Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp 1 triliun. Jumlah saham KLBF yang dibeli kembali maksimal 625 juta saham.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (5/4/2024), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) akan buyback saham pada 16 Mei 2024-15 Mei 2025.
Baca Juga
"Perkiraan nilai nominal saham yang akan dibeli kembali adalah maksimum Rp 1 triliun dengan jumlah saham maksimal 625 juta lembar saham,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius dalam keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Perseroan akan memakai dana internal untuk buyback saham KLBF. Adapun Perseroan perkirakan dampak penurunan pendapatan bunga sekitar Rp 45 miliar. Untuk harga buyback, Perseroan membatasi harga pembelian kembali saham maksimal sebesar Rp 1.600 per saham.
Vidjongtius menuturkan, pembelian kembali akan dilaksanakan melalui transaksi di BEI. Perseroan akan memakai jasa dari perantara pedagang efek.
"Pembelian kembali saham diharapkan memberikan keyakinan kepada investor atas nilai saham Perseroan secara fundamental,” ujar dia.
Vidjongtius mengatakan, pembelian kembali atas saham Perseroan juga memberikan fleksibilitas bagi Perseroan dalam mengelola modal jangka panjang. Hal ini seiring saham treasuri dapat dijual pada masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika Perseroan memerlukan penambahan modal.
Pelaksanaan buyback saham akan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui pembelian kembali saham dan mengacu pada pasal 9 ayat (1) POJK Nomor 29 Tahun 2023.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 5 April 2024, harga saham PT Kalbe Farma Tbk turun 1,33 persen ke posisi Rp 1.480 per saham. Saham KLBF dibuka stagnan di posisi Rp 1.500 per saham. Saham KLBF berada di level tertinggi Rp 1.500 dan terendah Rp 1.480 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.814 kali dengan volume perdagangan 129.043 saham. Nilai transaksi Rp 19,2 miliar.
Kalbe Farma Siapkan Belanja Modal Rp 1 Triliun pada 2024
Sebelumnya diberitakan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) siapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp 1 triliun pada 2023. Corporate External Communication PT Kalbe Farma Tbk, Hari Nugroho menerangkan belanja modal itu utamanya akan digunakan untuk menunjang operasional perseroan. Angka belanja modal tahun depan juga tak jauh berbeda dengan belanja modal 2023.
"Untuk tahun depan, perseroan menyiapkan belanja modal di kisaran Rp 700 miliar-Rp 1 triliun. Belanja modal akan dialokasikan untuk penambahan kapasitas, pemeliharaan rutin dan kebutuhan IT," kata dia kepada Liputan6.com, dikutip Sabtu (30/12/2023).
Untuk tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal Rp 1 triliun pada 2023. Dana tersebut dialokasikan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan jaringan distribusi perseroan.
Selain itu, anggaran belanja juga akan digunakan untuk pemeliharaan dan penyelesaian proyek yang sedang berjalan. Kalbe akan mengupayakan tercapainya target 2023 dan mencapai pertumbuhan penjualan yang lebih baik pada 2024. Kalbe juga memiliki target internal ke arah pemulihan profitabilitas untuk 2024.
Perseroan berhasil mencatatkan penjualan bersih mencapai Rp 22,56 triliun hingga akhir kuartal III 2023. Angka ini meningkat 6,5 persen year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sisi lain, laba bersih KLBF tercatat sebesar Rp 2,06 miliar pada sembilan bulan pertama 2023 atau terjadi penurunan 16,9 persen YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu akibat kondisi pasar yang menantang dalam periode transisi setelah pandemi.
Melihat kinerja tersebut, perseroan memberikan sinyal adanya pembagian dividen untuk tahun buku 2023. Secara historis perseroan memiliki kebijakan pembagian dividen di kisaran 45-55 persen dari laba bersih. Hal tersebut merupakan bentuk komitmen Kalbe Farma untuk memberikan imbal hasil yang baik bagi para pemegang saham.
Advertisement
Kalbe Farma Beri Sinyal Dividen, Berapa Besarannya?
Sebelumnya diberitakan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berkomitmen untuk memberikan imbal hasil yang baik bagi para pemegang saham. Artinya, Kalbe Farma siap untuk membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen saham.
Direktur Keuangan Kalbe Farma Kartika Setiabudy menuturkan, pihaknya memiliki kebijakan untuk melaksanakan pembagian dividen secara rutin setiap tahun di kisaran 45-55 persen dari laba bersih.
"Terkait dividen, Kalbe Farma memiliki kebijakan untuk melaksanakan pembagian dividen secara rutin di setiap tahunnya di kisaran 45-55 persen dari laba bersih," kata Kartika dalam hasil Public Expose 2023, ditulis Jumat (1/12/2023).
Menurut ia, hal tersebut merupakan bentuk komitmen Kalbe Farma untuk memberikan imbal hasil yang baik bagi para pemegang saham.
Di samping itu, ia mengaku terdapat berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja laba tahun ini, seperti dampak turunnya penjualan karena produk Covid-19 tahun sebelumnya, tingginya harga bahan baku dan peningkatan biaya operasional dengan normalisasi aktivitas setelah pandemi.
Meski demikian, Kalbe akan mengupayakan tercapainya target 2023 dan mencapai pertumbuhan penjualan yang lebih baik pada 2024. Kalbe juga memiliki target internal ke arah pemulihan profitabilitas untuk 2024.
"Kalbe akan memberikan informasi lebih lanjut di awal tahun 2024 setelah proses budgeting selesai," ujar dia.
Strategi Kalbe Farma Hadapi Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) terus memperkuat kinerjanya di sektor bisnis farmasi pada 2023. Tren pelemahan rupiah pun telah diantisipasi oleh emiten tersebut.
Pekan lalu rupiah kerap kali bergerak melemah di kisaran Rp 15.600 sampai Rp 15.700 per dolar AS. Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, jika pelemahan rupiah terjadi dalam jangka panjang, maka hal itu akan berdampak pada peningkatan biaya produksi perusahaan.
Maka dari itu, sejak jauh-jauh hari, Kalbe Farma menerapkan strategi antisipasi guna meminimalkan efek pelemahan rupiah terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
"Kami melakukan kombinasi dan diversifikasi sumber pasokan bahan baku dari impor dan lokal dengan arahan penggunaan bahan baku lokal yang semakin besar ke depan," ujar dia kepada Liputan6.com, ditulis Senin (16/10/2023).
Vidjongtius belum bisa memastikan apakah harga produk yang dijual KLBF naik atau tidak sebagai imbas pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal yang pasti adalah Perseroan akan menghitung dampak pelemahan rupiah terhadap harga jual produk secara berkala dengan berbagai pertimbangan, misalnya daya beli masyarakat dan kondisi pasar.
"Alternatif strategi kami adalah melakukan product mix dalam portofolio perusahaan," kata dia.
Terlepas dari itu, Vidjongtius menilai permintaan terhadap produk-produk farmasi tetap tumbuh positif usai berakhirnya pandemi. Hal ini didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat.
Alhasil, produk-produk seperti suplemen atau herbal yang berkhasiat menjaga kondisi tubuh tetap sehat banyak dicari konsumen.
Di sisi lain, KLBF tetap mendapati permintaan obat-obatan dari beberapa penyakit reguler seperti demam berdarah, infeksi, flu, dan lain sebagainya.
Advertisement