Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang koreksi pada perdagangan saham Jumat (31/5/2024). IHSG akan menguji posisi 6.884-6.946.
IHSG melemah 1,49 persen ke posisi 7.034 pada perdagangan Kamis, 30 Mei 2024 dan disertai peningkatan volume penjualan.
Baca Juga
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG pun telah menembus kedua area support di 7.052 dan 7.026 serta telah mencapai target koreksi minimal di 6.984.
Advertisement
“Saat ini, posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian dari wave (iii) dari wave C dari wave (2), sehingga IHSG masih rawan melanjutkan koreksi untuk menguji 6.884-6.946.
Herditya menuturkan, IHSG akan berada di level support 6.956,6.886 dan level resistance 7.171,7.236 pada perdagangan Jumat pekan ini.
Sementara itu, Analis PT RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi menuturkan, IHSG terlihat kembali melakukan koreksi dan breakdown support garis moving average (MA)200 harian disertai volume. Ia mengatakan, meski berpeluang melakukan rebound, tetapi selama di bawah garis MA200, IHSG berpeluang untuk kembali terkoreksi dan membuat lower low (LL) level.
“Namun, jika mampu breakout garis MA200 maka berpeluang untuk kembali ke sideways channel-nya dan menguji resistance garis MA100,” ujar dia.
Wafi menuturkan, range pergerakan IHSG saat ini berada di kisaran 6.950-7.250.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, Wafi memilih saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT MD Pictures Tbk (FILM), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), dan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) - Buy on Weakness
Saham ADMR menguat 2,41% ke 1.485 disertai dengan munculnya volume pembelian. Herditya menuturkan, saat ini, posisi ADMR diperkirakan berada pada bagian dari wave iii dari wave (c), sehingga ADMR masih berpeluang menguat dalam jangka pendek.
Buy on Weakness: 1.455-1.480
Target Price: 1.530, 1.575
Stoploss: below 1.430
2.PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) - Spec Buy
Saham BBRI terkoreksi kembali 0,68% ke 4.380 disertai dengan adanya peningkatan volume penjualan. "Posisi BBRI saat ini diperkirakan berada di akhir wave 5 dari wave (A), sehingga koreksinya relatif terbatas dan berpeluan menguat dalam jangka pendek," ujar Herditya.
Spec Buy: 4.280-4.360
Target Price: 4.600, 4.790
Stoploss: below 4.220
3.PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) - Buy on Weakness
DSNG menguat 1,53% ke 665 dan masih didominasi oleh volume pembelian, namun penguatan DSNG tertahan oleh MA20.
Herditya mengatakan, saat ini, posisi DSNG diperkirakan berada pada bagian dari wave (e) dari wave [b] pada pola triangle, sehingga DSNG masih berpeluang melanjutkan penguatannya.
Buy on Weakness: 645-660
Target Price: 680, 705
Stoploss: below 640
4. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) - Buy on Weakness
Saham ITMG menguat 2,36% ke 24.950 disertai dengan munculnya peningkatan volume pembelian, penguatannya pun mampu menembus MA20. "Diperkirakan posisi ITMG sedang berada pada bagian awal dari wave (iii) dari wave [iii]," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 24.425-24.775
Target Price: 25.625, 26.600
Stoploss: below 24.050
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 30 Mei 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Kamis (30/5/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan.
Mengutip data RTI, IHSG tersungkur 1,49 persen ke posisi 7.034,14. Indeks LQ45 merosot 1,36 persen ke posisi 874,11.Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.140,77 dan level terendah 6.984,97. Sebanyak 349 saham melemah sehingga menekan IHSG. 185 saham menguat dan 242 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.164.727 kali dengan volume perdagangan 19,6 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,2 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.255.
Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham kesehatan naik 0,25 persen. Sementara itu, sektor saham energi turun 0,03 persen, sektor saham basic merosot 2,1 persen dan catat koreksi terbesar. Sektor saham industri tergelincir 0,79 persen, sektor saham nonsiklikal melemah 0,32 persen, dan sektor saham siklikal terpangkas 0,53 persen.
Selain itu, sektor saham keuangan turun 0,73 persen, sektor saham properti melemah 0,02 persen, sektor saham teknologi merosot 1,52 persen, sektor saham infrastruktur terbenam 1,86 persen dan sektor saham transportasi susut 1,26 persen.
Pada perdagangan Kamis pekan ini, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 0,68 persen ke posisi Rp 4.380 per saham. Harga saham BBRI dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 4.400 per saham. Harga saham BBRI berada di level tertinggi Rp 4.480 dan terendah Rp 4.310 per saham. Total frekuensi perdagangan 98.575 kali dengan volume perdagangan 5.063.780 saham. Nilai transaksi Rp 2,2 triliun.
Sentimen yang Pengaruhi IHSG
Mengutip Antara, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG dan bursa regional Asia melemah seiring tekanan lonjakan imbal hasil global yang menekan pasar keuangan.
"Hal tersebut merupakan efek dari sentimen pasar karena bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, sehingga pasar memiliki pandangan ketidakpastian mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga The Fed," demikian dikutip.
Sebelumnya, pernyataan Presiden Fed Atlanta Bostic mengatakan bahwa jalur menuju inflasi 2 persen belum pasti dan kenaikan harga masih signifikan. Dengan demikian, pasar berspekulasi The Fed dapat menunda dimulainya siklus pelonggaran, atau bahkan memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga sama sekali pada tahun ini, alhasil pasar menahan diri masuk pada pasar ekuitas.
Di sisi lain Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut bahwa prospek kenaikan suku bunga dalam jangka panjang akan semakin sulit untuk menahan kebutuhan pinjaman AS, karena dengan kenaikan suku bunga akan berdampak pada defisit dan membebani utang AS.
Advertisement