Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jambi mencatat jumlah investor pasar modal mencapai 122.698 Single Investor Identification (SID) sampai dengan April 2024.
Kepala OJK Jambi Yudha Nugraha Kurata mengatakan jumlah investor dari Provinsi Jambi terus mengalami peningkatan.
Baca Juga
"Jumlah investor tercatat sebanyak 122.698 SID, meningkat 18,14 persen (yoy)," katanya dikutip dari Antara, Minggu (23/8/2024).
Advertisement
Selanjutnya, jumlah transaksi saham tercatat sebesar Rp856,51 miliar atau meningkat sebesar 9,90 persen (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, nilai penjualan reksa dana yang dilakukan oleh Agen Penjualan Efek Reksa Dana (APERD) di Provinsi Jambi tercatat sebesar Rp127,92 miliar atau meningkat 147,28 persen (yoy).
Meskipun saat ini di Provinsi Jambi belum terdapat perusahaan yang tercatat sebagai emiten, namun OJK Jambi senantiasa berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk memberikan edukasi guna mendorong pelaku usaha di Jambi memanfaatkan sumber pendanaan dari pasar modal, baik mendaftar menjadi emiten di bursa maupun melalui skema urun dana atau Securities Crowd Funding (SCF).
Sebagai upaya untuk mendorong perusahaan di Jambi bergabung menjadi emiten, telah dilakukan pertemuan antara OJK dan PT Bursa Efek Indonesia Perwakilan Jambi dengan beberapa perusahaan yang berpotensi untuk menjadi emiten pada 16 Mei 2024.
Adapun upaya yang dilakukan Kantor OJK Jambi adalah dengan melaksanakan program Sosialisasi dan Edukasi Pasar Modal terpadu (SEPMT) dengan harapan mendorong pelaku usaha menjadi emiten dan tata kelola perusahaan akan lebih transparan dan dapat meningkatkan permodalan perusahaan.
OJK bersama BEI juga menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa untuk memanfaatkan instrumen investasi di pasar modal. Kegiatan edukasi kepada pelajar dan mahasiswa masif dilakukan, BEI juga mendirikan galeri BEI di sejumlah perguruan tinggi di Jambi.
Sektor Saham Infrastruktur dan Keuangan Topang IHSG
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 2,16 persen ke posisi 6.880 pada perdagangan 19-21 Juni 2024. Penguatan IHSG didorong sektor saham infrastruktur dan sektor keuangan.
Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indoneia, ditulis Minggu (23/6/2024), sektor saham infrastruktur dan keuangan masing-masing berkontribusi 5,27 persen dan 2,71 persen terhadap IHSG pada pekan ini.
Sementara itu, pada pekan ini, pelaku pasar hadapi rilis data penjualan ritel yang melemah di Amerika Serikat. Hal ini menambah data ekonomi yang menunjukkan konsumsi di Amerika Serikat melambat setelah inflasi pekan lalu menunjukkan perlambatan.
Data penjualan ritel naik 0,1 persen pada Mei 2024 dari revisi sebelumnya 0,2 persen pada April 2024. Data penjualan ritel pada Mei 2024 juga di bawah perkiraan 0,2 persen yang menunjukkan sentimen konsumen melambat.
Di sisi lain, inflasi di Inggris juga melambat dan mendekati target bank sentral Inggris sebesar 2 persen. Bank sentral Inggris juga mempertahankan suku bunga acuan 5,25 persen pada pertemuan Juni. Sementara itu, inflasi di zona Euro naik 2,6 persen sesuai prediksi.
Sementara itu, China menunjukkan penjualan ritel menguat, seperti yang diharapkan. Penjualan ritel China naik 3,7 persen year on year pada Mei 2024. Sedangkan di Jepang, inflasi naik menjadi 2,8 persen pada Mei 2024 dari sebelumnya 2,5 persen. Seiring hal itu, Bank Sentral Jepang diharapkan menaikkan suku bunga.
Dari Indonesia, Bank Indonesia pertahankan suku bunga acuan 6,25 persen. Selain itu, ekspor juga meningkat 2,86 persen yang lebih besar dari impor.
Adapun Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 6,25 persen seperti yang diharapkan meski rupiah alami depresiasi. “Saat ini Bank Indonesia masih mengandalkan kebijakan non suku bunga seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk meningkatkan cadangan devisa dan intervensi rupiah,” demikian dikutip.
Advertisement
Prediksi Rupiah
Imbal hasil dari SRBI sebesar 7,42 persen lebih tinggi dari imbal hasil obligasi bertenor 1 tahun sebesar 6,77 persen sehingga membantu meningkatkan cadangan devisa menjadi USD 139 miliar pada Mei 2024. Hal itu setara dengan 6,3 bulan impor ke atas. Usai rapat Bank Indonesia, rupiah depresikasi 16.476 tetapi sejak itu stabil menjadi 16.450.
Faktor kondisi keuangan global, kekhawatiran fiskal dan risiko geopolitik membayangi.Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo prediksi, rupiah akan kembali pulih menuju level 16.000. Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas rupiah dan fundamental ekonomi Indonesia. Inflasi Indonesia juga dinilai masih di bawah negara maju.
Melihat hal itu, kenaikan suku bunga tampaknya tidak mungkin terjadi karena akan berdampak terhadap masuknya aliran dana investor asing. Inflasi juga masih nyaman dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen. Inflasi terjaga seiring pemerintah masih mempertahankan harga bahan bakar sehingga hal ini tidak dianggap masalah kritis dalam waktu dekat.
“Secara keseluruhan kami tetap rekomendasikan diversifikasi reksa dana saham dan pendapatan tetap,”