Liputan6.com, Jakarta - Raksasa minyak Arab Saudi Aramco akan menawarkan penjualan saham baru antara USD 10 miliar-USD 20 miliar atau sekitar Rp 162,57 triliun-Rp 325,14 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah 16.257).
Mengutip CNBC, Kamis (30/5/2024), berdasarkan laporan the Wall Street Journal, Saudi Aramco akan menjual saham baru tersebut pada pekan ini, menurut sejumlah sumber.
Baca Juga
Adapun Pemerintah Arab Saudi dan sovereign wealth fund (SWF) atau Dana Investasi Publik Arab Saudi memiliki sebagian besar saham Aramco dengan hanya 1,5 persen saham perusahaan yang diperdagangkan secara publik di bursa saham Tadawul setelah penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2019.
Advertisement
Penjualan itu menghasilkan dana USD 29,4 miliar yang masih merupakan IPO terbesar dalam sejarah hingga kini. Aramco merupakan perusahaan minyak terbesar di dunia dalam hal produksi minyak mentah dan kapitalisasi pasar.
Penjualan saham baru yang dilaporkan ini akan terjadi pada saat yang tepat bagi Arab Saudi. Arab Saudi mencatat defisit anggaran pada awal Mei di tengah tingginya pengeluaran untuk megaproyek bernilai triliunan dolar Amerika Serikat dan pada saat yang sama pendapatan dari minyak menurun.
Adapun Aramco belum memberikan komentar saat dihubungi CNBC.
Wall Street Journal melaporkan, jika penawaran itu berlanjut akan meringankan tekanan keuangan ke Kerajaan Arab Saudi, setidaknya dalam waktu dekat. Pada Mei, Arab Saudi prediksi defisit anggaran sebesar 79 miliar riyal atau USD 21 miliar pada 2024 serta defisit fiskal pada 2025 dan 2026. Berdasarkan laporan Journal, penjualan saham masih bisa ditunda dan dibatalkan.
Laba Bersih Merosot, Raksasa Minyak Saudi Aramco Tetap Tebar Dividen
Sebelumnya, laba bersih Saudi Aramco turun 14 persen pada kuartal I seiring penurunan harga dan produksi minyak. Namun, perseroan tetap membagikan dividen meski kinerja kuartal pertama menurun.
Mengutip CNBC, ditulis Rabu (8/5/2024), Saudi Aramco catat laba bersih tiga bulan pertama yang berakhir 31 Maret mencapai USD 27,3 miliar, turun dari USD 31,9 miliar pada periode sama tahun lalu. Realisasi lab aitu sesuai harapan analis, demikian laporan Reuters.
Selain itu, Saudi Aramco mencatat arus kas bebas untuk kuartal ini sebesar USD 22,8 miliar, turun dari USD 30,9 miliar pada kuartal I 2023 dan arus kas aktivitas operasi sebesar USD 33,6 miliar dibandingkan tahun lalu USD 39,6 miliar.
Namun, raksasa minyak Saudi tersebut akan memberikan total dividen sebesar USD 31 miliar kepada pemerintah Arab Saudi dan pemegang saham lainnya yang terdiri dari dividen dasar sebesar USD 20,3 miliar dan pembagian dividen terkait kuartal IV sebesar USD 10,8 miliar yang akan dibayarkan pada kuartal kedua.
Aramco yang merupakan eksportir minyak terbesar di dunia prediksi total dividen sebesar USD 124,3 miliar akan diumumkan pada 2024.
Presiden dan CEO Aramco Amin Nasser menuturkan, pihaknya terus menjalankan strategi jangka panjang. “Pada kuartal pertama mencapai kemajuan signifikan dalam memperluas bisnis gas kami dan mengembangkan rantai hilir kami yang terintegrasi secara global sambil mempertahankan fokus untuk konsisten memberikan nilai bagi pemegang saham kami,” tutur dia.
