Sukses

Bursa Saham Asia Beragam, Indeks Nikkei Jepang Sentuh Posisi 41.000

Bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Jumat, 22 Maret 2024. Sementara itu, indeks Nikkei sentuh posisi tertinggi baru di 41.000.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Nikkei 225 menyentuh posisi tertinggi baru pada Jumat (22/3/2024). Indeks Nikkei 225 sentuh posisi 41.000 setelah inflasi Jepang meningkat pada Februari 2024.

Sementara itu, bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi, demikian mengutip CNBC, Jumat pekan ini. Di sisi lain, tingkat inflasi utama Jepang pada Februari 2024 berada di posisi 2,8 persen, naik dari sebelumnya pada Februari 2024 di kisaran 2,2 persen. Inflasi inti berada di posisi 2,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya di posisi 2 persen.

Dalam pernyataan Bank of Japan (BoJ) pada Selasa pekan ini, target harga 2 persen dapat tercapai secara berkelanjutan. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,55 persen ke posisi 41.000. Sementara itu, indeks Topix bertambah 0,42 persen dan menyentuh rekor.

Di Korea Selatan, indeks Kospi melemah 0,12 persen. Indeks Kosdaq susut 0,23 persen. Di Australia, indeks ASX 200 tergelincir 0,29 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.747, posisi tersebut melemah dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya 16.863,1.

Di wall street, tiga indeks acuan mencapai rekor baru, dan melanjutkan reli pada perdagangan Kamis, 21 Maret 2024 waktu setempat. Hal ini setelah the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat mempertahankan suku bunga dan pertahankan perkiraan penurunan suku bunga pada 2024.

Indeks Dow Jones melambung 269,24 poin atau 0,68 persen ke posisi 39.781,37. Indeks S&P 500 mendaki 0,32 persen ke posisi 5.241,53. Indeks Nasdaq naik tipis 0,20 persen ke posisi 16.401,84.

“Masyarakat saat ini percaya pada the Fed dan pemotongan suku bunga akan dilakukan,” ujar Chief Global Strategist Freedom Capital Markets, Jay Woods.

Ia mengatakan, pihaknya berada di posisi yang baik dan pasar percaya pada narasi kelancaran terkait kebijakan moneter. “Apapun yang dikatakan the Fed terus menjadi perhatian pasar,” ujar dia.

 

2 dari 4 halaman

Pembukaan Indeks Nikkei pada Kamis 21 Maret 2024

Sebelumnya diberitakan, Indeks Nikkei mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa karena pasar saham Asia menguat setelah Federal Reserve mempertahankan perkiraan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali sambil mempertahankan suku bunga Federal Funds pada 5,25%-5,5%.

Prospek tiga kali pemotongan berasal dari “dot plot” The Fed, sebuah matriks proyeksi anonim yang diawasi ketat dari 19 pejabat yang terdiri dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Namun, grafik tersebut tidak memberikan indikasi waktu pergerakannya.

Dot plot yang diperbarui juga menunjukkan tiga pemotongan pada tahun 2025 – satu lebih sedikit dibandingkan terakhir kali grid diperbarui pada bulan Desember.

Dikutip dari CNBC, Kamis (21/3/2024), Nikkei 225 Jepang melonjak 1,57%, mencapai rekor tertinggi baru sepanjang masa, sementara Topix juga mencetak rekor baru dan naik 1,41%.

Data perdagangan negara untuk bulan Februari dan data awal PMI untuk bulan Maret dari bank au Jibun akan dirilis hari ini.

Kospi Korea Selatan juga naik 1,52% mencapai level tertinggi sejak April 2022, sedangkan saham berkapitalisasi kecil Kosdaq naik 1,48%,

Di Australia, S&P/ASX 200 memulai hari dengan kenaikan 0,61%, setelah data awal dari Judo Bank menunjukkan bahwa aktivitas bisnis negara tersebut berkembang lebih cepat di bulan Maret dibandingkan bulan sebelumnya.

Indeks manajer pembelian gabungan di negara tersebut mencapai 52,4, naik dari 52,1 pada bulan Februari.

Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 16,716, menunjukkan pembukaan yang lebih kuat dibandingkan dengan penutupan HSI di 16,543.07.

 

3 dari 4 halaman

Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?

Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.

Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000. 

Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.

Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.

Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat. 

Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01% 

"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).

Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.

 

4 dari 4 halaman

Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak

Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.

Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.

“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.

Video Terkini