Sukses

Buyback Saham KEJU, Produsen Prochiz Siapkan Rp 7,5 Miliar

Pelaksanaan pembelian kembali saham PT Mulia Boga Raya Tbk yang merupakan produsen keju Prochiz akan mengakibatkan turunnya kas internal perseroan dengan nilai penurunan maksimum sebesar Rp 7,5 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) menyetujui rencana pembelian kembali (buyback) saham. Pada aksi tersebut, emiten produsen keju Prochiz akan mengalokasi dana sebanyak-banyaknya Rp 7,5 miliar termasuk biaya perantara pedagang efek dan biaya lainnya sehubungan dengan pembelian kembali saham perseroan.

Perkiraan jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali adalah sebesar sekitar 0,43% atau sekitar 6.421.674 lembar saham dari total lembar saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan. Pembelian kembali saham Mulia Boga Raya tersebut akan dilakukan secara bertahap dalam waktu paling lama 12 bulan sejak disetujui pembelian kembali saham perseroan oleh RUPST.

"Jadi pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tadi, dipastikan Rp 7,5 miliar untuk pembelian kembali saham KEJU yang dilakukan secara bertahap untuk tahun ini," kata Direktur PT Mulia Boga Raya Tbk, Peter Wiradjaja dalam paparan publik perseroan, Rabu (24/4/2024).

Adapun pertimbangan utama perseroan dalam melakukan pembelian kembali saham perseroan adalah agar perseroan dapat memiliki fleksibilitas yang memungkinkan perseroan memiliki mekanisme untuk menjaga stabilitas harga saham perseroan jika harga saham perseroan tidak mencerminkan nilai atau kinerja perseroan.

Perseroan berencana untuk menyimpan saham yang telah dibeli kembali untuk dikuasai sebagai saham treasuri untuk jangka waktu tidak lebih dari 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal pembelian kembali saham perseroan telah dilaksanakan. Akan tetapi perseroan dapat sewaktu-waktu melakukan pengalihan atas saham yang telah dibeli kembali sesuai dengan Pasal 21 POJK 29/2023.

Pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan akan mengakibatkan turunnya kas internal perseroan dengan nilai penurunan maksimum sebesar Rp 7,5 miliar. Lebih lanjut lagi, perseroan memperkirakan pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan tidak akan menimbulkan dampak penurunan pendapatan perseroan secara signifikan.

Perseroan mempercayai bahwa penurunan kas internal yang akan dipergunakan sebagai sumber pendanaan untuk pelaksanaan pembelian kembali saham perseroan tidak akan mempengaruhi kegiatan usaha dan operasional Perusahaan. Dengan adanya pembelian kembali saham perseroan akan membuat harga saham di masa yang akan datang menjadi lebih stabil dan berdampak positif bagi pemegang saham dan perseroan.

2 dari 2 halaman

Penjualan Lesu, Laba Mulia Boga Raya Turun 31,55% pada 2023

Sebelumnya, PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, kinerja Mulia Boga Raya mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (29/2/2024), penjualan pada 2023 tercatat sebesar Rp 1,02 triliun. Penjualanitu turun 2,36 persen dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,04 triliun.

Sementara penjualan turun, beban pokok penjualan ada 2023 naik menjadi Rp 756,67 miliar dari RP 748,86 miliar pada 2022. Sehingga laba bruto 2023 turun 11 persen menjadi Rp 263 miliar dari Rp 295,5 miliar pada 2022.

Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban penjualan Rp 107,79 miliar, beban umum dan administrasi Rp 6,95 miliar, biaya keuangan Rp 1,06 miliar, penghasilan lainnya Rp 2,04 miliar, dan beban lainnya RP 3,99 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan pada 2023 sebesar Rp 80,34 miliar.

Laba itu turun 31,55 persen dibandingkan laba tahun berjalan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 117,37 miliar. Dari sisi aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2023 turun menjadi RP 828,38 miliar dari Rp 860,1 miliar pada 2022. Liabilitas naik menjadi Rp 157,61 miliar pada 2023 dari RP 156,59 miliar pada 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 turun menjadi Rp 670,77 miliar dari Rp 703,51 miliar pada akhir 2022.

Â