Sukses

IHSG Lepas Posisi 6.900 pada 3-7 Juni 2024, Ini Penyebabnya

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,04 persen ke posisi 6.897,95 pada 3-7 Juni 2024 dari pekan lalu 6.970,73.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 3-7 Juni 2024. Analis menuturkan, IHSG tertekan seiring aksi jual dan koreksi saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/6/2024), IHSG anjlok 1,04 persen ke posisi 6.897,95 dari pekan lalu 6.970,73. Kapitalisasi pasar bursa terpangkas 2,85 persen menjadi Rp 11.488 triliun dari pekan lalu Rp 11.825 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan turun 17,94 persen menjadi 927 ribu kali transaksi dari 1,13 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian selama sepekan terbenam 23,82 persen menjadi 15,79 miliar saham dari 20,73 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian pekan ini anjlok 42,69 persen menajdi Rp 10,39 triliun dari Rp 18,12 triliun.

Pada Jumat, 7 Juni 2024, investor asing jual saham Rp 894,24 miliar. Sepanjang 2024,investor asing jual saham Rp 8,59 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG susut 1,04 persen selama sepekan dan masih didominasi volume penjualan. Selain itu, aliran dana keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 1,5 triliun pada Kamis, 6 Juni 2024. Ia mengatakan, banyak terdapat rilis data Amerika Serikat dan China yang menunjukkan kedua negara itu membaik.

“Dari Indonesia terdapat pelemahan significan terhadap saham BREN yang saat ini menempati peringkat terbesar ketiga setelah BBCA dan AMMN,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan pada akhir pekan ini, Herditya menuturkan, IHSG dibebani sejumlah sektor saham antara lain sektor saham keuangan yang susut 1,35 persen, diikuti sektor saham teknologi terbenam 1,31 persen.

 

 

 

2 dari 4 halaman

Prediksi IHSG

Herditya mengatakan, untuk pekan depan, IHSG masih rawan koreksi. IHSG akan menguji posisi 6.843-6.884 sekaligus menutup gap yang ada. “Untuk sentimen ada rilis data inflasi China dan Amerika Serikat serta keputusan Fed Fund Rate (FFR) dari the Federal Reserve atau the Fed.

Mengawali pekan ini terdapat pencatatan 3 obligasi dan 1 sukuk di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Rabu, 5 Juni 2024, Obligasi Berkelanjutan IV Summarecon Agung Tahap III Tahun 2024 oleh PT Summarecon Agung Tbk mulai dicatatkan di BEI, dengan nilai obligasi sebesar Rp1,3 trilliun. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi ini adalah idA+ (Single A Plus) dengan Wali Amanat adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada Kamis, 6 Juni 2024,  Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap II Tahun 2024 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap II Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, dan Obligasi Berkelanjutan II Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tahap IV Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mulai dicatatkan di BEI.

 

3 dari 4 halaman

Total Emisi Obligasi

PT Dian Swastika Sentosa Tbk menerbitkan obligasi dan sukuk senilai masing-masing Rp1,052 trilliun dan Rp 447,48 miliar. Sementara itu, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry menerbitkan obligasi senilari Rp1,023 trilliun. Hasil pemeringkatan PEFINDO atas obligasi Bdan sukuk yang diterbitkan oleh

PT Dian Swastika Sentosa Tbk adalah idAA (Double A) dengan Wali Amanat PT Bank KB Bukopin Tbk. Sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mendapatkan pemeringkatan idA (Single A) dari PEFINDO dengan Wali Amanat PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

Total Obligasi

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 45 emisi dari 30 emiten dengan nilai Rp46,16 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI adalah 558 emisi dengan nominal outstanding Rp463,78 triliun dan USD50,049 juta, yang diterbitkan oleh 130 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.983,72 triliun dan USD502,10 juta. sebanyak 10 emisi EBA telah tercatat di BEI dengan nilai Rp2,97 triliun.

4 dari 4 halaman

IHSG Anjlok 3,48% pada 27-31 Mei 2024, Ini Biang Keladinya

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 27-31 Mei 2024. IHSG merosot seiring nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (1/6/2024), IHSG tersungkur 3,48 persen menjadi 6.970,73 pada 27-31 Mei 2024 dari posisi 7.222,3. Kapitalisasi pasar merosot 4,35 persen menjadi Rp 11.825 triliun dari Rp 12.363 triliun dari penutupan pekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi harian susut 0,79 persen  menjadi 1,13 juta kali transaksi.

Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melambung 49,01 persen menjadi Rp 18,12 triliun dari Rp 12,16 triliun pada penutupan pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian melonjak 34,47 persen menjadi 20,72 miliar saham dari 15,41 miliar saham dari penutupan pekan lalu. Investor asing melakukan aksi jual saham sebesar Rp 4,81 triliun pada pekan ini. Sepanjang 2024,investor asing jual saham Rp 6,25 triliun.

Selama sepekan, mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham energi naik 0,61 persen. Sektor saham bahan baku melemah 4,56 persen, sektor saham industri tergelincir 4,56 persen dan sektor saham konsumer non-siklikal susut 2,56 persen.

Selanjutnya sektor saham konsumer siklikal terpangkas 2,81 persen, sektor saham perawatan kesehatan merosot 4,12 persen, sektor saham keuangan tergelincir 1,28 persen.

Lalu sektor saham properti dan real estate melemah 2,76 persen, sektor saham teknologi terpangkas 1,67 persen, sektor saham infrastruktur terbenam 7,07 persen dan sektor saham transportasi dan logistik terpangkas 1,74 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama sepekan IHSG dipengaruhi beberapa hal. Pertama, kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS) seiring imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun meningkat sehingga berdampak pada harapan investor akan penurunan suku bunga the Fed pada Juni 2024. "Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

 

Video Terkini