Liputan6.com, Jakarta PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel akan membagikan dividen Rp senilai Rp 1,5 triliun atau Rp 18,27 per saham. Dividen yang dibagikan itu terdiri dari dividen tunai sebesar Rp 1,4 triliun atau Rp 17 per saham. Kemudian dividen spesial sebesar Rp 100,5 miliar.
Dengan demikian, total dividen yang dibagikan adalah sebesar 75 persen dari laba bersih 2023. Per 31 Desember 2023, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,01 triliun. Bersamaan dengan itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp 2,36 triliun dengan total ekuitas sebesar Rp 34,04 triliun.
Baca Juga
Dalam penetapan besaran dividen, manajemen dan pemegang saham mempertimbangkan rencana ekspansi dan tantangan bisnis ke depan yang semakin menantang. Terutama terkait peran MTEL sebagai ujung tombak pemerintah dalam pemerataan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia.
Advertisement
Rencana pembagian dividen ini telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang diselenggarakan pada 31 Mei 2024. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/6/2024), berikut jadwal pembagian dividen Mitratel:
- Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 10 Juni 2024
- Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 11 Juni 2024
- Tanggal cum dividen di pasar tunai: 12 Juni 2024
- Tanggal ex dividen di pasar tunai: 13 Juni 2024
- Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 12 Juni 2024
- Tanggal pembayaran dividen: 3 Juli 2024
Menerawang Prospek Emiten Tower di Tengah Konsolidasi Smartfren-XL
Belum lama ini, PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengumumkan rencana penggabungan usaha atau merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Rencana ini rupanya disambut baik oleh emiten penyedia dan pengelola infrastruktur telekomunikasi, seperti PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTDL) atau Mitratel.
"Ada dampak positif yang sangat bagus saat mobile operator konsolidasi," kata Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk, Theodorus Ardi Hartoko atau akrab disapa Teddy, dikutip Selasa (4/6/2024).
Sebagai gambaran, Teddy menjelaskan persaingan usaha yang ketat biasanya akan berujung pada perang harga. Namun saat terjadi konsolidasi, perusahaan akan saling mengisi dengan mengoptimalkan kelebihan masing-masing. Menurut Teddy, kondisi ini dapat dimaknai bahwa perusahaan hasil konsolidasi lebih seher. Sehingga potensi pertumbuhannya lebih besar.
"Kalau perang harga tidak terjadi, tentu perusahaan operator semakin sehat. Kami sebagai company yang bisnisnya mendukung infrastruktur mereka, tentu juga jadi (terdampak) positif. Karena saat mereka sehat, mereka akan ekspansi," kata Teddy.
Jika merger Smartfren dan XL rampung, maka hanya akan ada tiada operator di Indonesia. Antara lain, Indosat Tbk (ISAT), Telkomsel milik Telkom (Persero) Tbk (TLKM), dan entitas gabungan Smartfren-XL. Untuk jangka pendek, Teddy mengakui terjadi konsolidasi tower yang bisa saja berdampak pada perseroan, namun minim.
"Saya sangat optimis dengan konsolidasi itu bahwa iklim bisnis terutama di tower company semakin baik. Saya sudah memetakan impact dari (konsolidasi) Smartfren dan XL ini akan berdampak ke kami. Tapi sementara ini sih masih sangat kecil. Tapi jangan lihat sisi lemahnya, karena jangka panjang opportunity-nya semakin bagus," imbuh Teddy.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Herman Setya Budi menjelaskan menuturkan hal serupa. Sebagai gambaran, Herman menyebut merger perusahaan operator sebelumnya yakni antara PT Indosat Tbk (ISAT) dengan PT Hutchison 3 Indonesia.
Â
Advertisement
Merger
Sebelumnya, juga ada merger antara PT XL Axiata Tbk dan Axis Telekom Indonesia. Pada dua aksi tersebut, secara garis besar dampaknya pada perseroan relatif sama. Di mana terjadi konsolidasi infrastruktur pada awal, namun andil mendongkrak pendapatan di masa mendatang.
"Memang akan ada kekurangan infrastruktur, seperti tower dan sebagainya. Tapi melihat kepada efek (merger operator) yang telah terjadi di masa lalu, cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan. Jadi memang ada konsolidasi. Tapi di saat yang sama juga ada pertumbuhan karena operator jadi sehat, memiliki uang, memiliki kesempatan untuk tumbuh," jelas Herman.
Seiring sehatnya kinerja perusahaan operator usai merger, Herman mengatakan permintaan untuk infrastruktur juga akan meningkat. Sehingga ini menjadi kondisi yang menguntungkan bagi perseroan sebagai penyedia tower.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL) akan segera digabung atau merger. Induk pengendali XL Axiata, Axiata Group Bhd., bersama induk pengendali Smartfren Telecom, grup Sinar Mas, mengumumkan telah menandatangani nota kesepahaman tidak mengikat untuk menjajaki rencana merger EXCL dan FREN.
Nantinya, merger kedua emiten tersebut akan menghasilkan entitas perusahaan yang baru, MergeCo. Entitas baru itu disebut memiliki total nilai aset mencapai sebesar Rp 133 triliun dengan asumsi tidak ada penyesuaian penggabungan), terbesar kedua di Indonesia.