Sukses

Pantau Data Ekonomi US dan China, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini

Perdagangan saham 10-14 Juni 2024 diwarnai sejumlah data penting dari China dan US. Data-data penting yang akan dirilis pekan ini yakni inflasi China (inflation rate YoY dan inflation rate MoM) dan data dari US (core inflation rate MoM, core inflation rate YoY, inflation rate MoM, inflation rate YoY dan CPI Mei).

Liputan6.com, Jakarta Perdagangan saham 10-14 Juni 2024 diwarnai sejumlah data penting dari China dan US. Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menjelaskan, data-data penting yang akan dirilis pekan ini yakni inflasi China (inflation rate YoY dan inflation rate MoM) dan data dari US (core inflation rate MoM, core inflation rate YoY, inflation rate MoM, inflation rate YoY dan CPI Mei).

Data lain yang rilis pada minggu ini yakni suku bunga US (Fed interest rate decision dan FOMC economic projections) dan pasar tenaga kerja US yang mencakup PPI MoM, Core PPI MoM, initial jobless claims, continuing jobless claims dan core PPI YoY.

"Investor berpotensi wait and see dan market cenderung stagnan, apalagi Rupiah masih di posisi lemah. Menariknya, kalau ekonomi US melemah dan China menguat, ini bisa jadi kabar positif buat market Asia, di mana demand Dollar bakal turun pelan-pelan dan Rupiah menguat sehingga foreign flow balik masuk ke IHSG," jelas Angga, dikutip Selasa (11/6/2024).

Selain itu, sentimen yang mewarnai pasar saat ini adalah tren kenaikan harga nikel. Analis memperkirakan harga nikel pada tahun ini berada pada kisaran USD 20 ribu per ton. Merujuk pada data-data ekonomi dan tren kenaikan harga nikel tersebut, berikut saham-saham pilihan PT Indo Premier Sekuritas yang menarik dicermati pekan ini hingga Jumat, 14 Juni 2024:

1. Buy on Breakout SMGA (Support: 90, Resist: 109)

Dengan tren nikel yang masih naik maka selain INCO, ANTM dan NCKL, emiten SMGA yang akan retest resistance di harga 95 dan potensi kuat bakal lanjut uptrend kalau kuat breakout dan close di atas 95. Boleh dikata, harga saham ini lebih tahan banting saat harga nikel koreksi dibandingkan dengan emiten nikel lainnya.

2. Buy SIDO (Support: 730, Resist: 815)

Salah satu saham yang konsisten diakumulasi asing di tengah outflow IHSG yang sangat besar dalam waktu singkat yakni SIDO. Tren emiten ini masih sangat menarik dan berhasil breakout resistance harga di 740 sehingga layang ditradingkan.

3. Buy on Breakout CPIN (Support: 5.200, Resist: 5.775)

Potensi tren emiten CPIN ini reversal dan kinerja sektoral FY24 turn around. Emiten ini ekspansi margin karena harga pangan ayam lagi murah sementara input cost turun. Dengan demikian emiten ini layak ditradingkan pada minggu ini.

 

2 dari 3 halaman

Pratinjau Pekan Lalu

Dalam sepekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah sebesar 1,10% atau 76,9 poin ke level 6.897,95 pada akhir perdagangan Jumat, 7 Juni 2024. Pelemahan ini tertopang 2 top losers yakni sektor IDX INFRA yang melemah tajam sebesar 4,27% dan sektor IDX INDUST sebesar 3,46%.

Adapun 2 top gainers yang menahan IHSG tidak melemah terlalu dalam yakni sektor IDX HEALTH yang tumbuh positif sebesar +4,26% dan sektor IDX CYCLIC sebesar 1,12%. Angga menjelaskan pelemahan IHSG terjadi karena sejumlah sentimen seperti OPEC+ yang sepakat untuk memperpanjang pemotongan produksi minyak sebesar 2 juta barel per harinya pada periode 1 Januari-31 Desember 2025.

"Meski pemotongan produksi diperpanjang, harga minyak tetap saja turun karena demand dari US dan China lemah serta produksi US ternyata bertambah," jelas Angga.

 

3 dari 3 halaman

Sentimen Lainnya

Sentimen lainnya yakni ECB yang resmi memangkas tingkat suku bunganya pertama kali sejak 2019 sebesar 25 basis poin ke level 3,75% dan data lowongan pekerjaan serta perputaran tenaga kerja AS yang menyusut ke level 8.059 juta yang merupakan level terendah dalam lebih dari 3 tahun sepanjang April.

Ada pula sentimen inflasi Indonesia pada Mei 2024 yang tercatat sebesar 2.84% YoY atau di level terendah sejak 3 bulan karena normalisasi harga bahan pakan pasca puasa dan Lebaran, PMI Manufaktur yang tercatat turun ke level 52,1 karena sedikitnya hari kerja di Mei 2024, cadangan devisa Indonesia pada Mei yang tumbuh menjadi USD 139 Miliar dan harga komoditas di fase korektif, di mana weekly coal di bawah USD 140 per ton, tin 4,6%, nickel 6,2%. Alhasil, sektor komoditas tidak mampu menahan IHSG sehingga ambruk breakdown support di 6.900.

 

Video Terkini