Sukses

Pasar Volatil Tersengat Suku Bunga, Sektor Ini Bisa Dipertimbangkan

Analis Sinarmas memproyeksikan kinerja indeks saham gabungan (IHSG) diprediksi masih memiliki ruang untuk kembali menguat pada kuartal III 2024. Apa alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed masih menjadi perhatian pasar lantarane menimbulkan ketidakpastian. Meski begitu, kinerja indeks saham gabungan (IHSG) diprediksi masih memiliki ruang untuk kembali menguat pada kuartal III 2024.

Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas, Inav Haria Chandra mengatakan ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed diprediksi akan mendorong pelemahan US Dollar. Kondisi tersebut berpotensi mendorong arus likuiditas kembali ke emerging market.

“Sektor pertambangan, terutama logam dasar, dapat menjadi pilihan saat ini. Penurunan suku bunga global akan mendorong ekspektasi pemulihan pertumbuhan ekonomi, sehingga berdampak positif terhadap harga logam dasar. Penguatan harga juga akan didukung oleh kebijakan stimulus pada sektor properti yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah China,” kata Inav, dikutip Rabu (26/6/2024).

Secara makro, Head of Fixed Income Research Sinarmas Sekuritas, Aryo Perbongso menggarisbawahi dampak revisi terbaru The Fed dan kaitannya ekonomi Indonesia. Menurut proyeksi terbaru, Fed telah mengakomodasi penurunan suku bunga sekali dan mengakui bahwa inflasi menjadi 'sticky'.

"Informasi ini telah diperhitungkan di pasar, sehingga imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun mencapai 4,26% pada 20 Juni 2024. Sebaliknya, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun meningkat, dan nilai tukar USD-IDR terdepresiasi menjadi 16.430,” jelas Aryo.

Kondisi demikian, kata Aryo, disebabkan adanya persepsi ketidakpastian terhadap kebijakan pemerintah. Kondisi pasar pendapatan tetap Indonesia saat ini menunjukkan perkiraan peningkatan pasokan obligasi pemerintah meskipun terjadi penurunan permintaan.

Sementara itu, kondisi SRBI cukup baik karena SRBI memberikan imbal hasil bersih yang lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah dengan jangka waktu yang sama dan sudah mencapai Rp 780 triliun. "Untuk obligasi korporasi, pasokannya masih terbatas meski menawarkan imbal hasil yang relatif tinggi,” pungkas Aryo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Saat Bursa Asia Perkasa, IHSG Justru Ditutup Lunglai

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (25/6/2024). Pelemahan IHSG pada hari ini dipimpin oleh saham- saham sektor barang konsumen nonprimer.

IHSG ditutup melemah 6,46 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.882,70. Sementara indeks LQ45 turun 2,73 poin atau 0,32 persen ke posisi 861,66.

“Bursa Asia bergerak didominasi penguatan, dimana para pelaku pasar optimis rilisnya data GDP quartal on quartal (qoq) dan PCE Amerika Serikat (AS) pada Kamis (27/06) dan Jumat (28/06) akan menambah harapan pemangkasan suku bunga The Fed," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dikutip dari Antara.

Para pelaku pasar saat ini juga tengah memperhatikan proses pemilihan umum yang terjadi di AS dan Prancis, yang mana debat pertama calon presiden AS akan dilangsungkan pada Kamis (27/06), serta di Prancis putaran pertama pemungutan suara pemilihan umum akan berlangsung pada akhir pekan.

Diharapkan investor tetap berhati-hati terhadap bagaimana pergeseran politik di negara-negara ekonomi utama tersebut, dalam hal ini dapat mempengaruhi pergerakan perekonomian global juga.

 

3 dari 3 halaman

Risiko Kredit Macet

Dari Jepang, Yen naik menjadi 159,29 per dolar AS, akibat otoritas Jepang melakukan intervensi untuk membendung penurunan cepat mata uang tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan pada hari Selasa bahwa otoritas sedang mencermati pergerakan mata uang dan akan menanggapi volatilitas yang berlebihan.

Dari dalam negeri, pelemahan IHSG terjadi akibat saham-saham big bank mengalami pelemahan akibat adanya rencana perpanjangan restrukturisasi kredit hingga 2025.

Para pelaku pasar khawatir risiko kredit macet akan semakin membengkak setelah rilis sebelumnya, risiko kredit macet pada sejumlah bank menunjukkan kenaikkan yang signifikan.Dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.