fadlansyah Lubis
  • Komisaris: Robertus Billitea
2 dari 3 halaman

BNI Tebar Dividen Rp 10,45 Triliun

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tahun Buku 2023, Senin (4/3/2024) dan telah menyetujui pembagian dividen sebesar 50% dari laba bersih tahun buku 2023 atau senilai Rp 10,45 triliun. 

Nilai pembagian dividen naik 42,76% dari total dividen tahun buku 2022 senilai Rp 7,32 triliun. Adapun, nilai dividen per lembar saham kali ini ditetapkan sebesar Rp 280,49.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menuturkan dengan memperhitungkan komposisi saham milik Pemerintah sebesar 60%, maka Perseroan akan menyetorkan dividen sebesar Rp 6,27 triliun ke rekening Kas Umum Negara.

“Porsi lainnya dari laba bersih akan digunakan sebagai saldo laba ditahan untuk pengembangan usaha berkelanjutan BNI Group ke depan,” kata Royke dalam konferensi pers.

Royke menjelaskan, kenaikan rasio pembayaran dividen menjadi 50% di tahun ini seiring dengan kinerja keuangan Perseroan yang terus membukukan kinerja positif dengan capaian laba bersih senilai Rp 20,9 triliun pada 2023.

“Kinerja yang positif tersebut dicapai di tengah berbagai tantangan eksternal pada tahun 2023, yang utamanya disebabkan oleh peningkatan risiko geopolitik, tingginya inflasi dan suku bunga global, serta perlambatan ekonomi di Tiongkok,” jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Transformasi

Royke mengatakan Perseroan berkomitmen dan berupaya disiplin untuk terus melanjutkan program transformasi agar semakin berdampak positif pada kontribusi pertumbuhan ekonomi nasional dan profitabilitas perusahaan.

Peningkatan profitabilitas akan dicapai melalui konsistensi dalam membukukan pertumbuhan kredit yang berkualitas dari segmen corporate, UMKM, dan consumer, sehingga kualitas aset berada dalam kondisi yang sehat dalam jangka panjang.

BNI juga berhasil mengelola rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pada level yang sehat mencapai 22% di Desember 2023, sehingga memiliki kapasitas untuk membagi dividen dengan rasio dan nilai yang lebih besar.

Adapun, BNI berhasil mencatatkan kredit tumbuh sebesar 7,6% Year on Year (YoY), mencapai Rp 695 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta maupun BUMN, kredit konsumen, dan Perusahaan Anak.