Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham US Steel pada Jumat, 12 April 2024 sepakati usulan akuisisi senilai USD 1,49 miliar oleh Nippon Steel Jepang. Dengan akuisisi itu akan mendorong langkah selanjutnya untuk bergerak di tengah penolakan politik terhadap kesepakatan itu meningkat.
Mengutip Channel News Asia, ditulis Minggu (14/4/2024), lebih dari 98 persen pemegang saham mendukung kesepakatan. Di mana Nippon akan membayar USD 55 per saham, jumlah yang mewakili premi yang besar dan kuat saat pengambilihan diumumkan pada Desember.
Baca Juga
Namun sejak saat itu, beberapa anggota parlemen Amerika Serikat menentang perjanjian tersebut dengan alasan masalah keamanan nasional. Presiden AS Joe Biden mengatakan US Steel harus tetap menjadi perusahaan Amerika yang dimiliki secara domestik.
Advertisement
Saham US Steel ditutup turun 2,1 persen pada USD 41,33 pada Jumat, jauh di bawah tawaran Nippon Steel sebesar USD 55 per saham, mencerminkan ketidakpastian apakah kesepakatan tersebut akan mendapatkan persetujuan secara peraturan.
Kesepakatan dengan Nippon Steel itu juga menuai kritik keras dari serikat pekerja United Steelworkers (USW), yang khawatir akan potensi kehilangan pekerjaan.
“Kami tidak terkejut dengan para pemegang saham yang memilih untuk menguangkan dan menjual karyawan dan pensiunan perusahaan ikonik Amerika tersebut,” kata USW menanggapi pemungutan suara tersebut.
Regulator juga sedang meneliti kesepakatan tersebut. Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat (CFIUS), sebuah panel kuat yang meninjau investasi asing di perusahaan-perusahaan AS, telah bertemu dengan para pihak untuk membahas kesepakatan tersebut, menurut laporan Reuters.
Departemen Kehakiman AS telah membuka penyelidikan antimonopoli mendalam terhadap pengambilalihan tersebut, Politico melaporkan pada Rabu.
Janji Nippon Steel
Nippon telah berjanji tidak akan melakukan PHK sebagai akibat dari kesepakatan tersebut, untuk menghormati semua perjanjian antara serikat pekerja dan U.S. Steel, serta untuk memindahkan kantor pusatnya di AS ke Pittsburgh di mana U.S. Steel bermarkas.
Produsen baja Jepang tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau yakin akuisisi ini akan “melindungi dan mengembangkan baja AS dan membawa manfaat yang signifikan bagi para pemangku kepentingannya… serta bagi industri baja Amerika dan Amerika Serikat secara keseluruhan.”
"Kami berharap dapat berkolaborasi erat dengan US Steel untuk maju bersama sebagai 'pembuat baja terbaik dengan kemampuan terdepan di dunia',” kata Wakil Ketua Takahiro Mori.
Pemungutan suara pada Jumat "mewakili sebuah langkah besar," kata perusahaan itu.
Nippon Steel memenangkan pertarungan untuk US Steel atas rivalnya Cleveland-Cliffs, ArcelorMittal dan Nucor. Kesepakatan ini diharapkan selesai pada kuartal kedua atau ketiga tahun ini, kata perusahaan sebelumnya.
Bloomberg News melaporkan pada Jumat, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah ini, bahwa kedua produsen baja tersebut akan mengumumkan mereka sekarang mengantisipasi kesepakatan tersebut akan selesai pada paruh kedua 2024.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada Jumat, 12 April 2024
Sebelumnya diberitakan, aksi jual saham pada perdagangan Jumat, 12 April 2024 seiring kekhawatiran inflasi dan geopolitik kembali melemahkan sentimen investor di wall street.
Selain itu, koreksi saham bank juga bebani pasar. Dikutip dari CNBC, Sabtu (13/4/2024), pada penutupan perdagangan wall street Jumat pekan ini, indeks Dow Jones merosot 475,84 poin atau 1,24 persen ke posisi 37.983,24. Indeks S&P 500 anjlok 1,46 persen ke posisi 5.123,41. Indeks Nasdaq merosot 1,6 persen ke posisi 16.175,09.
Pada sesi perdagangan, indeks Dow Jones sempat turun hampir 582 poin atau 1,51 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 1,75 persen.
Selama sepekan, indeks S&P 500 turun 1,56 persen. Indeks Dow Jones terpangkas 2,37 persen. Indeks Nasdaq melemah 0,45 persen.
Adapun saham JPMorgan Chase merosot lebih dari 6 persen setelah melaporkan kinerja kuartal pertama. JPMorgan Chase mengatakan, net interest income atau pendapatan bunga bersih akan lebih kecil pada 2024. CEO Jamie Dimon juga memperingatkan inflasi yang tinggi masih bebani ekonomi.
Selain itu, saham Wells Fargo turun 0,4 persen setelah melaporkan kinerja kuartalan terakhir. Saham Citigroup merosot 1,7 persen meski melaporkan pendapatan yang kalahkan prediksi.
Di sisi lain, harga minyak terus menguat di tengah Israel dilaporkan mempersiapkan serangan langsung ke Iran pekan ini. Hal itu akan menjadi ketegangan terbesar sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada Oktober. Harga minyak Amerika Serikat berada di posisi USD 85,66 per barel usai menguat di posisi USD 87.
Data Impor AS
Hal ini ditambah dengan data impor AS yang baru menambah kekhawatiran terhadap inflasi yang telah memberikan tekanan pada pasar.
“Kami mendapatkan sentimen risk-off lebih lanjut menjelang akhir pekan. Anda melihat adanya peralihan ke perdagangan yang lebih aman, dengan dolar AS yang lebih kuat dan kita melihat aksi jual saham,” ujar US Bank Wealth Management Senior Investment Management, Rob Haworth.
Ia menambahkan, hal ini terjadi setelah data inflasi menunjukkan ekonomi masih cukup panas dan inflasi masih stagnan. “Itulah yang membuat investor benar-benar menyesuaikan ekspektasi terhadap the Fed. Itulah beberapa alasan mengapa mereka bersikap hati-hati menjelang akhir pekan,” kata Haworth.
Konsumen juga semakin khawatir terhadap inflasi yang tinggi masih berlanjut. Indeks sentimen konsumen pada April berada di posisi 77,9 di bawah estimasi konsensus Dow Jones sebesar 79,9, menurut the University of Michigan’s Surveys of Consumers. Inflasi diprediksi meningkat pada 2025 dan dalam jangka panjang.
Advertisement