Sukses

Laba Naik 32,67%, Adaro Minerals Masih Absen Tebar Dividen

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 440,88 juta. Laba ini naik 32,67 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 332,32 juta.

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) telah menyelenggarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada hari ini, Selasa 14 Mei 2024. Pada rapat tersebut, pemegang saham Adaro Minerals Indonesia menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2023 untuk cadangan, dan tidak ada yang dialokasikan untuk dividen.

"Dari perolehan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di tahun 2023 sebesar USD 441,02 juta, perusahaan mengalokasikan USD 4,41 juta untuk dana cadangan wajib dan USD 436,61 juta untuk laba ditahan," mengutip hasil RUPS Adaro Minerals Indonesia, Selasa (14/5/2024).

Pada tahun buku 2023, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 440,88 juta. Laba ini naik 32,67 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 332,32 juta. Direktur Adaro Minerals Heri Gunawan mengatakan laba tersbeut akan dialokasikan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini dalam rangka pengembangan perusahaan.

"Mengingat komoditas perusahaan ada metalurgi dan alumunium, perusahaan membutuhkan capex yang besar (untuk mengolah) dan mengoptimalkan cadangan yang ada," kata Direktur Utama Adaro Minerals Tbk, Christian Ariano Rachmat dalam konferensi pers, Selasa (14/5/2024).

Pergantian Pengurus

Pada rapat kali ini, para pemegang saham menyetujui perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dengan pengangkatan Julius Aslan, menggantikan Chia Ah Hoo. Dengan demikian, susunan Komisaris PT Adaro Minerals Tbk menajdi sebagai berikut:

  • Presiden Komisaris: Garibaldi Thohir
  • Komisaris: M. Syah Indra Aman
  • Komisaris: Luckman
  • Komisaris: Julius Aslan
  • Komisaris Independen: Mohammad Effendi
  • Komisaris Independen: Budi Bowoleksono

Agenda lainnya, perusahan melaporkan realisasi dana hasil penawaran umum perdana Initial Public Offering/IPO). Hingga akhir 2023, ADMR telah merealisasikan seluruh dana IPO sesuai peruntukannya, yaitu sebesar Rp 342,76 miliar untuk pinjaman kepada anak perusahaan, PT Maruwai Coal, yang digunakan untuk belanja modal, dan sebesar Rp296,32 miliar untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman kepada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

2 dari 3 halaman

Melihat Perkembangan Smelter Aluminium Adaro Minerals

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyampaikan perkembangan terkini soal proyek hilirisasi mineral. Grup Adaro sendiri pertama kali mengumumkan minat bisnis smelter aluminium pada akhir 2021 melalui PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Dalam kurun waktu setahun, perusahaan berhasil mendapatkan mitra-mitra dan komitmen offtake.

"ADMR akan memimpin proses transformasi Grup Adaro untuk mendukung ekonomi hijau," kata Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Heri Gunawan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Minggu, (19/2/2023).

Pada 13 November 2022, Adaro Minerals Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman dengan Hyundai Motor Company (HMC) saat pertemuan B20 di Bali. Berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut, HMC mendapatkan hak untuk membeli aluminium yang diproduksi KAI pada tahap awal, dan hak atas negosiasi pertama untuk membeli aluminium karbon rendah yang akan diproduksi KAI.

Adapun volume offtake belum ditentukan, tetapi berkisaran sekitar 50 ribu sampai 100 ribu ton aluminium per tahun. Pada 20 Desember 2022, KAI menandatangani Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat dengan Aumay Mining Pte. Ltd. (Aumay) dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA).

 

3 dari 3 halaman

Fase Awal

Menurut perjanjian tersebut, kepemilikan KAI akan meliputi ADMR 65 persen melalui perusahaan anaknya, Aumay 22,5 persen, dan CITA 12,5 persen. Perolehan dari transaksi ini akan digunakan untuk mengembangkan smelter aluminium KAI yang akan menjadi proyek pertama kawasan industri hijau di Kalimantan Utara.

Fase 1 smelter aluminium ini akan memproduksi 500.000 ton aluminium per tahun. “Konstruksi jeti, persiapan lahan, serta infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai, dan fase pertama proyek ini diperkirakan akan rampung pada semester pertama tahun 2025 karena konstruksi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 24 bulan,” beber Heri.