Liputan6.com, Jakarta Pasar modal Indonesia masih cukup resilien meski ekonomi global masih gonjang-ganjing. Sepanjang tahun lalu, pasar modal tanah air bertumbuh secara positif dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup pada level 7.303,89 pada 28 Desember 2023, meningkat 6,62% dari penutupan perdagangan tahun 2022.
Pada periode tersebut, kinerja IHSG menjadi yang tertinggi kedua di antara kinerja bursa ASEAN setelah Vietnam. IHSG ditopang emiten berkapitalisasi besar utamanya dari sektor finansial atau perbankan. Dari sisi kinerja keuangan sektor finansial dan perbankan juga cukup solid.
Baca Juga
Sebaliknya, kinerja sektor yang terdampak negatif dari kebijakan suku bunga cenderung terkoreksi, misalnya sektor teknologi.
Advertisement
Berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2023 yang telah dikantongi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi perusahaan sektor teknologi yang paling boncos. Dari sektor yang sama, PT Bukalapak Tbk (BUKA) juga masih membukukan rugi.
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut daftar perusahaan tercatat dengan kerugian tertinggi sepanjang 2023:
-
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
Perseroan membukukan rugi bersih Rp 90,39 triliun pada 2023. Rugi Perseroan naik 128,43 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 39,57 triliun.
Manajemen perseroan berdalih, rugi GoTo dipicu oleh pencatatan pembalikan nilai goodwill atau goodwill reversal senilai Rp 78,8 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11 triliun.
Hal tersebut sebagaimana diwajibkan oleh standar akuntansi keuangan yang berlaku, yang merupakan dampak dari transaksi Tokopedia dan TikTok mengakibatkan hilangnya pengendalian GoTo terhadap Tokopedia mulai 1 Februari 2024.
Meski begitu, dari sisi pendapatan perseroan pada 2023 mengalami kenaikan 30,27 persen menjadi Rp 14,78 triliun dari periode 2022 sebesar Rp 11,34 triliun.
-
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG)
Sepanjang 2023, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 10,15 triliun. Raihan itu berbanding terbalik dari laba yang dicatatkan perseroan pada tahun sebelumnya sebesar Rp 4,59 triliun.
Catatan saja, perseroan merupakan perusahaan investasi. Sehingga keuntungan yang diterima perusahaan bergantung pada kinerja entitas di mana perusahaan melakukan investasi.
Pada 2023, perseroan membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya mencapai Rp 13,81 triliun. Rinciannya, kerugian investasi pada saham bluechip mencapai Rp 13,52 triliun. Kemudian investasi pada perusahaan berkembang boncos Rp 201,13 miliar, investasi pada teknologi digital rugi Rp 71,73 miliar, dan investasi lainnya rugi Rp 15 miliar.
Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya perseroan membukukan keuntungan investasi pada saham mencapai Rp 3,73 triliun. Sementara penghasilan dari dividen, bunga dan investasi sepanjang 2023 naik menjadi Rp 2,8 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,61 triliun.
-
Provident Investasi Bersama Tbk (PALM)
Tak jauh berbeda dengan Saratoga Investama Sedaya, Provident Investasi Bersama juga mengantongi keuntungan dari kegiatan investasi. Sepanjang 2023, perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 3,3 triliun.
Kondisi itu berbalik dari laba yang dibukukan perseroan pada tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 239,55 miliar. Pada 2023, perseroan membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya mencapai Rp 3,14 triliun dibandingkan keuntungan Rp 285,9 miliar yang dicatatkan pada tahun sebelumnya.
Â
Saham Selanjutnya
- Bukalapak.com Tbk (BUKA)
Dari sisi pendapatan, Bukalapak mencatatkan pertumbuhan sekitar 23 persen menjadi Rp 4,43 triliun pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,61 triliun.
Sayangnya, pada periode tersebut perseroan membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,37 triliun. Padahal, pada tahun sebelumnya perseroan masih mengantongi laba Rp 1,98 triliun.
- Bakrieland Development Tbk (ELTY)
Sepanjang 2023, perseroan membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,08 triliun. Rugi itu bengkak dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 245,3 miliar. Namun dari sisi pendapatan perseroan pada 2023 mengalami pertumbuhan menjadi Rp 1,27 triliun dibandingkan pendapatan 2022 yang sebesar Rp 1,03 triliun.
Advertisement