Sukses

CEO JPMorgan Jamie Dimon Sebut Sentimen Ini Dapat Pengaruhi Bisnisnya

CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon menyatakan, pihaknya tetap waspada terhadap sejumlah faktor ketidakpastian yang signifikan.

Liputan6.com, Jakarta - CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengatakan, ada beberapa sentimen yang dapat memengaruhi bisnis perusahaannya, terutama inflasi dan perang, mengancam latar belakang perekonomian yang positif.

Jamie Dimon menjelaskan, lanskap global yang meresahkan, termasuk perang dan kekerasan yang mengerikan, adalah salah satu faktor yang menimbulkan ketidakpastian baik dalam bisnis JPMorgan maupun perekonomian yang lebih luas.

"Banyak indikator ekonomi yang terus membaik. Namun, ke depan, kami tetap waspada terhadap sejumlah faktor ketidakpastian yang signifikan,” kata Dimon dikutip dari CNBC, Minggu (14/4/2024).

Selain itu, ia mencatat tekanan inflasi yang terus-menerus, yang kemungkinan besar akan terus berlanjut. Dimon juga mencatat upaya Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (the Fed) untuk menarik aset yang dimilikinya pada neraca senilai USD 7,5 triliun atau setara Rp 120.883 triliun (asumsi kurs Rp 16.117 per dolar AS).

"Kami belum pernah benar-benar merasakan dampak penuh dari pengetatan kuantitatif sebesar ini,” ujar Dimon.

The Fed mengizinkan hingga USD 95 miliar atau setara Rp 1.513 triliun pendapatan dari obligasi yang jatuh tempo untuk diterbitkan setiap bulannya dibandingkan menginvestasikannya kembali, sehingga mengakibatkan kontraksi kepemilikan sebesar USD 1,5 triliun atau setara Rp 24.176 triliun sejak Juni 2022. 

Program ini merupakan bagian dari upaya The Fed untuk memperketat kondisi keuangan dengan harapan untuk mengurangi tekanan inflasi.

JPMorgan pada Jumat melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 8% pada kuartal pertama, disebabkan oleh pendapatan bunga yang lebih kuat dan saldo pinjaman yang lebih tinggi. 

Namun, bank tersebut memperingatkan pendapatan bunga bersih untuk tahun ini mungkin sedikit di bawah ekspektasi wall street dan saham turun hampir 2% pada perdagangan pra-pasar.

 

 

2 dari 4 halaman

Saham JPMorgan Melemah Usai Rilis Laporan Keuangan

Sebelumnya diberitakan, saham JPMorgan terkoreksi usai perusahaan mengumumkan kinerja keuangan yang cukup mengecewakan pada Jumat, 12 April 2024. Saham JPMorgan terkoreksi 12,64 persen pada Sabtu dan berada di level USD 182,79 atau setara Rp 2,9 juta (asumsi kurs Rp 16.117 per dolar AS). 

Dilansir dari CNBC, Sabtu (13/3/2024), Bank tersebut mengatakan laba kuartal pertama naik 6% menjadi USD 13,42 miliar atau setara Rp 216,3 triliun, dari tahun sebelumnya, didorong oleh pengambilalihan First Republic selama krisis perbankan regional tahun lalu. 

Pendapatan per saham akan menjadi 19 sen lebih tinggi tidak termasuk tambahan USD 725 juta atau setara Rp 11,6 triliun untuk biaya FDIC yang menutupi biaya kegagalan bank tahun lalu.

Pendapatan naik 8% menjadi USD 42,55 miliar atau setara Rp 685,8 triliun karena bank menghasilkan lebih banyak pendapatan bunga berkat suku bunga yang lebih tinggi dan saldo pinjaman yang lebih besar.

Namun, dalam pedoman untuk 2024, bank tersebut mengatakan pihaknya memperkirakan pendapatan bunga bersih sekitar $90 miliar, yang pada dasarnya tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

Hal ini nampaknya mengecewakan investor, beberapa di antaranya memperkirakan JPMorgan akan menaikkan panduannya sebesar USD 2 miliar atau setara Rp 32,2 triliun menjadi USD 3 miliar atau setara Rp 48,3 triliun pada tahun ini. Saham JPMorgan turun lebih dari 6% pada Jumat.

 

3 dari 4 halaman

Bos JPMorgan Jamie Dimon Jual Saham Perusahaan Senilai Rp 2,3 Triliun

Sebelumnya diberitakan, CEO JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon dan keluarganya menjual saham bank tersebut senilai USD 150 juta atau sekitar Rp. 2,3 triliun.

