Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%. BI diperkirakan akan melanjutkan kebijakan tersebut untuk mengendalikan nilai tukar rupiah.
Kenaikan suku bunga BI ini berdampak pula pada sektor otomotif. Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli mengatakan, secara umum prospek otomotif tergantung pada kondisi makro ekonomi. Seperti diketahui, sektor ini memiliki keterkaitan erat dengan sektor pembiayaan atau finance.
Baca Juga
"Jadi kalau recently BI akan menaikkan suku bunga, menurut kami ada slight correlation dengan penjualan mobil baru. Karena again, financing selalu dipakai. Jadi kita berharap adanya potensi penurunan suku bunga mungkin akhir tahun," kata Christopher dalam Media Day, Senin (6/5/2024).
Advertisement
Menurut perhitungannya, jika suku bunga turun maka akan berdampak bagus ke penjualan mobil baru. Selain dari suku bunga, Christopher mengatakan katalis untuk sektor otomotif lainnya yakni terkait daya beli masyarakat yang diharapkan juga ada pertumbuhan.
"Jika purchasing powernya ada improvement, kita berharap harusnya kendaraan-kendaraan itu ada dampaknya untuk penjualannya. Dan ini juga bukan cuma buat di new car, tapi juga untuk used car," imbuh Christopher.
Lebih lanjut, untuk jangka pendek atau setidaknya hingga kuartal III 2024, Christopher masih enggan untuk merinci lebih lanjut prospek sektor otomotif. Untuk itu, dia mengimbau investor untuk wait and see. Pasanya, Mirae Asset Sekuritas Indonesia sendiri memiliki proyeksi penjualan mobil hingga akhir tahun di bawah target Gaikindo.
"Kita nggak bisa berpikir apakah akan bagus. Tapi akhir tahun seiring dengan proyeksi saya, kemungkinan besar kita akan mencapai 1,1 juta dari target Gaikindo. Menurut saya sih harusnya di 900 ribu aja untuk new car," kata Christopher.
Gaikindo menargetkan penjualan mobil sebesar 1,1 juta pada tahun 2024. Namun, ekspektasi penjualan mobil Mirae Asset Sekuritas hanya sebesar 900.000 pada 2024. Target Gaikindo itu masih bergantung pada kondisi perekonomian. Perbaikan perekonomian yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang dapat meningkatkan daya beli konsumen.
Penjualan mobil secara historis meningkat pasca pemilu karena konsumen menunda pembelian sampai hasil pemilu jelas. Berakhirnya masa pemilu diharapkan dapat menstabilkan pasar dan berpotensi meningkatkan penjualan mobil.
BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25% di April 2024
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mekan suku bunga di kisaran 6,25% pada bulan April 2024. Keputusan itu dibuat usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilaksanakan pada 23 dan 24 April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 6,25%, Suku Bunga Deposit Facility naik sebesar 25 basis poin 5,5% dan Suku Bunga Lending Facility naik sebesar 25 basis poin menjadi 7%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG April 2024, disiarkan Rabu (23/4/2024).
Gubernur BI mengatakan, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari kemungkinan memburuknya resiko global, serta sebagai langkah preventif dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam 2,5+-1% pada tahun 2024 dan 2025, sejalan dengan stand kebijakan moneter yang pro stability.
"Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro growth, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," sambungnya.
Selain itu, kebijakan makroprudensial longgar juga terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, jelas Perry Warjiyo.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," bebernya.
Ia melnambahkan, "untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makropruensial dan sistem pemabayaran".Â
Advertisement