Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat mencapai Rp 39,86 triliun sepanjang 2024.
Total emisi obligasi dan sukuk itu dari 37 emisi dari 27 emiten. BEI menyebutkan, pada pekan ini terdapat pencatatan satu obligasi, satu sukuk dan dua saham di pasar modal Indonesia. Demikian dikutip dari keterangan resmi BEI, Jumat (10/5/2024).
Baca Juga
Pada Senin, 6 Mei 2024, Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap III Tahun 2024 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan V Adira Finance Tahap III Tahun 2024 oleh PT Adira Multi Finance Tbk mulai dicatatkan di BEI dengan nilai nominal obligasi sebesar Rp 1,6 triliun dan nilai nominal sukuk sebesar Rp 400 miliar.
Advertisement
Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi dan sukuk tersebut, yaitu idAAA (Triple A) dan idAAA(sy) (Triple A Syariah). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat pada emisi ini.
Dengan pencatatan ini, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 552 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp461,86 triliun dan USD46,1485 juta, yang diterbitkan oleh 130 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.968,87 triliun dan USD502,10 juta.
Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 10 emisi EBA dengan nilai Rp3,05 triliun. Pada Rabu, 7 Mei 2024 PT Remala Abadi Tbk (DATA) mulai mencatatkan saham pada Papan Pengembangan BEI.
Pencatatan Saham
DATA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan perdagangan yang memproduksi berbagai macam produk jasa penyediaan layanan internet dan merupakan perusahaan tercatat ke-23 di BEI pada 2024. DATA berada pada sektor Infrastruktur dengan subindustri Jasa Telekomunikasi Kabel.
Selanjutnya pada hari yang sama, PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) mulai mencatatkan saham perdananya pada Papan Pengembangan BEI. SOLA merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) didirikan dengan nama PT RCR Energy Indonesia 2014.
SOLA bergerak pada perdagangan jasa aspal dan konstruksi, serta industri pengolahan aspal dan jasa konstruksi melalui entitas anak. SOLA berada pada sektor Barang Baku dengan sub industri Material Konstruksi dan menjadi perusahaan tercatat ke-24 di BEI pada 2024.
Advertisement
Kinerja IHSG Sepekan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan 6-8 Mei 2024. Sentimen global seperti harga komoditas dan rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 turut bayangi perdagangan yang hanya berlangsung selama tiga hari pada pekan ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (9/5/2024), IHSG turun 0,64 persen ke posisi 7.088,79 dari penutupan pekan lalu 7.134,72. Kapitalisasi pasar terpangkas 0,81 persen menjadi Rp 11.920 triliun dari Rp 12.010 triliun pada penutupan pekan lalu.
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian anjlok 20,74 persen menjadi Rp 11,85 triliun dari Rp 14,95 triliun pada penutupan pekan lalu.
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian sebesar 3,13 persen menjadi 1,099 juta kali transaksi dari 1,065 juta kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian selama sepekan naik 2,15 persen menjadi 18,99 miliar saham dari 18,59 miliar saham dari penutupan pekan lalu.
Selama sepekan, sektor saham basic materials memimpin penguatan. Sektor saham basic materials naik 2,11 persen. Sektor saham energi bertambah 1,4 persen, sektor saham teknologi naik 0,21 persen dan sektor saham properti dan real estate bertambah 0,65 persen. Selain itu, sektor saham consumer non-siklikal menguat 0,13 persen, sektor saham perawatan kesehatan naik 0,15 persen.
Sektor Saham
Sementara itu, sektor saham consumer siklikal melemah 0,51 persen, sektor saham industri turun 1,99 persen, sektor saham keuangan terpangkas 1,4 persen, sektor saham infrastruktur susut 0,04 persen dan sektor saham transportasi terpangkas 0,45 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, rilis data gross domestic product (GDP) Indonesia kuartal I 2024 sebesar 5,11 persen YoY. Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ketiga, pergerakan harga komoditas dunia yang bergerak cenderung menguat setelah memanasnya konflik di Timur Tengah.
“Pada Senin, kami perkirakan masih rawan terkoreksi dengan support di 7.036 dan resistance di 7.135,” ujar dia.
Ia menambahkan, IHSG akan dipengaruhi sentimen perkembangan ekonomi China. Pekan ini, ada rilis neraca dagang dan inflasi. Selain itu, rilis neraca dagang Indonesia dan inflasi Amerika Serikat (AS).
Advertisement