Penjualan saham ini menyusul pengumuman Dimon 2023 lalu, bahwa ia akan mulai menjual saham untuk pertama kalinya sejak mengambil alih kepemimpinan JPMorgan 18 tahun lalu.

Melansir Fortune, Sabtu (24/2/2024) Dimon dan keluarganya menjual sekitar 822,000 saham dalam serangkaian transaksi pada hari Kamis (22/2), menurut pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat.

Saham tersebut, yang telah mengungguli pasar yang lebih luas dan rekan-rekannya selama masa jabatan Dimon, diperdagangkan pada rekor tertinggi.

"Dimon terus yakin bahwa prospek perusahaan sangat kuat dan kepemilikannya di perusahaan akan tetap sangat signifikan,” kata JPMorgan dalam pengajuan pada Oktober 2023 tentang rencana penjualannya.

Pengumuman itu juga mengatakan Dimon berencana menjual satu juta saham, sesuai dengan ketentuan rencana perdagangan saham.

Bersama keluarganya, Dimon terus memegang sekitar 7,7 juta saham JPMorgan setelah penjualan Kamis (22/2).

Dia menjual saham JPMorgan dengan harga hampir USD 183 per lembar, karena sahamnya telah menguat sekitar 30 persen sejak pengumuman bulan Oktober bahwa dia berencana melepas sahamnya.

Dalam perdagangan hari Jumat (23/2), saham JPMorgan naik 0,5 persen.

2023 lalu, JPMorgan menjadi pemenang di antara bank-bank AS di tengah kesepakatannya dengan First Republic Bank, dengan sahamnya menguat 27 persen dan perusahaan keuangan yang berbasis di New York ini membukukan rekor pendapatan bunga bersih.

Ketika Dimon mengambil alih jabatan CEO, saham JPMorgan diperdagangkan sekitar USD 40.

Di Wall Street, para analis sangat optimis terhadap prospek saham JPMorgan, yang memiliki rekomendasi yang setara dengan pembelian, sehingga menjadikannya peringkat konsensus tertinggi di antara bank-bank terbesar lainnya di AS. Potensi keuntungan yang tersirat dari target harga mereka adalah lebih dari 4 persen selama dua belas bulan ke depan.

4 dari 4 halaman

Cetak Rekor, CEO JPMorgan Jamie Dimon Kantongi Kompensasi Bayaran Rp 562 Miliar

Sebelumnya, CEO JPMorgan Jamie Dimon telah menerima paket kompensasi tahunan tertinggi pada 2023. Jamie Dimon mencatat total gaji USD 36 juta atau sekitar Rp 562,45 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.623).

Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Sabtu (20/1/2024), Jamie Dimon sering kali menempati peringkat di antara nama-nama dengan bayaran tertinggi di sektor perbankan. Hal itu berkat rekor yang diraih JPMorgan pada 2023. Tren itu tampaknya tidak akan berubah dalam waktu dekat.

Dalam pengajuan SEC yang dilihat oleh Fortune, dewan JPMorgan menyetujui kenaikan kompensasi dari USD 34,5 juta pada 2022 menjadi USD 36 juta pada 2023.

Paket gaji terdiri dari gaji pokok sebesar USD 1,5 juta dan kompensasi insentif variabel berbasis kinerja sebesar USD 34,5 juta. Dari jumlah itu, USD 5 juta akan dibayarkan secara tunai dan sisanya sebesar USD 29,5 juta diberikan dalam bentuk performance share units (PSUs).

Performance share units ini sebagai bentuk kompensasi saham yang merupakan alokasi saham perusahaan yang diberikan kepada manajer dan eksekutif yang diberikan hanya jika kriteria kinerja seluruh perusahaan tertentu terpenuhi seperti target laba per saham atau earning per share (EPS).

"Kompensasi tahunan untuk 2023 mencerminkan pengelolaan perusahaan oleh Dimon, dengan pertumbuhan di semua lini bisnis terdepan di pasar, rekor kinerja keuangan dan neraca yang kuat,” tulis dewan dalam pengajuan.

"Selain itu, perusahaan berhasil menavigasi dan mendukung klien dan pelanggannya melalui gejolak bank regional serta menyelesaikan akuisisi First Republic,” ia menambahkan.

Para eksekutif JPMorgan dan Jamie Dimon benar-benar sibuk pada 2023. Selain mengarahkan perusahaan melalui kondisi inflasi dan tekanan suku bunga yang tidak stabil, runtuhnya SVB pada Maret mengancam akan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh perusahaan Amerika Serikat.