Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 2,16 persen ke posisi 6.880 pada perdagangan 19-21 Juni 2024. Penguatan IHSG didorong sektor saham infrastruktur dan sektor keuangan.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indoneia, ditulis Minggu (23/6/2024), sektor saham infrastruktur dan keuangan masing-masing berkontribusi 5,27 persen dan 2,71 persen terhadap IHSG pada pekan ini.
Baca Juga
Sementara itu, pada pekan ini, pelaku pasar hadapi rilis data penjualan ritel yang melemah di Amerika Serikat. Hal ini menambah data ekonomi yang menunjukkan konsumsi di Amerika Serikat melambat setelah inflasi pekan lalu menunjukkan perlambatan.
Advertisement
Data penjualan ritel naik 0,1 persen pada Mei 2024 dari revisi sebelumnya 0,2 persen pada April 2024. Data penjualan ritel pada Mei 2024 juga di bawah perkiraan 0,2 persen yang menunjukkan sentimen konsumen melambat.
Di sisi lain, inflasi di Inggris juga melambat dan mendekati target bank sentral Inggris sebesar 2 persen. Bank sentral Inggris juga mempertahankan suku bunga acuan 5,25 persen pada pertemuan Juni. Sementara itu, inflasi di zona Euro naik 2,6 persen sesuai prediksi.
Sementara itu, China menunjukkan penjualan ritel menguat, seperti yang diharapkan. Penjualan ritel China naik 3,7 persen year on year pada Mei 2024. Sedangkan di Jepang, inflasi naik menjadi 2,8 persen pada Mei 2024 dari sebelumnya 2,5 persen. Seiring hal itu, Bank Sentral Jepang diharapkan menaikkan suku bunga.
Dari Indonesia, Bank Indonesia pertahankan suku bunga acuan 6,25 persen. Selain itu, ekspor juga meningkat 2,86 persen yang lebih besar dari impor.
Adapun Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 6,25 persen seperti yang diharapkan meski rupiah alami depresiasi. “Saat ini Bank Indonesia masih mengandalkan kebijakan non suku bunga seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk meningkatkan cadangan devisa dan intervensi rupiah,” demikian dikutip.
Prediksi Rupiah
Imbal hasil dari SRBI sebesar 7,42 persen lebih tinggi dari imbal hasil obligasi bertenor 1 tahun sebesar 6,77 persen sehingga membantu meningkatkan cadangan devisa menjadi USD 139 miliar pada Mei 2024. Hal itu setara dengan 6,3 bulan impor ke atas. Usai rapat Bank Indonesia, rupiah depresikasi 16.476 tetapi sejak itu stabil menjadi 16.450.
Faktor kondisi keuangan global, kekhawatiran fiskal dan risiko geopolitik membayangi.Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo prediksi, rupiah akan kembali pulih menuju level 16.000. Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas rupiah dan fundamental ekonomi Indonesia. Inflasi Indonesia juga dinilai masih di bawah negara maju.
Melihat hal itu, kenaikan suku bunga tampaknya tidak mungkin terjadi karena akan berdampak terhadap masuknya aliran dana investor asing. Inflasi juga masih nyaman dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen. Inflasi terjaga seiring pemerintah masih mempertahankan harga bahan bakar sehingga hal ini tidak dianggap masalah kritis dalam waktu dekat.
“Secara keseluruhan kami tetap rekomendasikan diversifikasi reksa dana saham dan pendapatan tetap,”
Advertisement
Kinerja IHSG pada 19-21 Juni 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melambung pada 19-21 Juni 2024. Analis menilai penguatan IHSG didorong neraca perdagangan pada Mei dan suku bunga acuan yang bertahan di 6,25 persen.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/6/2024), IHSG melonjak 2,16 persen ke posisi 6.879,97 dari pekan lalu di psosii 6.734,83. Kapitalisasi pasar juga melambung 2,03 persen menjadi Rp 11.719 triliun dari Rp 11.486 triliun pada pekan lalu.
Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan melambung 0,76 persen menjadi 909 ribu kali transaksi dari 902 ribu kali transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 6,67 persen menjadi 23,62 miliar saham dari 25,31 miliar saham pada pekan lalu.
Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian terbang 43,38 persen menjadi Rp 15,17 triliun dari Rp 10,58 triliun pada penutupan pekan lalu. Pada pekan ini, investor asing membeli saham Rp 333,5 miliar.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG selama sepekan ini dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih cenderung melemah.
"Di sisi lain, pada pekan ini terdapat rilis data neraca perdagangan Indonesia dan suku bunga BI yang masih ditahan pada angka 6,25 persen,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Untuk sepekan ke depan, Herditya perkirakan IHSG masih berpeluang menguat, meskipun diperkirakan dalam jangka pendek akan terkoreksi dahulu, dengan support 6.736 dan resistance 6.977.
"Dengan sentimen yang kami perkirakan masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah, harga komoditas dan pada pekan depan akan ada rilis data GDP Growth AS kuartalan,” ujar dia.
Pencatatan Obligasi
Sebelumnya pada Rabu, 19 Juni 2024, Sukuk Mudharabah Berlandaskan Keberlanjutan Berkelanjutan I Bank BSI Tahap I Tahun 2024 oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk mulai dicatatkan di BEI senilai Rp 3 triliun.
Hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) untuk sukuk ini adalah idAAA(sy) (Triple A Syariah) dengan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bertindak sebagai wali amanat.
Dengan pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 557 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp463,47 triliun dan USD50,049 juta, yang diterbitkan oleh 131 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.967,14 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, di BEI telah tercatat sebanyak 10 emisi Efek Beragun Aset (EBA) dengan nilai Rp2,93 triliun.
Advertisement