Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, (7/6/2024). Investor menanti data ekonomi utama dari China dan mencerna gaji di Jepang. Selain itu, pasar juga menilai penurunan suku bunga bank sentral Eropa.
Mengutip CNBC, ekspor China pada Mei akan melonjak 6 persen YoY, menurut jajak pendapat ekonom Reuters, naik dari kenaikan 1,5 persen yang terlihat pada April. Impor diprediksi naik 4,2 persen YoY, lebih lambat dibandingkan kenaikan 8,4 persen pada April 2024.
Baca Juga
Selain itu, Jepang juga merilis angka pengeluaran rumah tangga pada April, sebuah metrik utama untuk menilai apakah “siklus baik” yang diharapkan Bank of Japan berupa kenaikan upah dan harga sedang berlangsung.
Advertisement
Adapun rata-rata pengeluaran konsumsi bulanan rata-rata per rumah tangga pada April sebesar 313.300 yen, naik 3,4 persen secara nominal dan naik 0,5 persen secara riil. Hal ini menandai kenaikan pertama dalam belanja rumah tangga riil sejak Februari 2023.
Gaji pada April adalah hal penting untuk diperhatikan karena kenaikan upah biasanya mulai berlaku pada bulan ini ketika perusahaan-perusahaan Jepang memulai kembali laporan keuangannya.
Indeks Nikkei 225 di Jepang tergelincir 0,19 persen. Indeks Topix merosot 0,15 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan naik 0,77 persen seiring investor kembali aktif transaksi usai libur. Indeks Kosdaq melambung 0,95 persen. Indeks Hang Seng naik 0,33 persen. Indeks CSI 300 melemah. Indeks ASX 200 menguat 0,15 persen.
Wall Street Bervariasi
Di wall street, pergerakan pasar masih dalam kisaran terbatas seiring pelaku pasar menantikan laporan nonfarm payrolls pada Mei yang akan rilis Jumat pekan ini. Selain itu, investor mencari tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja yang dapat mendukung penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed).
Indeks S&P 500 melemah pada perdagangan Kamis pekan ini setelah mencapai level tertinggi intraday sepanjang masa pada hari sebelumnya. Indeks Nasdaq susut 0,09 persen dan indeks Dow Jones menguat 0,2 persen.
“Bagi saya, pasar masih mengatakan ekonomi baik-baik saja dan tidak cetak resesi apapun,” ujar Analis Baird, Ross Mayfield.
Ia menuturkan, the Fed telah menerapkan kebijakan terlalu ketat dalam jangka waktu terlalu lama dan momentum pasar kerja yang melemah akan sulit dihentikan.
Advertisement
Penutupan Bursa Saham Asia pada 6 Juni 2024
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis, 6 Juni 2024 seiring harapan Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga acuan.
Selain itu, data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) juga memberkan harapan kalau the Federal Reserve (the Fed) juga akan pangkas suku bunga.
Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,55 persen ke posisi 38.703,51. Indeks Topix bertambah 0,33 persen ke posisi 2.757,23.
Di sisi lain, ekspor Australia turun ke level terendah sejak Desember 2021. Indeks ASX 200 menguat 0,68 persen ke posisi 7.821,8. Indeks Hang Seng di Hong Kong melesat 0,23 persen. Indeks CSI 300 melemah tipis ke posisi 3.592,25. Indeks Nifty 50 dan Sensex masing-masing naik 0,64 persen dan 0,75 persen. Sedangkan bursa saham Korea Selatan libur.
Harga Saham Emiten Teknologi Reli di Wall Street, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, saham-saham teknologi teratas di wall street berhasil membukukan kenaikan terbesarnya dalam lebih dari dua bulan. Kenaikan ini mengurangi kecemasan pasar mengenai perlambatan aktivitas ekonomi setelah pendapatan kuartal pertama yang besar.
Dilansir dari Forbes, Kamis (27/4/2024), Nasdaq, yang merupakan indeks acuan bagi emiten teknologi sempat naik 2% ke posisi 15.927,90 pada Jumat, 26 April 2024, mencapai titik tertinggi sejak 22 Februari, sementara S&P 500 meningkat sebesar 1% ke posisi 5.099,96. Indeks Dow Jones bertambah 0,4 persen ke posisi 38.239,66.
Selama sepekan, indeks S&P 500 menguat 2,7 persen. Indeks Nasdaq bertambah 4,2 persen dan indeks Dow Jones naik 0,7 persen di wall street. Demikian mengutip dari CNBC.
Reli pasar ini terjadi setelah Microsoft dan Alphabet sama-sama melaporkan pendapatan kuartal pertama yang melampaui ekspektasi wall street.
Menurut data FactSet, Microsoft mencatat pendapatan USD 61,9 miliar atau setara Rp 1.005 triliun (asumsi kurs Rp 16.241 per dolar AS) dan raksasa mesin pencari tersebut mengakhiri kuartal tersebut dengan penjualan USD 80,5 miliar atau setara Rp 1.307 triliun.
Saham Microsoft naik 2% menjadi USD 408 atau setara Rp 6,6 juta per saham pada Jumat, sementara harga saham Alphabet melonjak lebih dari 10% menjadi USD 175 per saham dan membukukan rekor penilaian pasar sebesar USD 2,2 triliun atau setara Rp 35,730 triliun.
Advertisement
Alphabet Bagikan Dividen
Alphabet juga meluncurkan dividen tunai sebesar USD 0,20 atau setara Rp 3.248 per saham dan mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai UDS 70 miliar atau setara Rp 1.136 triliun.
Di sisi lain, saham teknologi lain yaitu Amazon mengakhiri penurunan dua hari berturut-turutnya dengan menghasilkan keuntungan sebesar 3,5% pada Jumat,
Ini karena tampaknya investor memposisikan diri mereka pada raksasa teknologi tersebut menjelang laporan pendapatan tanggal 30 April yang diperkirakan sebesar 82 sen per saham dari 31 sen per saham per saham. tahun yang lalu.
Adapun jumlah uang yang diperoleh investor dari saham-saham teknologi setelah reli pada Jumat sebesar USD 317 miliar atau setara Rp 5.148 triliun.