Sukses

Harga Saham ASII Turun 8,85%, Bos Astra Singgung Munculnya Pesaing Baru

Bos Astra menyebutkan bahwa perusahaan memiliki prospek bagus ditunjang fundamental yang solid. Astra International memiliki portofolio bisnis yang beragam dan terdiversifikasi dengan baik, serta sudah terbukti resilient dengan berbagai tantangan dan krisis.

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) terpantau turun pada 2024. Pada perdagangan Selasa, 30 Mei 2024, saham ASII ditutup naik 2,49 persen ke posisi 5.150.

Melansir data RTI, harga saham ASII naik 2,49 persen dalam sepekan. Namun sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), ASII telah terkoreksi 8,85 persen. Dalam lima tahun terakhir, saham ASII telah turun 37,95 persen.

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, secara umum pergerakan harga saham dipengaruhi oleh begitu banyak faktor. Misalnya kondisi perekonomian, baik global maupun domestik. Kemudian kondisi finansial makro dan situasi mikro di dalam negeri. Tak ketinggalan, sentimen geopolitik.

"Kami menyadari, dan kami juga melihat adanya tekanan terhadap harga saham Astra. Ini memang tidak terlepas dari sentimen terhadap perekonomian global dan domestik," kata Djony dikutip Rabu (1/5/2024).

Di samping itu, Djony mencermati adanya reaksi pasar terhadap munculnya persaingan di sektor otomotif. Salah satunya dengan munculnya pesaing-pesaing baru, terutama di battery EV atau BEV. Misalnya dari Korea yang dianggap sebagai ancaman terhadap posisi Astra.

"Perlu kami sampaikan bahwa kami kurang setuju dengan banyaknya analisa yang kurang positif dan banyaknya kekhawatiran ini," imbuh Djony.

Menurut dia, Astra memiliki prospek bagus ditunjang fundamental yang solid. Djony menjabarkan, Astra memiliki portofolio bisnis yang beragam dan terdiversifikasi dengan baik, serta sudah terbukti resilient dengan berbagai tantangan dan krisis yang dialami. Misalnya selama pandemi Covid-19.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

2 dari 3 halaman

Pertumbuhan Konsisten

Dalam catatannya, portofolio bisnis yang dimiliki Astra juga memberikan pertumbuhan yang konsisten dengan compounded growth rate (CAGR) selama 5 tahun terakhir sebesar 9%, bandingkan dengan gross domestic product Indonesia yang masih di bawah angka tersebut pada periode yang sama.

"Ini menunjukkan bahwa kombinasi dari portofolio bisnis kami itu memberikan growth yang lebih tinggi dari pada rata pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Djony.

Kinerja Astra didukung oleh faktor fundamental yang kuat dan solid. Tata kelola yang baik, serta yang paling penting adalah didukung oleh neraca yang sehat.

 

3 dari 3 halaman

Kinerja Keuangan

Pada tahun buku 2023, Astra International membukukan pendapatan bersih Rp 317,56 triliun. Pendapatan itu naik 5,04 persen dibandingkan pendapatan pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 301,38 triliun.

Dari raihan itu, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 33,84 triliun. Laba ini naik 16,91 persen dibandingkan laba pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 28,94 triliun.

Dari sisi aset perseroan hingga akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 445,68 triliun, naik dari Rp 413,3 triliun pada akhir 2022. Liabilitas ikut naik menjadi RP 195,26 triliun pada akhir 2023 dari Rp 169,58 triliun pada akhir 2022. Sementara ekuitas hingga akhir 2023 naik menjadi Rp 250,42 triliun dari Rp 23,72 triliun pada 2022.