Sukses

Gandeng Hyundai, Gimana Manuver Adaro Minerals Genjot Green Aluminium?

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) buka suara mengenai kelanjutan bisnis perseroan usai berakhirnya kesepakatan dengan Hyundai Company.

Liputan6.com, Jakarta PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) buka suara mengenai kelanjutan bisnis perseroan usai berakhirnya kesepakatan dengan Hyundai Company. 

Informasi saja, sebelumnya dijelaskan ketertarikan Hyundai melakukan kesepakatan dengan perseroan yakni untuk menjamin pasokan aluminium yang stabil di tengah peningkatan permintaan terhadap aluminium untuk manufaktur otomotif.

Kerja sama ini juga dilakukan untuk membentuk suatu sistem yang komprehensif dan kooperatif untuk produksi dan pasokan aluminium oleh perseroan melalui perusahaan anaknya PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), yang akan saling menguntungkan bagi kedua pihak.

“Jadi memang Hyundai itu kesediaannya tertarik untuk green aluminium yang akan diproduksi Adaro nantinya melalui PLTU. Oleh karena itu, kita sepakat untuk di November 2023 ini kita tidak berpanjang. Karena kita masih penunggu PLTU-nya,” kata Direktur ADMR Wito Krisnahadi dalam konferensi pers, Selasa (14/5/2024).

Tawaran Pembelian

Meski kesepakatan dengan Hyundai berakhir, Wito mengatakan perseroan mendapat tawaran pembelian dari beberapa pihak.

Sayangnya, untuk saat ini Wito masih enggan siapa calon pembeli yang dimaksud. Namun sebagai kisi-kisi, dia mengatakan perseroan sedang dilego tiga trader besar.

“Yang dua sudah tanda tangan MoU, dan satu lagi dalam proses. Ada beberapa end consumer juga yang menghubungi kami, meminta produk kami yang akan diproduksi tahun depan," ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Genjot Produksi

Direktur Utama PT Adamo Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat menjelaskan, perseroan masih akan genjot produksi alumunium hijau atau green aluminium. 

Christian menegaskan komitmen perseroan untuk melakukan transisi menuju energi hijau, dan menampik adanya upaya praktek greenwashing.

Sederhananya, greenwashing  dapat dimaknai sebagai suatu strategi pemasaran dan komunikasi suatu perusahaan untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.

"Setelah PLTA berhasil, kami akan produksi green aluminium. Kami jelas-jelas bilang tahap I kami produksi pakai coal power plant, untuk mengurangi impor dan dolar AS yang keluar dari Indonesia," ujar Christian.