Advertisement
Raksasa Minyak Arab Saudi Aramco Raup Laba Rp 1.880 Triliun, Turun 25% pada 2023
Sebelumnya, raksasa perusahaan minyak Saudi Arabia, Aramco melaporkan kinerja keuangan pada 2023. Aramco mencatat laba turun 25 persen menjadi USD 121,3 miliar atau sekitar Rp 1.880 triliun (asumsi dolar AS terhadap rupiah di kisaran 15.504) pada 2023 dari periode sama tahun sebelumnya USD 161,1 miliar atau sekitar Rp 2.497 triliun. Penurunan laba itu didorong dividen jumbo di tengah tantangan ekonomi.
Dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (12/3/2024), Aramco menaikkan dividen dasar pada kuartal IV sebesar 4 persen menjadi USD 20,3 miliar dan menaikkan dividen terkait kinerja sebesar 9 persen menjadi USD 10,8 miliar. Dengan demikian, total pembayaran dividen sebesar USD 31 miliar atau sekitar Rp 480,60 triliun masing-masing untuk pemerintah Arab Saudi dan pemegang saham Aramco.
Laba meski menurun, hasil kinerja keuangan Aramco masih mencatat rekor laba bersih tertinggi kedua bagi Aramco, jauh melampaui laba perusahaan-perusahaan sejenis.
“Penurunan tahun ke tahun ini disebabkan rendahnya harga minyak mentah dan volume penjualan serta berkurangnya margin penyulingan dan bahan kimia, yang sebagian diimbangi oleh penurunan royalti produksi sepanjang tahun dan lebih rendahnya pajak penghasilan dan zakat,” ujar Aramco dikutip dari CNBC.
Selain laba, pendapatan Aramco juga terpangkas 17 persen menjadi USD 440,88 miliar atau sekitar Rp 6.840 triliun dari periode 2022 USD 535,19 miliar atau sekitar Rp 8.303 triliun. Kas juga turun menjadi USD 101,1 miliar pada 2023 dibandingkan 2022 sebesar USD 148,5 miliar.
“Ini adalah tahun di mana permintaan minyak global mencapai rekor meski terjadi gejolak geopolitik, hambatan ekonomi dan tekanan inflasi,” ujar CEO Aramco, Amin Nasser.
Ia prediksi pasar minyak global akan tetap sehat selama sisa tahun ini. “Dan kami memperkirakan pasar tersebut akan cukup kuat dengan pertumbuhan sekitar 1,5 juta barel,” ujar Nasser.
Adapun Arab Saudi memimpin negara-negara OPEC+ pekan lalu untuk memutuskan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir Juni.
Kepemilikan Saham
Di sisi lain, laba Perseroan juga diperoleh setelah pemerintah Saudi transfer tambahan 8 persen saham Aramco senilai USD 164 miliar ke Public Investment Fund (PIF) atau Dana Investasi Publik. Yasir Al-Rumayyan sebagai ketua dewan direksi dan gubernur PIF.
Pengalihan saham ke PIF merupakan salah satu transaksi terbesar yang dilakukan Aramco sejak pencatatan saham dan akan memungkinkan PIF mendapatkan keuntungan dari kebijakan pembayaran dividen besar Aramco.
Aramco membayar dividen sebesar USD 97,8 miliar pada 2023, naik 30 persen dari 2022. Dividen terkait kinerja setahun penuh pada 2024 diperkirakan USD 43,1 miliar.
"Pengalihan saham tidak mengubah apapun. Kami sehat dan tidak perlu menerbitkan saham baru,” ujar Chief Financial Officer Ziad Al-Murshed.
PIF telah memiliki 4 persen saham Aramco dan pengendali Sanabil, perusahaan investasi yang juga memiliki 4 persen saham Aramco. Kepemilikan saham oleh PIF di Aramco mencapai 16 persen senilai USD 328 miliar. Ini akan perkuat posisi pendanaan keuangan dan meningkatkan modal untuk investasi seiring secara bertahan diversifikasi ekonomi dari minyak.
Kepemilikan saham baru di Aramco juga mendorong PIF semakin dekat untuk mencapai target aset yang dikelola sebesar USD 1 triliun pada akhir 2025.
Advertisement