Sukses

IPO, Soraya Berjaya Indonesia Tawarkan 240 Juta Saham Baru

PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (Initial public Offering/IPO). Pada aksi tersebut, perseroan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 240 juta lembar dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Liputan6.com, Jakarta PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (Initial public Offering/IPO). Pada aksi tersebut, perseroan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 240 juta lembar dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Jumlah saham yang ditawarkan itu setara 30 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO. Harga penawaran dipatok pada kisaran Rp 120 sampai dengan Rp 130 per saham. Dengan demikian, perseroan akan mengantongi sebanyak-banyaknya Rp 31,2 miliar dari IPO.

Rencananya, sekitar 83,33 persen dana IPO akan digunakan untuk membeli persediaan kebutuhan bahan baku produksi, seperti Kain Katun CVC, Dakron (Bed Cover), Dakron (Badan Bantal), Busa, dan Resleting. Sisanya sekitar 16,67 persen akan digunakan untuk pembelian mesin baru dan kendaraan operasional.

Setelah IPO, pada tahun buku 2024 manajemen Perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 20,00% atas laba bersih tahun berjalan perseroan. Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada beberapa hal.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan yakni hasil kegiatan usaha dan arus kas perseroan serta beberapa hal lainnya. Seperti prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi perseroan di masa yang akan datang dan dengan memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya, serta kebijakan Perseroan dalam penggunaan laba bersih, penentuan jumlah penyisihan untuk dana cadangan, dan pembagian dividen tersebut akan diputuskan oleh para Pemegang Saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan ketentuan Pasal 71 UU PT.

Perseroan bergerak di bidang industri dan perdagangan barang jadi keperluan rumah tangga. Melalui brand Soraya Bed Sheet, Perseroan menawarkan beberapa produk kamar tidur seperti sprei, bed cover, bantal dan guling, serta aksesoris rumah tangga. Perseroan menjual produknya secara online (social media dan website resmi), maupun offline (gerai, agen penjual, event car free day, booth dan canvassing). Saat ini, Perseroan memiliki 2 (dua) pabrik, yang berlokasi di Padang dan Pekanbaru.

Melansir prospektus perseroan dalam e-ipo, Sabtu (7/6/2024), berikut jadwal penawaran umum PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk:

  • Masa penawaran awal: 10-12 Juni 2024
  • Tanggal efektif: 25 Juni 2024
  • Masa penawaran umum perdana saham: 27 Juni- 1 Juli 2024
  • Tanggal penjatahan: 1 Juli 2024
  • Tanggal distribusi saham secara elektronik: 2 Juli
  • Tanggal pencatatan saham pada Bursa Efek Indonesia: 3 Juli 2024
2 dari 4 halaman

IHSG Sepekan Turun 1,04%, Parkir di Posisi 6.897,95

Data perdagangan saham di BEI periode 3 sampai 7 Juni 2024 ditutup dengan perubahan. Selama sepekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perubahan sebesar 1,04% menjadi berada pada level 6.897,950 dari 6.970,730 pada penutupan pekan yang lalu.

Kapitalisasi pasar bursa selama sepekan turut mengalami perubahan, yaitu sebesar 2,85% menjadi Rp 11.488 triliun dari Rp 11.825 triliun pada sepekan lalu. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan berubah sebesar 17,94% menjadi 927 ribu kali transaksi dari 1,13 juta kali transaksi pada sepekan lalu.

Sedangkan rata- rata volume transaksi harian selama sepekan mengalami perubahan sebesar 23,82% menjadi 15,79 miliar lembar saham dari 20,73 miliar lembar saham pada sepekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian pekan ini turut berubah 42,69%, yaitu menjadi Rp 10,39 triliun dari Rp 18,12 triliun.

Berdasarkan data Bursa, investor asing pada Jumat (7/6) mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 894,24 miliar. Sepanjang tahun 2024 investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp 8,59 triliun.

Mengawali pekan ini, terdapat pencatatan 3 obligasi dan 1 sukuk di PT Bursa Efek Indonesia(BEL). Pada Rabu (5/6), Obligasi Berkelanjutan IV Summarecon Agung Tahap III Tahun 2024 oleh PT Summarecon Agung Tbk mulai dicatatkan di BEI, dengan nilai obligasi sebesar Rp 1,3 trilliun. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi ini adalah idA+ (Single A Plus) dengan Wali Amanat adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada Kamis (6/6), Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap II Tahun 2024 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap I Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, dan Obligasi Berkelanjutan II Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tahap IV Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mulai dicatatkan di BEI.

PT Dian Swastika Sentosa Tbk menerbitkan obligasi dan sukuk senilai masing-masing Rp1,052 trilliun dan Rp 447,48 miliar. Sementara itu, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry menerbitkan obligasi senilari Rp 1,023 trilliun.

 

3 dari 4 halaman

Hasil Pemeringkatan PEFINDO

Hasil pemeringkatan PEFINDO atas obligasi dan sukuk yang diterbitkan oleh PT Dian Swastika Sentosa Tbk adalah idAA (Double A) dengan Wali Amanat PT Bank KB Bukopin Tbk. Sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mendapatkan pemeringkatan idA (Single A) dari PEFINDO dengan Wali Amanat PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 45 emisi dari 30 emiten dengan nilai Rp46,16 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI adalah 558 emisi dengan nominal outstanding Rp463,78 triliun dan USD50,049 juta, yang diterbitkan oleh 130 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.983,72 triliun dan USD 502,10 juta. sebanyak 10 emisi EBA telah tercatat di BEI dengan nilai Rp 2,97 triliun.

4 dari 4 halaman

IHSG Lepas Posisi 6.900 pada 3-7 Juni 2024, Ini Penyebabnya

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 3-7 Juni 2024. Analis menuturkan, IHSG tertekan seiring aksi jual dan koreksi saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/6/2024), IHSG anjlok 1,04 persen ke posisi 6.897,95 dari pekan lalu 6.970,73. Kapitalisasi pasar bursa terpangkas 2,85 persen menjadi Rp 11.488 triliun dari pekan lalu Rp 11.825 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan turun 17,94 persen menjadi 927 ribu kali transaksi dari 1,13 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian selama sepekan terbenam 23,82 persen menjadi 15,79 miliar saham dari 20,73 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian pekan ini anjlok 42,69 persen menajdi Rp 10,39 triliun dari Rp 18,12 triliun.

Pada Jumat, 7 Juni 2024, investor asing jual saham Rp 894,24 miliar. Sepanjang 2024,investor asing jual saham Rp 8,59 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG susut 1,04 persen selama sepekan dan masih didominasi volume penjualan. Selain itu, aliran dana keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 1,5 triliun pada Kamis, 6 Juni 2024. Ia mengatakan, banyak terdapat rilis data Amerika Serikat dan China yang menunjukkan kedua negara itu membaik.

“Dari Indonesia terdapat pelemahan significan terhadap saham BREN yang saat ini menempati peringkat terbesar ketiga setelah BBCA dan AMMN,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan pada akhir pekan ini, Herditya menuturkan, IHSG dibebani sejumlah sektor saham antara lain sektor saham keuangan yang susut 1,35 persen, diikuti sektor saham teknologi terbenam 1,31 persen.