Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Jumat (8/3/2024) usai komentar dari ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell. Jerome Powell mengisyaratkan memangkas suku bunga jika sinyal inflasi mendukung.
Dikutip dari CNBC, bicara di depan the Senate Banking Committee, Powell tidak menjelaskan kapan waktu untuk memangkas suku bunga. Namun, the Fed akan memangkas suku bunga segera.
Baca Juga
“Kami menunggu untuk lebih percaya diri inflasi bertahan sesuai target 2 persen. Ketika kami mendapatkan kepercayaan, dan kami tidak jauh dari itu, dan itu akan lebih tepat jika kamu mulai mengurangi tingkat pembatasan,” ujar Powell saat menjawab mengenai suku bunga dan inflasi.
Advertisement
Investor juga akan mencermati pidato kenegaraan Presiden AS Joe Biden yang dijadwalkan pada pukul 9 malam waktu setempat.
Di bursa saham Asia sebagian besar indeks acuan menguat. Indeks ASX 200 di Australia mencatat penguatan dalam tiga hari. Indeks naik 0,8 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,67 persen. Selanjutnya indeks Topix tergelincir setelah pengeluaran rumah tangga pada Januari turun lebih besar dari yang diharapkan menjadi 6,3 persen dari harapan ekonom 4,3 persen yang disurvei Reuters.
Metrik ini menginformasikan petunjuk kondisi inflasi apakah melebihi kenaikan upah yang diawasi ketat Bank Sentral Jepang. Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,3 persen. Sedangkan indeks Kosdaq bertambah 0,49 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 1,15 persen dan indeks CSI 300 China bertambah 0,14 persen.
Di wall street, indeks S&P 500 dan Nasdaq melonjak ke rekor tertinggi seiring harapan berkurangnya inflasi dan kemajuan teknologi membantu penguatan wall street pada pertengahan pekan ini.
Indeks S&P 500 menguat 1,03 persen ke posisi 5.157,36. Indeks Nasdaq bertambah 1,51 persen ke posisi 16.273,38. Kedua indeks saham acuan itu catat rekor tertinggi sepanjang masa. Indeks Dow Jones melesat 0,34 persen.
Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?
Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.
Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000.
Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.
Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.
Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat.
Advertisement
Target Inflasi The Fed
Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01%
"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).
Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.
Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak
Sebelumnya diberitakan, beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.
Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.
“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.
Advertisement