Sukses

Bursa Saham Asia Merosot Terseret Kekhawatiran The Fed Bakal Tunda Suku Bunga

Mengikuti wall street, bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Jumat, 5 April 2024. Sentimen the Fed menciptakan kekhawatiran di pasar mengenai kepastian penurunan suku bunga.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat (5/4/2024) mengikuti wall street yang tertekan. Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi usai pernyataan dari sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) yang menciptakan kekhawatiran  kalau the Fed dapat menunda pemangkasan suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Jumat pekan ini, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari ragu bank sentral dapat menurunkan suku bunga jika inflasi tetap tinggi.

Dari data ekonomi, belanja rumah tangga Jepang pada Februari turun lebih kecil dari perkiraan. Belanja tersebut melemah 0,5 persen YoY dibandingkan ekspektasi dari survei Reuters yang prediksi penurunan 3 persen.

Serikat pekerja di Jepang mendapatkan kenaikan gaji besar. Hal ini dalam negosiasi upah shunto pada Maret yang diperkirakan mendorong belanja konsumen.

S&P juga akan rilis angka aktivitas bisnis untuk Hong Kong. Sedangkan Reserve Bank of India akan mengumumkan keputusan suku bunga pada Jumat pekan ini. Jajak pendapat Reuters terhadap ekonom perkirakan Bank Sentral India akan pertahankan suku bunga pinjaman acuannya di 6,5 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,44 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 1,59 persen setelah sentuh 40.000. Indeks Topix terpangkas 1,15 persen. Indeks Kospi Korea Selatan terperosok 0,79 persen. Sedangkan indeks Kosdaq terpangkas 0,84 persen.

Indeks Hang Seng di Hong Kong berada di posisi 16.860, dan menunjukkan lebih kuat dari penutupan sebelumnya 16.725.

Di wall street, tiga indeks saham acuan merosot. Indeks Dow Jones terbenam 1,35 persen, dan catat sesi perdagangan terburuk sejak Maret 2023. Indeks S&P 500 melemah 1,23 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 1,4 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 4 April 2024

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis, 4 April 2024 setelah alami aksi jual perdagangan sebelumnya. Hal ini seiring investor mencerna komentar ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat Jerome Powell.

Dikutip dari CNBC, Powell menuturkan, butuh waktu bagi pembuat kebijakan untuk evaluasi situasi inflasi, dan hal itu memberikan ketidakpastian waktu untuk memangkas suku bunga.

Di Asia, investor mencerna data aksitivas sektor jasa dari India dan penjualan ritel dari Hong Kong.

Adapun bursa saham Hong Kong, China dan Taiwan libur. Di sisi lain, indeks Kospi Korea Selatan melesat 1,29 persen ke posisi 2.742 dan memimpin penguatan di Asia. Indeks Kosdaq menguat 0,33 persen ke posisi 882,9.

Indeks Kospi melesat seiring harapan kinerja keuangan Samsung Electronics. Saham Samsung bertambah 1,43 persen. Indeks Nikkei Jepang bertambah 0,81 persen ke posisi 39.773,14. Indeks Topix naik 0,94 persen ke posisi 2.732. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,45 persen ke posisi 7.817,3.

3 dari 4 halaman

Pasar Saham AS Disebut Berada di Posisi Berbahaya, Ada Apa?

Sebelumnya diberitakan, CEO Smead Capital Management, Cole Smead mengatakan pasar saham Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi yang sangat berbahaya karena tingginya angka lapangan kerja dan pertumbuhan upah.

Menurut Smead ini menunjukkan kenaikan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak memberikan dampak yang diinginkan. Nonfarm payrolls tumbuh sebesar 353.000 pada Januari, data baru menunjukkan minggu lalu, jauh melampaui perkiraan Dow Jones sebesar 185.000. 

Sementara pendapatan rata-rata per jam meningkat 0,6% pada basis bulanan, dua kali lipat perkiraan konsensus. Pengangguran tetap stabil pada level terendah dalam sejarah yaitu 3,7%.

Angka tersebut muncul setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bank sentral kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret, seperti yang telah diantisipasi oleh beberapa pelaku pasar.

Smead, yang sejauh ini telah memperkirakan dengan tepat ketahanan konsumen Amerika Serikat dalam menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat. 

Smead menuturkan, risiko sebenarnya selama ini adalah seberapa kuat perekonomian meskipun terjadi kenaikan suku bunga sebesar 500 basis poin. Satu basis poin sama dengan 0,01% 

"Kami tahu The Fed telah menaikkan suku bunganya, kami tahu hal itu menyebabkan bank bangkrut pada musim semi lalu dan kami tahu hal itu merusak pasar,” kata Smead, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024).

Inflasi telah melambat secara signifikan dari puncak era pandemi pada Juni 2022 sebesar 9,1%, namun indeks harga konsumen AS meningkat sebesar 0,3% bulan ke bulan pada Desember sehingga menjadikan tingkat inflasi tahunan menjadi 3,4%, juga di atas perkiraan konsensus dan lebih tinggi dari perkiraan The Fed 2 % sasaran.

4 dari 4 halaman

Penurunan Suku Bunga Kurang Mendesak

Beberapa ahli strategi menunjukkan keuntungan dari data terbaru berarti upaya The Fed untuk merekayasa “soft landing” bagi perekonomian mulai membuahkan hasil, dan resesi tampaknya tidak akan terjadi lagi, sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekonomi. Namun, sisi buruknya bagi pasar yang lebih luas.

Direktur pelaksana di Charles Schwab UK. Richard Flynn pada Jumat mencatat hingga saat ini, laporan pekerjaan yang kuat akan menimbulkan peringatan di pasar.

“Dan walaupun suku bunga yang lebih rendah pasti akan disambut baik, menjadi semakin jelas bahwa pasar dan perekonomian mampu mengatasi dengan baik kondisi suku bunga yang tinggi, sehingga investor mungkin merasa bahwa kebutuhan akan pelonggaran kebijakan moneter tidak terlalu mendesak,” ujarnya dalam sebuah catatan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Daniel Casali, kepala strategi investasi di Evelyn Partners, yang mengatakan intinya adalah investor menjadi sedikit lebih nyaman bank sentral dapat menyeimbangkan pertumbuhan dan inflasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.