Liputan6.com, Jakarta - Kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di pasar modal bervariasi. Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, kinerja emiten BUMN tidak bisa disamaratakan. Beberapa mencatatkan kinerja positif, sayangnya juga tidak sedikit yang membukukan kinerja kurang baik.
"Sektor atau saham BUMN apa yang masih menarik ada perbankan. Secara fundamental sangat baik, profitabilitas tinggi. Lalu energi yang secara fundamental cukup baik, diuntungkan dengan kenaikan harga minyak dunia," kata Desmond kepada Liputan6.com, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga
Sebaliknya, sektor atau saham BUMN yang kurang menarik ada konstruksi dan farmasi. Menurut Desmond, secara fundamental dua sektor itu kurang baik lantaran memiliki utang besar sementara profitabilitas rendah.
Advertisement
"Kinerja BUMN menurut saya secara keseluruhan menunjukan tren yang positif dengan peningkatan laba dari Beberapa sektor Utama yang cukup signifikan," ujar Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi senada.
Pada penutupan Selasa, 5 Maret 2023, IDX BUMN 20 turun 0,17 persen. Namun sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), IDX BUMN 20 masih naik 4,91 persen. IDX BUMN 20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham perusahaan tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya.
Dalam rangka efisiensi, Kementerian BUMN berencana melakukan konsolidasi perusahaan pelat merah, termasuk memangkas perusahaan jumlah BUMN menjadi 30. Rencana ini ditargetkan rampung dalam sepuluh tahun mendatang atau selama periode 2024-2034.
Tujuan utama memangkas jumlah entitas BUMN merupakan upaya pemerintah dalam mendorong perusahaan-perusahaan BUMN untuk terus meningkatkan kinerja mereka. Ini dapat termasuk upaya untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan pengelolaan aset, dan mengembangkan bisnis yang menguntungkan.
Dividen
Informasi saja, Kementerian BUMN menetapkan target untuk meningkatkan jumlah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan BUMN menjadi Rp 85 triliun. Hal ini merupakan upaya untuk memperbesar kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara.
Pada 2022, perusahaan-perusahaan BUMN berhasil mencetak rekor dividen terbesar sepanjang sejarah, yakni sebesar Rp 81 triliun. Hal ini menunjukkan kinerja positif perusahaan-perusahaan BUMN dalam menghasilkan laba dan mengembalikan sebagian dari laba tersebut kepada pemegang saham negara, yaitu pemerintah.
Menurut Lanjar, sektor BUMN yang menarik ada keuangan. Terutama bank-bank BUMN seperti Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), BAnk Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), terus menunjukkan kinerja yang kuat dan kontribusi laba yang besar. Selain itu, sektor infrastruktur seperti Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) juga menarik lantaran memiliki potensi pertumbuhan besar terkait pembangunan infrastruktur yang akan dilanjutkan pemerintahan yang baru.
"Sebaliknya, BUMN yang masih memerlukan restrukturisasi, seperti GIAA, mungkin kurang menarik bagi investor karena risiko yang terkait dengan proses restrukturisasi tersebut. Sektor konstruksi yang masih terkait penurunan kinerja keuangan," pungkas Lanjar.
Advertisement
Erick Thohir Mau Pangkas BUMN Jadi Hanya 30
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa kementeriannya telah merancang peta jalan untuk periode 2024–2034 terkait rencana konsolidasi perusahaan pelat merah, termasuk memangkas perusahaan jumlah BUMN menjadi 30.
“Kalau bisa BUMN berjumlah 30-an. Sekarang menjadi 41 pun baru tahun ini … Nah ke depan 30-an,” ucap Erick Thohir melansir Antara di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Sejak awal menjabat pada 2019, Erick merencanakan pengurangan jumlah BUMN. Pada Juni 2020, Kementerian BUMN telah mengurangi jumlah entitasnya dari 142 perusahaan menjadi 107 perusahaan.
Ini dilakukan sebagai bagian dari program restrukturasi BUMN, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja BUMN.
Erick menegaskan bahwa BUMN harus memiliki tiga pilar. Pertama, BUMN harus menjadi korporasi yang sehat agar dapat berkontribusi terhadap pendapatan negara melalui pajak dan dividen.
Pilar Kedua
Pilar kedua, BUMN harus memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi. Dia mencontohkan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur di Bali oleh pemerintah bekerja sama dengan PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney merupakan salah satu upaya BUMN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
KEK Sanur yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2022 merupakan inisiatif strategis pemerintah untuk memanfaatkan potensi kawasan Sanur sebagai destinasi pariwisata kesehatan, dengan menjadikan Bali sebagai landmark dalam peningkatan dan diversifikasi perekonomian Indonesia.
Pilar ketiga BUMN, lanjut Erick, adalah BUMN harus menjadi penggerak ekonomi kerakyatan, apalagi saat ini sebanyak 92 persen dari total kredit ultra mikro dan mikro di Indonesia disalurkan oleh BUMN.
Advertisement