Sukses

Bank Syariah Indonesia Tebar Dividen Rp 855,56 Miliar, Cek Jadwal Pencairannya

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan membagikan dividen sebesar 15 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan membagikan dividen tunai Rp 855,56 miliar atau Rp 18,54 per saham. Jumlah dividen BSI tersebut naik sebesar 100% dibandingkan dividen tahun buku 2022 senilai Rp Rp 9,24 per lembar saham.

Hal ini mengindikasikan kinerja yang cukup solid pada tahun buku 2023. Besaran dividen itu setara 15% laba tahun buku 2023 yang sebesar Rp 5,7 triliun. Sebesar 20% laba 2023 atau senilai Rp 1,14 triliun disisihkan sebagai cadangan wajib. Sisanya sebesar 65% atau sejumlah Rp 3,7 triliun digunakan sebagai saldo laba ditahan.

Hingga 31 Desember 2023, Bank Syariah Indonesia membukukan saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 3,7 triliun. Bersamaan dengan itu, total ekuitas tercatat sebesar Rp 38,74 triliun. Rencana pembagian dividen telah disepakati dalam rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang diselenggarakan pada 18 Mei 2024.

Berikut jadwal pembagian dividen PT Bank Syariah Indonesia Tbk:

  • Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 29 Mei 2024
  • Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 30 Mei 2024
  • Tanggal cum dividen di pasar tunai: 31 Mei 2024
  • Tanggal ex dividen di pasar tunai: 3 Juni 2024
  • Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 31 Mei 2024
  • Tanggal pembayaran dividen: 20 Juni 2024

Pada perdagangan saham sesi pertama, Rabu, 22 Mei 2024, harga saham BRIS melemah 0,42 persen ke posisi Rp 2.350 per saham. Harga saham BRIS dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 2.380 per saham. Harga saham BRIS berada di level tertinggi Rp 2.410 dan terendah Rp 2.350 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.276 kali dengan volume perdagangan 235.206 saham. Nilai transaksi Rp 55,9 miliar.

2 dari 4 halaman

Indonesia Bakal Punya Bank Syariah Jumbo, BSI: Bisa jadi Mitra

Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Bob T. Ananta mengatakan bahwa pihaknya menyambut kehadiran bank syariah jumbo hasil merger sebagai mitra dalam industri perbankan syariah nasional.

"Kalau mereka gabung menjadi bank yang cukup besar justru kita akan punya 'sparring partner'," kata Bob kepada wartawan usai acara buka puasa bersama di Kantor Pusat BSI, Jakarta, dikutip Selasa (2/4/2024).

"Kami menyikapinya jadi 'sparring partner', kami merasa positif," tambah dia.

Bob mencatat, saat ini mayoritas bank syariah berada dalam kategori Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 2 dan 1. Sementara BSI berada di kategori KBMI 3.

Dengan demikian, Bob menyampaikan, kehadiran bank syariah jumbo dapat menjadi mitra bagi BSI di industri perbankan syariah.

Sebelumnya, BTN Syariah dan Muamalat direncanakan akan melakukan penggabungan atau merger.

Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan proses merger tersebut rampung sebelum bulan Oktober 2024.

"Bagusnya gini loh, kalau BTN sama Muamalat jadi (merger) kan dia masuk 16 besar (bank di Indonesia), sehingga antara BSI dan market ada pesaing juga," katanya, pada Februari 2024.

 

3 dari 4 halaman

Kinerja 2023

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berhasil membukukan kinerja solid untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023.

Pada periode tersebut, Bank Syariah Indonesia membukukan laba bersih Rp 5,7 triliun. Laba ini naik 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya.

Dari sisi aset, BSI mengalami pertumbuhan sebesar 15,67 persen secara year on year menjadi Rp 354 triliun. Pembiayaan tumbuh sebesar 15,70 persen jadi sebesar Rp 240 triliun pada 2023. Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 12,35 persen menjadi Rp 294 triliun pada 2023.

“Jadi pertumbuhan baik aset pembiayaan maupun dana pihak ketiga itu tumbuhnya double digit," kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi dalam paparan kinerja BSI, Kamis (1/2/2024).

Bersamaan dengan itu, CASA tumbuh sebesar 10,51 persen secara tahunan menjadi Rp 178 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil di BSI juga mengalami pertumbuhan sebesar kurang lebih 13,04 persen menjadi sebesar Rp 22,2 triliun.

Selain itu, fee base income juga mengalami pertumbuhan lebih dari 12 persen tepatnya adalah sebesar 12,08 persen mencapai sebesar Rp 4,2 triliun.

"Pertumbuhan yang bagus ini perlu kita syukuri bahwa sebetulnya upside ataupun white space untuk pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia itu masih sangat luas. Mudah-mudahan ini akan terus berlanjut ya positif di kuartal pertama tahun 2024 ini," imbuh Hery.

Direktur Keuangan & Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, dari sisi rasio-rasio profitabilitas pada 2023 juga mencatat angka yang mengesankan. Misalkan dari rasio profitability baik return on asset (ROA) maupun return on equity (ROE) mengalami konsisten mengalami perbaikan.

 

4 dari 4 halaman

BOPO dan ROA

Pada 2023, ROA BSI naik ke angka 2,35 persen dari 1,98 persen pada 2022. Sementara ROE juga mengalami perbaikan dari 16,84 persen di 2022 menjadi 16,88 persen di 2023.

"ROE mengalami perbaikan meskipun sebenarnya kita di tengah-tengah ini melakukan penambahan modal melalui rights issue tahun kemarin. Jadi ini tentu sinyal yang sangat baik dan yang menariknya juga menjadi bank syariah terbesar melalui merger kita mulai lihat benefitnya dari sisi efisiensi," jelas Ade.

Rasio BOPO maupun cost to income rasio juga terus mengalami perbaikan. Rasio BOPO pada 2023 tercatat sebesar 71,27 persen dari 75,88 persen pada 2022. Sementara CIR pada 2023 tercatat sebesar 49,86 persen dari 51,01 persen pada 2022.

"Dari sisi kualitas juga memiliki dampak yang sangat positif. Hampir semua rasio terkait dengan kualitas baik financing at risk (FaR), cash coverage dan termasuk NPF growth serta NPF net mengalami perbaikan yang sangat signifikan. Ini menegaskan bahwa pertumbuhan agresif BSI tiga tahun terakhir diiringi dengan kualitas dan efisiensi yang lebih baik," imbuh dia.

FaR BSI pada 2023 tercatat sebesar 9,15 persen dari 12,46 persen pada 2022. Kemudian cash coverage BSI pada 2023 yakn 194,35 persen dari 183,12 persen pada 2022. NPF Gross pada 2023 tercatat sebesar 2,08 persen dari 2,42 persen pada 2022.